Setelah terlahir kembali, aku memutuskan untuk menuliskan nama adikku di formulir pendaftaran pernikahan. Kali ini, aku ingin merestui Hans. Di kehidupan ini, aku membiarkan adikku memakai gaun pengantinku dan cincinku. Aku mengatur setiap pertemuannya dengan adikku. Setelah dia membawa adikku ke Kota Barga, aku langsung pergi ke Selatan untuk melanjutkan kuliah di Kota Sarna. Karena di kehidupan sebelumnya, setelah hidup lebih dari setengah abad, dia dan putraku memohon padaku untuk menceraikannya dan merestui hubungannya dengan adikku. Di kehidupan ini, aku hanya ingin hidup untuk diri sendiri dan meraih kesuksesan, tanpa memikirkan percintaan lagi.
Lihat lebih banyakKamar tamu tidak besar, tetapi bersih dan rapi. Selimut yang terbentang di atas kasur pun memancarkan kehangatan."Istirahatlah dulu, pangsit segera selesai," kata Darwis dengan lembut sambil meletakkan koper.Aku mengangguk dan duduk di tepi kasur.Melihat kepingan salju yang berjatuhan di luar jendela, hatiku merasakan kedamaian dan ketenangan yang belum pernah kurasakan sebelumnya.Mungkin inilah rasanya rumah.Malam hari, kami duduk di sekeliling meja dan menyantap pangsit makan.Nenek Darwis terus mengambilkan makanan untukku."Elvy, ke depannya, sering-sering main ke sini. Nenek siap menyabutmu kapan saja."Aku tersenyum sambil mengangguk, hatiku terasa sangat hangat.Setelah makan malam, Darwis mengajakku berjalan-jalan di taman sekitar.Di musim dingin, hanya ada sedikit orang di taman. Beberapa pasangan berpelukan dan menikmati ketenangan yang sulit didapatkan ini.Kami berjalan di sepanjang tepi danau tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Kepingan salju jatuh dengan lembut dan
"Kalau kamu ingin menebus kesalahanmu, jalani hidup baik-baik dengan Helen. Jangan ganggu aku lagi, nggak baik untuk kami berdua."Matanya berubah gelap. Nada bicaranya dibaluti dengan ketidakrelaan. "Tapi aku merasa, seharusnya kamulah istriku."Kesabaranku habis, aku langsung mengusirnya."Hans, pergilah. Kamu nggak seharusnya mengatakan hal seperti ini, juga nggak seharusnya datang ke sini."Dia berdiri dengan lesu dan meninggalkan kamarku dengan berat hati.Aku menatap punggungnya, tidak muncul sedikit pun gejolak di hatiku.Baik di kehidupan sebelumnya maupun sekarang, dia tidak bisa memilih di antara dua wanita dan ingin memiliki keduanya.Aku mulai berpikir. Karena Hans dan Helen sudah tinggal di sini, aku tidak perlu berada di sini. Keluarga Pratama bukan rumahku.Keesokan paginya, aku mengemasi barang bawaanku, lalu mengetuk pintu kamar ibu Hans.Aku memberikan sebuah kartu bank padanya sambil berkata dengan tenang, "Bibi, terima kasih sudah merawatku selama beberapa tahun ini
Bagaimanapun, mereka sudah membesarkanku. Aku tidak boleh terlalu kasar.Setelah dipertimbangkan dengan cermat, aku membeli tiket dan pulang ke Kota Jaya dengan membawa berbagai jenis hadiah.Begitu memasuki rumah Keluarga Pratama, terdengar teriakan keras."Hans, apa maksudmu? Asal kamu tahu, aku hamil anakmu. Jangan seenaknya buat aku marah!"Aku tertegun, terlihat Helen yang berperut buncit sedang mengumpat Hans.Wajah Hans memucat, dia tidak berani membantah. Jadi, dia hanya bisa membujuk Helen dengan sabar."Helen, tenanglah. Dokter bilang kamu nggak boleh terlalu emosional, nggak baik untuk anak.""Aku cuma mau mantel itu, beli sekarang juga!""Helen, aku akan membelikannya lain kali. Uang sakuku bulan ini sudah habis."Hans memapah Helen duduk dengan hati-hati."Siapa suruh kamu nggak kompeten, sampai sekarang kamu masih menjadi kapten. Jangan-jangan, kamu kasih uang ke Kak Elvy?"Ekspresi Hans berubah. "Helen, jangan asal bicara. Aku sudah lama putus hubungan dengannya.""Putus
Kepala sekolah menatapku, lalu menatap Hans. Setelah hening sejenak, dia berkata, "Pak Hans, karena kamu nggak punya hubungan apa pun dengan Elvy, kamu nggak bisa mengurus prosedur pengunduran dirinya."Aku merasa lega.Hans ingin mengatakan sesuatu, tetapi disela oleh kepala sekolah. "Pak Hans, kalau nggak ada urusan lain, silakan pergi. Masih ada urusan yang perlu kutangani."Beberapa hari berikutnya, Hans masih bermunculan.Karena dia terus menggangguku, pelajaranku pun terganggu. Hal yang lebih menyebalkan adalah Helen juga datang."Kak Hans, kumohon padamu. Kita pulang untuk bercerai! Aku nggak mau seperti ini, aku nggak mau merebut suami kakakku. Aku ... aku bukan orang jahat ...."Dia menarik ujung pakaian Hans sambil menangis terisak-isak.Hans memeluknya dengan tidak tega sambil menepuk punggungnya dengan lembut."Helen, patuh. Jangan menangis, ini bukan salahmu. Kita pulang sekarang. Ini salahku, kamu jadi menderita ...."Helen menangis pilu dan berpura-pura ingin berlutut pa
Cuaca di Kota Sarna lembap dan hangat. Aku berdiri di depan Universitas Sarna dengan linglung.Saat berjalan memasuki kampus, jiwaku seolah-olah hidup kembali.Siang hari, aku duduk di dalam kelas, mendengarkan pelajaran dan menyerap pengetahuan dengan saksama. Malam hari, aku bekerja di restoran kecil, menyajikan hidangan dan mencuci piring. Saking lelahnya, pinggangku pun terasa sakit.Namun, kelelahan seperti ini membuatku merasa tenang.Sebulan kemudian, aku mulai terbiasa dengan kehidupan yang sibuk ini. Namun, aku melihat Hans di lantai bawah asramaku."Elvy! Kenapa kamu melakukan semua itu? Kenapa kamu menuliskan nama Helen di formulir pendaftaran pernikahan? Kenapa kamu nggak pergi ke Kota Barga?"Nada bicaranya dipenuhi dengan amarah dan kekesalan.Aku menatapnya dengan dingin. "Aku nggak ingin punya suami yang mendambakan orang lain. Menjijikkan, nggak bisa diterima!"Dia menatapku dengan kaget. "Bagaimana bisa kamu bilang begitu? Dulu, kamu bukan seperti ini."Aku memalingka
Mungkin dia menyadari, tetapi tidak peduli.Aku tersenyum masam, seberkas keraguan di hatiku pun lenyap. Ternyata inilah yang dimaksud dengan "Ke depannya, aku akan memperlakukanmu dengan baik".Pengemudi itu mengantarku ke rumah sakit. Setelah melakukan pemeriksaan menyeluruh, hanya ada sedikit luka luar dan pergeseran organ dalam.Aku berbaring di kasur. Sekujur tubuhku sakit, tetapi hatiku sangat tenang.Tengah malam, Hans berjalan masuk dengan ekspresi lelah.Melihatku bangun, cahaya gugup melintas di wajahnya."Elvy, bagaimana keadaanmu? Sudah membaik?"Aku menatapnya dengan dingin tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Dia menggosokkan tangannya sambil menjelaskan dengan gelisah, "Helen agak syok, aku terus menemaninya, jadi ...."Menghadapi tatapanku, dia tiba-tiba terdiam."Elvy, dengarkan penjelasanku. Waktu itu, kondisinya terlalu mendesak. Helen berada di dekatku, aku spontan ...."Dia terdiam sejenak, seolah-olah sedang menyusun kata-kata. "Aku nggak tahu kamu akan tertabrak."
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen