Share

Bab 5. Masa Lalu Jiang

Elang berlari dengan cepat, segera masuk ke dalam rumahnya. Nampak ibunya sedang berbaring di sofa, Rudi sedang membereskan semua benda yang sudah porak poranda termasuk guci abu suci milik Ayahnya dan Erin.

"Paman, siapa yang melakukan ini!" Api amarahnya semakin meluap melihat kehormatan Ayah dan adiknya tergores.

guci abu itu sudah pecah berantakan.

"Tenanglah, Abu suci milik Ayah dan adikmu sudah ibumu pindah dalam kamar sucinya."

Elang sedikit lega mendengarnya. Lalu itu apakah palsu?

"Lalu? itu palsu?"

"Iya, ibumu yang menukarnya," jawab Rudi lirih, karena Jiang baru saja tenang setelah lelaki itu memberikan beberapa obat penenang.

"Paman apakah paman tahu banyak hal tentang Shang Fu?"

Rudi lalu terdiam, menatap wajah Elang dengan serius.

"Dari mana kau tahu nama Shang Fu?'

"Nama itu hadir dalam setiap mimpiku, hingga aku takut terlelap Paman. Tolong jelaskan siapa Shang Fu?"

"Nanti aku ceritakan tentang mimpimu, tapi bantu aku membereskan ruangan ini, sebelum ibumu terbangun. apa kau sudah bekerja? mengapa kau pakai baju putih dan hitam?"

"Iya Paman, aku bekerja di Swalayan ADA. baru hari ini aku masuk kerja." Segera Elang membantu Pamannya.

"Eh tunggu, aku tinggalkan tokoku tadi, sebentar, kau bereskan saja dulu, nanti aku kembali lagi."

"Paman! tunggu aku cuma setengah jam saja, setelah ini aku berangkat lagi!" teriak Elang, tapi terlihat Paman Rudi tak mendengar kata-kata Elang.

Dalam pikiran Rudi, bagaimana aku harus menceritakan tentang Shang Fu pada Elang?

Tak lama, dari balik pintu, terlihat sherlyn berdiri di ambang pintu, dirinya melihat sesuatu yang ganjil pada rumah Elang.

Dengan mata emasnya, gadis keturunan cenayang itu melihat sesuatu yang tak kasat mata sedang berada di salah satu pojok halaman.

"Pergi kau! jangan nganggu rumah ini, aku akan kembalikan kau pada tuanmu. katakan tugasmu telah beres. bila aku lihat kau masih di sini, tak segan akan aku bunuh kau!" Sherlyn bicara dalam alam gaib pada makhluk tersebut.

Tak lama. tanpa adanya perlawanan, yang tak terlihat itu pergi tanpa meninggalkan jejak. Dia takut akan ancaman Sherlyn.

Kembali Sherlyn mengerjapkan matanya, dan dalam hitungan detik bola mata itu kembali seperti semula.

Sherlyn pun urung masuk ke dalam rumah Elang, dirinya lebih tertarik pada sesuatu yang kece dan manis. Ia kemudian mengikuti arah kemana mahluk tak terlihat itu pergi.

***

Semua bisa terkendali, setelah Jiang bangun dari lelapnya, kini dirinya tak mengamuk dan masih dalam pikiran yang normal.

"Berangkatlah, ibu tak apa-apa." kata Jiang pada Elang.

"Janji? ibu akan baik saja, nanti akan aku bilang pada Paman Rudi. "

Jiang mengangguk dan tersenyum manis.

Lagi-lagi, Elang butuh bantuan Pamannya itu.

Malam ini, Elang meminta pada pamannya untuk menceritakan siapa itu Shang Fu.

"Paman katakan siapa Shang Fu?"

"Dari mana kau tahu nama Shang Fu?"

"Dari mimoi-mimpiku, semuanya selalu terulang berkali-kali, pernah aku tanyakan pada ibu, tapi ibu hanya diam saja."

Paman Rudi mendesah panjang, sambil menatap tajam pada bola mata Elang yang sudah dianggapnya sebagai anaknya sendiri.

"Kau tahu, betapa keluargaku dan kelurga ibumu harus berjuang untuk hidup karena kami berbeda ras."

"Ceritakan padaku, Paman. Ayolah."

"Berapa umurmu?"

"Sembilan belas tahun, Paman."

Paman Rudi tersenyum lagi, "Dulu aku, Siok, bibirmu dan Jiang adalah anak keturunan yang tak diakui ras. ibu Jiang datang dengan membawa dua putri yang seumuran denganku. Aku senang sekali punya keluarga, ternyata ibu Jiang dan ibuku memang sudah saling kenal. Mereka sama dari daerah pinggiran pegunungan Shahua.

Ibu Jiang suka sekali bercerita, cerita yang sama, yaitu tentang Shang Fu."

Elang terdiam, mendengarkan semua kata-kata pamannya dengan seksama.

"Shang Fu adalah orang yang hebat, bergelar pedang giok hitam, kehebatannya tak ada tandingnya."

Paman Rudi terdiam lagi, ada rasa berat untuk menceritakan kelanjutannya.

"Paman aku ingin tahu ceritanya lagi. "

"Sebenarnya ini adalah rahasia, yang berhak menceritakan semua ini adalah ibumu, Jiang."

"Paman .... Ayolah. aku tak ingin setiap aku tertidur aku selalu memimpikan hal yang sama."

Lama Paman Rudi terdiam, lalu ....

"Shang Fu adalah kakekmu , entah masih hidup atau sudah meninggal, margamu adalah Fu. ada di belahan Tiongkok."

Elang terdiam dan kaget atas kalimat paman Rudi.

"Kakek?!" tanya Elang bingung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status