공유

Bab 4

작가: Julliana
Neil sibuk dengan pekerjaannya, jadi hampir tidak pernah punya waktu untuk mengurus anak sekecil itu. Yang dia tahu hanya memarahiku dengan wajah dingin karena dianggap tak becus.

Aku yang membawa Wayne ke rumah sakit untuk tes alergi. Aku membawanya ke satu per satu rumah sakit sampai akhirnya terdeteksi. Setelah bolak-balik selama sebulan penuh, aku akhirnya benar-benar memahami kondisi tubuh anak itu.

Saat itu juga, aku tanpa sengaja mengetahui sebuah kebenaran, kebenaran yang cukup untuk membuat Neil menggila kalau mengetahuinya.

Sejak saat itu, aku semakin hati-hati dalam merawat Wayne. Alerginya hampir tak pernah kambuh lagi. Neil pun mengambil peran sebagai ayah yang lepas tangan.

Wayne menarik-narik rokku dengan kesal. "Aku mau makan malam bareng ibuku, ambilin obat alergiku sekarang juga!"

Aku menolak dengan dingin, "Kamu nggak punya tangan? Ambil sendiri, obat alergi ada di kotak obat."

Selama ini, aku selalu menuruti semua keinginan Neil dan Wayne. Namun, hari ini aku sudah melawan dua kali. Sikapku ini langsung menghabiskan sisa kesabaran Wayne.

Dengan marah, Wayne mengangkat tinjunya dan memukul keras ke perut bagian bawahku. "Dasar wanita jahat! Kamu nggak pantas tinggal di rumah! Aku akan suruh Ayah usir kamu!"

Kebetulan aku sedang datang bulan. Badanku lemah dan perutku sudah tak nyaman sejak pagi. Pukulannya memang kecil, tetapi tetap membuat perutku nyeri. Wajahku langsung memucat.

Neil langsung menangkap tangan Wayne dan membentak, "Wayne! Siapa yang ajarin kamu main tangan begini? Cepat ke sini, Ayah ambilkan obatnya."

Aku menahan sakit, keringat dingin mengucur di dahi. Namun, Neil tak menyadari itu. Dia mungkin tidak akan percaya kalau pukulan anaknya membuatku kesakitan.

Dia menuangkan segelas air dingin untuk Wayne, lalu mengambilkan dua butir obat dan menyerahkannya.

Setelah menelan obat, Wayne mengerutkan alis. "Kenapa airnya dingin? Minum obat nggak boleh pakai air dingin!"

Setelah itu, dia menyodorkan gelas berisi sisa air ke arahku. "Ambilkan aku air hangat."

Aku memegangi perutku, sama sekali tidak meliriknya.

Wayne menatapku dengan tak percaya. "Kamu! Kenapa kamu jahat banget hari ini? Nggak kasih aku makan, nggak antar aku ke sekolah. Padahal kamu dulu nggak begini! Aku makin benci kamu!"

Melihatku tetap diam, dia menatapku dengan galak. "Kalau kamu nggak ambilin air, aku siram kamu pakai ini!"

Sebelum aku sempat membalas, wajah Neil sudah lebih dulu berubah suram. Dia langsung merebut gelas dari tangan Wayne. "Wayne, cukup! Siapa yang ajarin kamu nggak hormat sama ibumu?"

Wayne berteriak dengan mata memerah, "Dia bukan ibuku! Aku cuma punya satu ibu! Dia itu cuma pembantu mata duitan! Kalau Ayah nggak kasih dia uang, dia pasti bakal jahat sama aku!"

Suara polos itu menampar hatiku, seperti membuka pintu bagi semua rasa sakit dan kesedihan yang sudah lama kupendam. Rasanya sesak.

Neil langsung menjewer telinga anak itu dan membentak, "Jangan dengarkan omong kosong anak kecil. Kamu itu ibunya, bukan pembantu."

Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Neil menunduk, melihat layarnya, dan ekspresinya menjadi lebih baik.

"Aku bawa anak ini keluar sebentar. Malam ini kami makan malam dengan ibunya. Kami harus pergi sekarang, nggak enak kalau Quela menunggu terlalu lama. Kamu makan sendiri saja ya."

Wayne langsung terlihat bahagia dan menarik tangan Neil dengan penuh semangat. "Ayah, jangan pedulikan wanita jahat ini. Asal kasih dia uang, dia pasti tetap mau tinggal di sini sekalipun dipukul."

Neil tampaknya masih belum sepenuhnya tenang. Sebelum keluar, dia sempat menoleh ke arahku dan berpesan, "Wajahmu pucat sekali. Kamu istirahat di rumah saja. Kami nggak akan lama."

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Kembalinya Mantan Istri Suamiku   Bab 10

    Melihat Neil, Wayne langsung mundur ketakutan. "Aku ... aku nggak mau balik ke tempat itu!"Namun, orang di belakang Neil tidak memberinya kesempatan untuk melawan. Orang itu maju dan mengangkat Wayne seperti mengangkat anak ayam, lalu membawanya pergi.Aku menatap pemandangan itu dengan heran. "Apa yang terjadi?"Neil duduk di hadapanku, tatapannya tampak rumit. "Quela sudah kumasukkan ke penjara dan anaknya kukirim ke panti asuhan. Tapi, dua hari ini si bocah kabur. Hari ini aku akhirnya berhasil menemukanmu."Aku hanya mengangguk dan mencela, "Kulihat dulu kamu lumayan peduli sama dia. Kenapa nggak kamu besarkan saja?"Wajah Neil langsung menjadi suram. "Aku memang buta waktu itu. Demi dia, aku mengatakan hal-hal yang menyakitimu. Maaf."Aku terkekeh-kekeh. "Nggak perlu minta maaf, karena aku juga nggak berniat memaafkanmu."Neil menatapku lekat-lekat, masih belum menyerah. "Yuko, apa benar-benar nggak ada harapan lagi?"Aku menuangkan secangkir teh, lalu menyodorkannya ke depan Nei

  • Kembalinya Mantan Istri Suamiku   Bab 9

    Kerumunan mulai riuh. Semua mata tertuju padaku, menunggu jawabanku.Aku berkata pelan, "Maaf, aku menolak."Suasana pesta mendadak menjadi dingin. Sekretarisku yang berambut pirang dan bermata biru melangkah maju, mengangkat gelas ke arah Neil sambil bercanda."Maaf, Pak Neil. Bu Yuko sudah punya pasangan. Kamu ingin mencuri perhatian dariku ya?" Usai berkata demikian, dia menggandengku pergi tanpa menoleh ke belakang.Neil mengejarku hingga ke luar aula, akhirnya menangkap pergelangan tanganku dan bertanya dengan nada tak rela."Yuko, selama lima tahun ini, kamu sama sekali nggak pernah mencintaiku? Kamu sungguh tega bertindak sekejam ini?"Aku segera melepaskan tangannya dan menyahut dengan dingin, "Neil, jangan terlalu tinggi hati. Kalau saja wajahmu nggak mirip dengan dia, menurutmu aku akan menikahimu?"Neil terkejut. "Mirip dia? Siapa?"Aku mencibir. "Bukan urusanmu."Aku langsung masuk ke kursi penumpang depan dan menutup pintu dengan keras.Neil merapat ke jendela, menatapku d

  • Kembalinya Mantan Istri Suamiku   Bab 8

    Setelah aku mengizinkannya, Neil perlahan duduk di hadapanku."Yuko, aku tahu Quela mengirimkan video itu kepadamu. Saat itu aku habis minum sedikit, jadi nggak sempat menghindar. Tapi, sekarang aku sudah mengusir Quela dan anaknya dari hidupku ...."Aku menyela dengan suara tenang, "Kalau ada yang mau dibicarakan, langsung saja. Aku sibuk, masih ada banyak kerjaan."Neil menggigit bibirnya, seperti ingin bicara, tetapi ragu-ragu. Akhirnya, dia berucap, "Maafkan aku, Yuko."Begitu mendengar tiga kata itu, kelopak mataku sedikit berkedut. Selama lima tahun pernikahan, ini pertama kalinya aku mendengar permintaan maaf darinya. Ternyata Neil juga bisa minta maaf.Dia menunduk, suaranya penuh ketulusan. "Selama ini aku telah menyakitimu. Baru setelah kamu pergi, aku sadar betapa berharganya kamu untukku. Kita masih bisa mulai dari awal lagi, 'kan?"Tanganku yang memegang pena sontak membeku. Aku menatapnya tanpa ekspresi.Neil terlihat gugup, telapak tangannya bahkan basah oleh keringat. J

  • Kembalinya Mantan Istri Suamiku   Bab 7

    Setelah berkata demikian, Neil pergi tanpa menoleh sedikit pun.....Sesampainya di Palis, aku pindah ke sebuah rumah kecil dua lantai bergaya barat. Aku membagi uangku menjadi dua bagian. Sebagian untuk dana operasional, sebagian lagi untuk berinvestasi dalam sebuah usaha.Jurusan kuliahku dulu adalah manajemen keuangan. Jika dulu aku tidak gegabah menikah dengan Neil, seharusnya aku sudah punya karierku sendiri.Namun, tidak ada kata terlambat untuk memulai usaha. Aku orang yang sangat sigap. Hari kedua setelah pindah, aku langsung membuat rencana dan mencari lokasi untuk bisnisku.Satu bulan kemudian, perusahaanku sudah beroperasi dengan stabil dan mulai terlihat di pasar.Aku sibuk luar biasa. Sekretarisku mengetuk pintu kantorku dengan hati-hati. Setelah aku mengizinkan, dia baru membuka pintu sedikit dan menjulurkan kepalanya ke dalam."Bu Yuko, ada wanita yang namanya Quela ingin bertemu denganmu."Tanganku yang sedang menandatangani dokumen sontak terhenti. Aku mencoba menginga

  • Kembalinya Mantan Istri Suamiku   Bab 6

    Di sisi lain, Neil duduk di meja makan. Jemarinya perlahan mengusap permukaan gelas anggur. Mengingat wajahku yang pucat, entah kenapa hatinya terasa tidak tenang.Makanan hampir habis. Quela duduk di sampingnya. Aroma parfum yang menyengat langsung menyelimuti tubuh Neil. Neil mengernyit, lalu tangan Quela menyentuh punggung tangannya."Neil, hari sudah malam. Gimana kalau kita ke rumahku saja? Kita minum sedikit lagi," ucap Quela dengan suara lembut.Neil menarik tangannya. "Lain kali saja, sudah malam. Aku harus bawa Wayne pulang."Tanpa menunggu jawaban dari Quela, dia langsung berdiri dan mengajak Wayne pulang. Namun, saat mereka tiba di rumah, sosokku sudah tak ada lagi di sana.Rasa gelisah di hati Neil semakin merajalela. Dia mengeluarkan ponselnya. Ketika melihat sebuah pesan, hatinya semakin kacau.Dia mencoba meneleponku berulang kali, tetapi semua panggilan menunjukkan bahwa nomorku sedang di luar jangkauan.Tepat saat itu, bel rumah berbunyi. Neil segera membuka pintu. Nam

  • Kembalinya Mantan Istri Suamiku   Bab 5

    Tak lama kemudian, pintu depan tertutup dengan bunyi yang keras. Aku duduk di sofa, menarik sudut bibirku tanpa bersuara sedikit pun.Aku sudah berkali-kali membahas soal perceraian, tetapi Neil sama sekali tak menganggap serius. Mungkin karena dulu aku terlalu mencintainya.Semua cinta dan perhatian kuberikan tanpa sisa untuk Neil dan Wayne, hingga mereka merasa tak akan pernah kehilangan diriku. Mereka berpikir aku tidak akan benar-benar pergi.Namun, kali ini mereka salah besar. Aku sudah tak sanggup lagi tinggal di sini. Entah Neil mau tanda tangan atau tidak, hari ini aku tetap akan pergi.Aku duduk lama, hingga rasa sakit di perut perlahan menghilang. Tiba-tiba, layar ponselku menyala. Muncul sebuah pesan. Aku membukanya, ternyata dari Quela.[ Kamu sudah menikmati hidup sebagai istri Neil selama lima tahun. Sekarang aku kembali, saatnya kamu enyah dari sini. ]Segera setelah itu, masuk sebuah video. Dalam video itu, Wayne berlari masuk ke mobil, duduk manis di pangkuan Quela sam

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status