Nusantara - 04 Desember 2024
Di depan sebuah portal besar yang mengeluarkan cahaya ungu, banyak sekali orang berkumpul. Para media juga datang berkumpul di antara orang-orang. "Baiklah pemirsa, selamat siang, Channel 6 di sini dan kami akan sedang melakukan siaran langsung detik-detik sebelum para hunter datang untuk penyerangan dungeon terbesar di negara ini!" Seorang wartawan berbicara dengan tenang menggunakan mikropon yang ia bawa dan seorang pembawa kamera sedang merekamnya. "Leon!" "Leon!" "Leon!" Orang-orang mulai meneriakkan nama Leon. Memahami apa yang terjadi, wartawan dengan kameraman itu langsung berpaling dan mereka ke arah yang berbeda. Di antara kedua pembatas, beberapa orang hunter berjalan sambil membawa senjata mereka. Leon berjalan di paling depan dengan membawa pedang besarnya sebagai senjata utama. "Pemirsa, Hunter Leon sudah datang bersama dengan tim raid utama guild Red Flame. Ini adalah moment yang bersejarah karena sekali lagi hunter terbaik dunia Leon bersama dengan guild Red Flame akan menaklukkan salah satu dungeon terbesar yang ada di dunia!" Wartawan itu mulai berbicara dengan bersemangat setelah terbawa suasana oleh orang-orang yang bersemangat meneriakkan nama Leon. Wartawan itu memberikan gestur tangan kepada kameraman untuk bergerak lebih dekat karena sepertinya ia ingin mencoba untuk mewawancarai Leon. "Leon!" "Leon!" "Leon!" Ketika mereka mendekat suara orang-orang yang meneriakkan nama Leon terdengar sangat jelas. "Baiklah, seperti yang kalian dapat dengar sendiri, semua orang yang berkumpul meneriakkan nama hunter Leon karena memang hunter Leon adalah hunter paling terkenal dan mungkin hunter Leon adalah hunter terbaik di dunia. Setelah kebangkitannya 3 tahun lalu, hunter Leon sudah menaklukkan lebih dari 100 dungeon yang setengah di antaranya adalah dungeon dengan portal tingkat emas ke atas." Wartawan itu berbicara panjang lebar menjelaskan semuanya untuk memancing semangat para penonton siarang langsung mereka. "Leon memang terbaik. Setelah kebangkitannya, Indonesia mulai di pandang oleh negara-negara besar." "Benar, jika bukan karena Leon, negara-negara besar itu tidak akan memandang kualitas hunter negara kita." "Hidup Leon!, hidup Red Flame!" "Leon memang terbaik, julukan kaisar api memang sangat cocok untuknya karena sekarang ia adalah pemuncak semua hunter." "Leon!, Leon!" "Inilah kualitas hunter Indonesia yang sebenarnya, Leon telah menunjukkannya pada dunia!" "Leon adalah hunter terbaik dunia, dia menyelesaikan lebih banyak dungeon dari pada hunter-hunter lain." "Leon memang yang terbaik!" Seperti termakan oleh pancingan Wartawan, orang-orang dalam siarang langsung itu langsung berkomentar dengan semangat memuji-muji sosok Leon. Di sisi lain, Leon dan para anggota raid yang sedang berjalan ke arah dungeon mereka menjadi semakin dekat dengan wartawan tadi. Menyadari kalau ini adalah kesempatannya wartawan tadi langsung mencoba untuk menarik perhatian Leon. "Leon, Leon, bagaimana tanggapan hunter Leon pernyataan dari hunter USA, Darek Waller." Wartawan itu mencoba untuk menarik perhatian Leon. Sementara Leon mendengar sesuatu yang menarik perhatiannya langsung terpancing dan menoleh ke arah wartawan itu. "Apa?!" Tanpa pikir panjang ucap Leon dengan ekspresi yang terlihat kesal, Wartawan itu yang menyadari hal itu langsung merasa gugup. "Haha, Leon marah." "Aku dengar dia terlibat masalah dengan beberapa hunter USA." "Habislah Darek atau siapapun itu karena sudah memancing amarah Leon." "Leon adalah hunter dengan atribut api, apakah itu membuatnya menjadi tempramental?" Kolom komentar di siaran itu langsung ribut setelah mendengar tanggapan Leon. "....Ada komentar dari hunter USA, Darek Waller, tentang hunter Leon dan guild Red Flame." Wartawan berbicara dengan gugup, meski ia mencoba untuk tenang namun tekanan yang Leon berikan membuatnya takut. "Apa katanya?" Leon dengan tatapan tajamnya dan nada suaranya yang tegas bertanya kepada wartawan itu. "Hunter Darek Waller mengatakan kalau pencapaian hunter Leon dan guild Red Flame hanyalah karena jumlah dungeon di Asia yang lebih banyak dari pada dungeon di USA, jika gate di USA lebih banyak maka ia yang akan menjadi hunter dengan jumlah penyelesaian dungeon terbanyak." Mendengar hal itu Leon seolah terpancing emosinya dan langsung menjawab tanpa pikir panjang. "Katakan padanya, berhentilah bermimpi, jika dia datang ke Asia, aku pastikan kalau dia tidak akan bertahan dalam satu raid!" Kata Leon sambil menunjukkan jari tengahnya ke kamera lalu berjalan pergi meninggalkan wartawan itu. "Leon sudah kehabisan kesabarannya." "Habislah Darek Waller atau siapapun itu, hahahaha." "Leon sudah menandaimu Darek sebaiknya kau kabur, kemana saja yang kau bisa." Kolom komentar menjadi semakin panas, semua orang terbawa suasana setelah tanggapan panas dari Leon. Di sisi lain Leon dan berserta para hunter lain sedang bersiap untuk memasuki dungeon, mereka memeriksa perlengkapan mereka untuk memastikan tidak ada yang ketinggalan sesuatu. "Baiklah semuanya karena ketua guild kita hari ini sedang dalam kondisi perasaan yang buruk, aku yang menggantikannya. Kita akan memasuki portal ungu, pastikan kalian bersiap untuk ini karena portal ungu adalah portal tingkat atas... Dan terakhir, setelah raid ini selesai kita akan makan-makan, tentu ketua yang akan membayar semuanya!" Berdiri seseorang di antara mereka, ia memiliki ciri-ciri tubuh agak tinggi dengan rambut pirang dan kulit putih. Ia adalah wakil ketua guild Red Flame, Albert. "Yeyy!" "Yeyy!" Semua anggota party berteriak dengan semangat, sementara Leon yang mendengar semua dikatakan Albert hanya bisa menoleh ke arah Albert dengan tatapan terkejutnya. "Mengatasi emosimu yang selalu naik turun itu susah tau, kau harus bersyukur karena aku tidak meminta bayaran khusus." "Ya, ya,... mari kita selesaikan dungeon ini!" Leon yang tidak bisa membantah perkataan Albert, hanya bisa menerimanya begitu saja dan mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. Beberapa jam setelahnya. Di dalam dungeon Leon berserta para anggota partynya sedang melawan boss monster dungeon tersebut. Setelah pertarungan berjam-jam sepertinya pertarungan mereka sudah mencapai akhir, Leon dengan pedangnya yang berapi menyala-nyala meloncat ke arah boss monster dan menebasnya. "Fire slash!" Leon menebas tubuh boss monster itu menjadi dua bagian yang terbakar oleh api merah yang menyala-nyala. "Akhirnya, haah, haah, haah." Dengan nafas berat tak beraturan Leon terengah-engah setelah bertarung selama beberapa jam tanpa henti. "Haah, rasanya tubuhku ingin hancur, kakiku sudah tidak sanggup lagi untuk berdiri. Sudah berapa lama aku tidak bertarung seperti ini, seperti yang kuduga pertarungan 1v1 melawan boss memang sangat melelahkan, namun ini bagus untuk meluapkan emosiku seperti kata Albert." Meski kakinya kelelahan dan badannya ingin roboh namun Leon tetap berdiri tegak sambil menatap langit-langit. "Perjalananku masih panjang, aku tidak bisa berhenti di sini!" Kata Leon dengan penuh semangat. Itu adalah ritual yang sering di lakukan Leon, seperti kebiasaannya ketika ia berhasil menyelesaikan sebuah dungeon. Dengan mengingatkan dirinya kembali ia terus mengukir tujuan utamanya di dalam dirinya. "Baiklah waktunya kembali dan menemui mereka semua, mereka pasti kelelahan karena menungguku berjam-jam di luar pintu rungan boss dungeon." Leon mulai berbalik dan berjalan ke arah sebuah pintu besar yang ada di depannya. Dia berjalan dengan tubuh dan kakinya yang benar-benar kelelahan, sehingga langkahnya terasa lambat. Setelah beberapa saat Leon sudah berada di depan pintu itu, ia membuka pintu dungeon itu dengan perlahan karena kekuatannya masih belum pulih. "Baiklah semuanya mari kita pulang dan makan--, Ukh!" Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya sebuah pedang langsung menancap di dadanya, dengan ekspresi penuh keterkejutan Leon menatap ke arah orang yang menusuknya. "Apa maksudnya ini?!"Daven yang menghabiskan harinya dengan kesunyian mulai mengistirahatkan tubuhnya yang sudah kelelahan. "Aku menghabiskan hariku dengan berlatih dan berlatih terus berpikir untuk mencapai tujuanku, dan mungkin juga untuk membalaskan dendamku, jujur saja di saat sunyi seperti ini adalah sesuatu yang paling tidak ku sukai," Meski latihan membuatnya merasa lelah namun ia terus melakukannya untuk memfokuskan pikirannya pada tujuannya namun di saat ia tidak melakukan apa-apa, semua hal negatif lain mulai menggerogoti pikirannya. "Aku selalu bertanya apakah aku bisa melakukannya, di saat aku latihan aku pasti akan percaya diri kalau aku bisa melakukannya namun di saat seperti ini kadang terasa sekali jurang yang dalam antara aku dan tujuanku," Daven mulai merubah posisi tidurnya ke kiri atau ke kanan selama beberapa kali, terkadang ia telentang atau tiarap hanya untuk menemukan posisi tidur yang nyaman. Di posisi tiarap ia melihat ke samping, melihat ke arah meja tempat ia duduk d
Mendengar suara perempuan memanggil nama mereka, Daven dan Lia langsung menoleh dan melihat seorang wanita dewasa dengan pakaian rapi seperti orang baru saja pulang bekerja. Wanita itu memiliki rambut hitam panjang yang terlihat sedikit bergelombang, meski berumur setidaknya kepala tiga namun dia masih terlihat sangat muda dan cantik. "Mama?" Lia langsung bereaksi setelah melihat wanita itu yang ternyata adalah ibunya, dia terlihat sedikit terkejut. 'Ibunya Lia? aku memang penasaran apakah dia tinggal bersama keluarganya atau tidak, karena aku tidak pernah bertemu dengan keluarganya,' Daven sedikit terkejut, setelah beberapa bulan ia menjalani kehidupan ini, ini adalah pertama kalinya ia bertemu dengan ibunya Lia yang juga merupakan tetangganya. "Bukankah mama bilang kalau mama tidak akan pulang malam ini?" Tanya Lia sedikit heran, dia hanya tidak menyangka kalau ibunya akan pulang. "Ya Mama b
Daven membuka pintu apartemennya dan ia mulai berjalan keluar, dengan memakai sepatu lari dan juga pakaian olahraganya, ia sudah siap untuk sedikit lari dan melemaskan tubuhnya yang kaku akibat terlalu banyak kejadian yang membuatnya tidak bisa berhenti berpikir. 'Tidak ada gunanya untuk terus terjebak dalam pikiran sendiri, sekarang lebih baik bagiku untuk lebih banyak bergerak dan benar-benar melakukan sesuatu' Pikir Daven sambil dan setelahnya ia memulai pemanasannya. Daven melakukan pemanasan selama beberapa menit, ia merenggangkan seluruh tubuhnya dan ketika ia sudah merasa cukup, ia berhenti. "Baiklah mari kita mulai" Ucapnya memulai larinya. Daven memang sudah biasa melakukan lari di sore hari karena pagi hari adalah hari yang sangat sibuk bagi Daven apalagi setelah ia sudah mulai sekolah. 'Aku tidak akan bisa olahraga pagi seperti biasanya karena sekolahku, jadi setidaknya aku harus menambah kualitas pada latihan sore ini,' Pikir Daven sambil meneruskan larinya. Ia
Beberapa menit setelah perjalan ke apartemennya, Daven akhirnya kembali ke apartemennya, dia berjalan masuk ke dalam kamar apartemennya. "Hari ini melelahkan sekali, jujur saja apakah ini kerjaan si sistem itu? bukankah pagi tadi dia bilang akan melakukan sesuatu yang menarik," Ucap Daven mencoba untuk mencocokkan teorinya. Bagaimanapun kejadian di sekolahnya hari ini memang benar-benar aneh sekali untuk di katakan sebagai hari pertama sekolah seseorang. 'Bertemu dan mengalahkan pembully, lalu anak yang di bully meminta untuk dilatih olehmu setelah itu seorang hunter terkenal menyamar dan mencoba untuk mengikutimu, ini pasti ulah sistem itu,' Pikir Daven mempercayai teorinya itu. Daven yang merasa lelah lalu meletakkan tasnya dan ia juga melepaskan seragamnya, setelahnya Daven duduk di atas kasurnya, tak lama ia menjatuhkan tubuhnya dan mulai berbaring di atas kasurnya. "Jika aku
Daven terdiam di tempatnya berdiri setelah ia berpisah dengan Allen, tatapannya menatap tajam ke suatu arah. 'Dia? yang benar saja!' Pikirnya sambil melihat ke arah seseorang yang memakai Hoodie hitam dengan penutup kepalanya, orang itu juga memakai kaca mata hitam dan sebuah masker untuk menutupi wajahnya. Tanpa pikir panjang Daven berlari secepat yang dia bisa, dia terus dan terus berlari sambil mencoba untuk menghindari beberapa orang dan barang yang menghalangi jalannya. "Eh??" Ketika Daven berlari, orang itu terkejut dan langsung juga ikut berlari mencoba untuk mengejar Daven. Mereka terus berlari dengan secepat yang mereka bisa, orang-orang yang melihat mereka berlari menjadi heran namun mereka tidak mencoba untuk ikut campur. Semuanya
"Kau masih di sini?" Tanya Daven kepada Allen karena menurut Daven, tidak ada alasan lagi untuknya untuk tetap diam di sana. "A-ah, maaf," Jawab Allen dan ia mulai berdiri. "Terimakasih karena telah menolongku kak?.." Allen mencoba untuk berterimakasih kepada Daven namun ia tidak tau nama Daven. "Daven," Jawab Daven memberitahukan Allen namanya setelah ia menyadarinya. "Saya Allen dari kelas 11 E, Terimakasih banyak Kak Daven," Kata Allen sambil menundukkan wajahnya. Daven sendiri merasa cukup terkejut karena Allen berterimakasih kepadanya dengan bersungguh-sungguh, jadinya hal itu membuat Daven sedikit canggung dan bingung untuk menjawabnya. "Ya, tidak masalah," Ucap Daven dengan a
'Sudah kuduga akan ada orang di sini,' Wajahnya terlihat putus asa dan pasrah, begitulah reaksi Daven ketika ia melihat ada beberapa orang di atas atap itu. 'Kenapa aku malah putus asa, bukankah aku sudah merasakan keberadaan lima orang di atas atap ketika sedang mengarah ke atas sini,' Pikir Daven. Dengan kemampuannya untuk merasakan mana seseorang Daven sudah menyadari orang-orang yang sedang berada di atap namun entah mengapa ia masih berharap. Terdapat 4 orang yang terlihat di atas atap itu dan mereka semua berada di dekat pagar pembatas dan mereka menghadap membuat setengah lingkaran. 'Dilihat dari warna seragam mereka anak kelas 2 ya?' Simpulkan Daven. Mendengar suara pintu terbuka mereka langsung melihat ke arah pintu itu dan terlihat jelas sosok Daven yang juga menatap mereka.
'Eh?' Daven terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya terdiam ketika guru wanita itu memeluknya. "Bu Nia?" Ucap Pak Daffa terkejut dan kebingungan setelah melihat Bu Nia memeluk Daven begitu saja. Menyadari kelakuannya yang sepertinya agak berlebihan, Bu Nia mulai melepaskan Daven dan mencoba untuk bersikap tenang. "Maaf, aku tak sengaja" Kata Bu Mia kepada Pak Daffa. Bu Nia lalu melihat ke arah Daven. "Maaf Daven, Ibu tidak sengaja mungkin naluri keibuan Ibu membuat Ibu bergerak begitu saja," Kata Ibu Nia mencoba menjelaskan kepada Daven. "Daven adalah salah satu dari para murid-murid sekolah ini sangat yang berharga, mengingat kondisi yang terjadi mungkin membuat Naluri keibuan Bu Nia keluar sendiri, karena itu Daven maafkan Ibu Nia," Ucap Pak Daffa mencoba untuk membela Ibu Nia
[ Halo Daven ] "Pendidikan tetap apa?" Tanya Lia yang agak kebingungan karena Daven tiba-tiba berhenti begitu saja. "Ah, maksudku pendidikan tetaplah penting" Jawab Daven setelah menyadari kebingungan Lia. "Kalau begitu aku berangkat dulu" Ucap Daven ingin mengakhiri pembicaraan. "Aku juga akan berangkat kalau begitu hati-hati Daven" Ucap Lia sambil tersenyum hangat dengan melambaikan tangannya kepada Daven. "Kau juga hari-hati" Jawab Daven. Lia berjalan langsung ke arah sekolahannya s