Share

Bab 6. Mimpi

Elang masih juga bingung dengan semuanya, kakek? aku masih punya kakek, begitu terus dalam pikirannya. Ingin rasanya dirinya menanyakan pada ibu, tapi dalam keadaan seperti ini, rasanya tak tega, menanyakan perihal ini.

Akhirnya Elang tertidur, lagi-lagi mimpi itu hadir kembali. Elang menyaksikan sebuah perkelahian hebat dari dua orang berpakaian kesatria. warna hitam dan merah mendominasi mimpinya kali ini. Berkali -kali nama Shang Fu terdengar, sampai-sampai Elang mengingau menyebutkan nama Shang Fu berulang kali.

Jiang menatap Elang yang tertidur pulas sambil menyebutkan nama yang membuat Jiang mendekati dengan tatapan berbeda.

"Shang Fu."

"Shang Fu."

Jiang mundur, dan segera membuka sebuah laci mengambil sesuatu dari dalam laci tersebut. Membukanya dan melihat benda di tangannya, sebuah plakat kecil, bertuliskan nama Shang Fu!

Jiang terdiam, napasnya mulai memburu, dan kembali berjalan ke kamar anaknya yang memang tak berpintu.

Terlihat, Elang sudah terduduk dengan napas yang masih tersengal, bajunya sudah basah oleh keringat.

Jiang masuk dan duduk di pinggir bibir ranjang anaknya.

Tanpa banyak kata, mata ibunya menatap Elang penuh makna, mengusap rambut Elang.

"Ada apa Nak? apa kau bermimpi buruk?"

Elang balas menatap ibunya, dan mengangguk pelan.

Ditangan ibunya masih terpegang plakat kecil itu.

Pelan tangannya menyodorkan benda itu pada Elang.

"Apa ini, Bu?"

"Entahlah, Nenekmu dari dulu menyimpannya, untuk keturunan khusus untuk keturunan laki-laki, dan kau anak lelakiku satu-satunya."

Elang menerima plakat itu dari tangan ibunya, sungguh kaget dirinya, melihat tulisan dalam huruf Cina, SYANG FU.

"Ibu, ini apa? siapa Shang Fu?"

Ibunya terdiam, menunduk ada roman sedih dalam tatapan matanya.

"Nenekmu, meninggalkan benda itu padaku, teruntuk keturunan laki-laki, berharap kelak anakku adalah laki-laki waktu itu, aku belum melahirkan dirimu."

"Ibu, ceritakan tentang Shang Fu padaku?" Elang begitu antusias sekali.

Jiang pun menceritakan asal usul Shang Fu, yang merupakan Ayahnya. Sejak dirinya dan adiknya Siok dibawa ibu ke lain desa, itu ternyata perintah dari Ayah. Entah apa alasannya Ibu tak tahu. Hingga bertahun-tahun lamanya, ibu sama sekali tak kembali , sehingga aku dan Siok kehilangan sosok seorang Ayah. Kami hanya mengenal Paman Dong yaitu Ayah Rudi sebagai pengganti Ayah. Kami hidup dalam kesengsaraan. Kami keturunan dari cina pinggiran yang tak punya marga besar. Apa lagi ... Ayah adalah ....

Saat itu, Jiang tak melanjutkan ceritanya. Tiba-tiba terdengar suara berdentum keras sekali dari luar rumah. Elang langsung pergi untuk melihat keadaan yang ada.

Melihat halaman rumahnya yang biasa-bisa saja. Tapi tak berapa lama, terdengar lagi suara keras dari arah pintu kecil depan teras.

"Siapa itu!!?" teriak Elang lantang.

Bruk!! suara benda jatuh dari atas, dan seseorang telah melompat dari pagar tembok rumah Elang. Seorang wanita, berjaket hitam, dalam keadaan berjongkok dan memegangi sesuatu .

"Siapa kau?" Elang sedikit takut atas penampilan dari penyusup ini.

Kemudian, sosok berjaket tersebut membalikkan badannya, sambil tersenyum.

"Sherly! kau!!"

"Hai wong cina, maaf aku masuk rumahmu tanpa ijin, karena setan ini berusaha masuk rumahmu, dia berniat jahat!"

"Setan! mana setan! kau jangan menyakitiku!" Elang berjalan mendekati Sherlyn.

Ups! dirinya terlupa bahwa Elang tak bisa melihat mahluk tak kasat mata yang kini dalam cengkeraman tangan mungil gadis itu.

"Ayo perlihatkan wujudmu!! agar pemilik rumah ini tahu tampang jelek kamu!!" ujar sherlyn sambil mengguncang-guncang sesuatu yang tak terlihat di mata Elang.

Lama kelamaan, mata Elang melotot melihat sesuatu dalam genggaman sherlyn, mahkluk mirip tikus besar, bermoncong dan bertaring, warna hitam, berbulu lebat. Matanya merah menyala menatap Elang.

Tak dinyana, Elang jatuh pingsan!

"Hah, Cemeng, malah pingsan! lihat manusia saja takut melihatmu, kini sesuai janjiku, bila kau datang ke rumah ini, aku tak akan memberi ampun lagi padamu, dan sekarang aku tahu siapa tuanmu."

"Shrkkk ...skrjljkkggajkkll." Suara mencicit dari makhluk itu tak dimengerti oleh sherlyn.

Gadis itupun mulai meremas setan itu yang sudah dalam genggaman tangannya hingga tak berbentuk dan lebur seketika menjadi debu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status