"Stt!.." Ucap Daven pelan sambil memberikan isyarat dengan jarinya menyuruh Lia untuk tetap diam.
'Ini serangan monster? tapi bagaimana bisa terjadi? bagaimana bisa portal merah muncul di tempat ini?' Pikir Daven dengan kebingungan. *Step, step.* Ketika Daven sedang berpikir memahami apa yang terjadi, ia mendengar suara langkah kaki yang sangat banyak. 'Goblin, jumlahnya sekitar 9 goblin. Apa yang harus aku lakukan? cepat pikirkan Daven!' Daven berpikir keras menentukan langkahnya, alasan kenapa Daven benar-benar berpikir keras ia tidak memiliki cara untuk mengalahkan para goblin itu dengan kemampuannya sekarang. "Ah, benar!" Ucap Daven spontan setelah ia mendapatkan sebuah ide. Daven berdiri dan keberadaannya yang di sadari oleh para goblin langsung membuat goblin berlari ke arahnya yang ada di lantai 2. "Daven, apa yang ingin kau lakukan?" Lia yang dari tadi diam saja mulai berbicara setelah melihat Daven mulai bergerak. "Lihat saja," balas Daven. Daven langsung mengambil anak panah yang menancap di dinding itu dan melepaskan batang kayunya hingga menyisakan mata dari anak panah itu saja. "Baiklah begini saja harusnya cukup," Ucap Daven dengan percaya diri. 'Harusnya ini bisa bekerja dengan Super powerku.' ------- Super Power: Metal Control Anda dapat mengendalikan semua benda yang terbuat dari metal yang ada di sekitar anda, namun anda tidak dapat menggerakkan benda itu jika benda itu terikat dengan benda non metal yang lebih berat. Berat benda yang dapat anda control tergantung dengan jumlah magic power anda. ------- 'Aku hanya perlu melepaskan kayu dari mata panahnya saja karena mata panah itu sangatlah ringan, selain itu ini adalah mata panah dari goblin yang memang tidak memiliki kekuatan sebaik manusia karena itu mata panah mereka jauh lebih ringan.' "Daven.., ada goblin.." Kata Lia dengan takut. ketika Daven sedang menarik mata panah dari anak panah itu para goblin sudah berada di lantai dua dengan naik tangga yang ada di ujung apartemen mereka. Daven langsung bergegas mencoba untuk menggerakkan mata panah itu, ia menggerakkan jarinya sebagai arah dari gerakan anak panah itu. 'Aku tidak pernah mencoba super power ini, meski aku bisa menggerakkan mata panah itu dengan pikiranku saja namun aku tidak bisa menggerakkannya dengan baik, karena itu lebih baik menggunakan tanganku sebagai gambaran.' Daven lalu menggerakkan tangannya ke depan dan anak panah itu melesat dengan kencang ke arah para goblin, anak panah itu menusuk satu goblin dan menembusnya tepat di kepalanya hal itu terjadi juga dengan goblin lain yang ada di belakangnya. [ Quest Tersembunyi, ........., 2/10. ] 'Bagus jumlahnya naik, mari kita lakukan lagi.' Daven lalu menggerakkan tangannya memberikan gestur berputar dan mata panah itu berputar dan membunuh goblin lain yang ada di jalannya. Daven menggerakkan tangannya ke semua arah dengan lihai, mata panah itu bergerak sesuai keinginan Daven dan membunuh semua goblin yang ada di sana. [ Quest Tersembunyi, ........., 9/10. ] "Wow, Daven tadi itu hebat sekali, aku tidak tau kalau kau punya kemampuan hebat seperti itu!" Puji Lia dengan wajah kagum setelah ia melihat kemampuan Daven yang menyelamatkannya. "Sekarang bukan waktu yang tepat untuk senang karena kita berhadapan dengan portal merah," Jawab Daven dengan serius. Daven tahu hal apa yang menanti mereka karena mereka sudah terjebak di sekitar portal merah. "Portal merah?" Jawab Lia dengan bingung. "Apa kau tidak tau mengenai portal merah?" Tanya Daven telah mendengar perkataan Lia. "Aku tau Hunter dan semacamnya namun aku tidak terlalu memikirkannya karena itu aku tidak tau banyak," Jawab Lia dengan polosnya. "Portal merah itu adalah sebuah keadaan khusus di mana monster yang seharusnya tetap berada di dalam dungeon malah keluar dari dungeon dan menyerang dunia kita," Jawab Daven menjelaskan dan Lia menunjukkan ekspresi kalau dia mulai paham. "Ah, rasanya aku pernah mendengar ini dari guruku kalau tidak salah karena dua portal terlalu dekat satu sama lain sehingga membuat portal berikutnya yang muncul di antara kedua portal itu menjadi portal merah," Kata Lia sambil mengingat-ingat. Seperti yang Lia katakan, sekarang ini masalah portal dan hunter telah menjadi pelajaran umum yang di ajarkan di seluruh sekolah yang ada di dunia ini karena mereka perlu tau bahaya seperti apa yang ada di sekitar mereka, dan mereka perlu tau bagaimana caranya umat manusia menghadapi bencana itu. "Benar, portal merah muncul akibat dari dua portal tingkat emas ke atas yang berada terlalu dekat satu sama lain, karena portal adalah sebuah Magic power yang menghubungkan dunia kita dengan dunia lain yang kita sebut sebagai dungeons dan ketika kedua portal itu terlalu dekat membuat Magic powernya bertabrakan satu sama lain hingga membuat portal baru yang telah rusak yaitu portal merah di mana para monster dapat keluar dari portal." Kali ini penjelasan panjang lebar oleh Daven sepertinya tidak dapat dimengerti oleh Lia, wajahnya menunjukkan kalau otaknya baru saja terbakar akibat informasi yang berlebihan. "Ah, kepalaku sakit sekali kau terdengar seperti guru di sekolah," Jawab Lia sambil memegangi kepalanya. "Namun aku bingung kenapa bisa portal merah ini muncul di kota ini bukankah guild Red Flame selalu bergegas ketika portal emas muncul?" Tanya Daven kebingungan. Ketika ia masih menjadi Leon, ia ingat betul kalau prioritas utama dari guild Red Flame adalah untuk mencegah munculnya portal merah karena ia tidak ingin banyak orang menerima nasib buruk. "Ah kalau itu aku tau, Red Flame telah menurun, setelah tiadanya Leon guild Red Flame mulai melemah mereka gagal dalam beberapa kali Raid portal tingkat ungu yang ada di luar negeri membuat mereka kehilangan banyak anggota dan sekarang kekuatan mereka semakin melemah," Jawab Lia dengan percaya diri karena kali ini ia yakin dengan pengetahuannya. Ini semua adalah hasil dari dirinya yang selalu mengikuti berita terkini dan tidak pernah melewatkan hal-hal penting yang ramai di media sosial. "...." Daven tidak tau harus berkata apa. Perasaan Daven campur aduk ketika mendengar penjelasan Lia, ia merasa marah dan kecewa karena mereka tidak hanya membunuhnya namun juga membuat reputasi guild yang ia bangun menjadi rusak, di sisi lain Daven juga merasa senang karena melihat mereka kesusahan akibat mereka mengkhianatinya. "Krieek!, Krieek!" Ketika Daven sedang melamun, ia mendengar suara goblin dari lantai bawah dan segera ia menyadari kalau ada rombongan goblin lain yang muncul ke arahnya. "Carilah tempat berlindung, kali ini jumlah mereka lebih besar," Kata Daven kepada Lia karena ia tidak yakin apakah bisa melindungi Lia sambil melawan para goblin itu. "Baik," Kata Lia sambil ia bergegas kembali ke kamar apartemennya meninggalkan Daven sendirian di luar sana. "Baiklah waktunya bersenang-senang," Kata Daven percaya diri. Daven mulai mengepalkan tangannya dan memberikan gestur tinju di telapak tangan yang menunjukkan kalau ia siap untuk bertarung.Daven yang menghabiskan harinya dengan kesunyian mulai mengistirahatkan tubuhnya yang sudah kelelahan. "Aku menghabiskan hariku dengan berlatih dan berlatih terus berpikir untuk mencapai tujuanku, dan mungkin juga untuk membalaskan dendamku, jujur saja di saat sunyi seperti ini adalah sesuatu yang paling tidak ku sukai," Meski latihan membuatnya merasa lelah namun ia terus melakukannya untuk memfokuskan pikirannya pada tujuannya namun di saat ia tidak melakukan apa-apa, semua hal negatif lain mulai menggerogoti pikirannya. "Aku selalu bertanya apakah aku bisa melakukannya, di saat aku latihan aku pasti akan percaya diri kalau aku bisa melakukannya namun di saat seperti ini kadang terasa sekali jurang yang dalam antara aku dan tujuanku," Daven mulai merubah posisi tidurnya ke kiri atau ke kanan selama beberapa kali, terkadang ia telentang atau tiarap hanya untuk menemukan posisi tidur yang nyaman. Di posisi tiarap ia melihat ke samping, melihat ke arah meja tempat ia duduk d
Mendengar suara perempuan memanggil nama mereka, Daven dan Lia langsung menoleh dan melihat seorang wanita dewasa dengan pakaian rapi seperti orang baru saja pulang bekerja. Wanita itu memiliki rambut hitam panjang yang terlihat sedikit bergelombang, meski berumur setidaknya kepala tiga namun dia masih terlihat sangat muda dan cantik. "Mama?" Lia langsung bereaksi setelah melihat wanita itu yang ternyata adalah ibunya, dia terlihat sedikit terkejut. 'Ibunya Lia? aku memang penasaran apakah dia tinggal bersama keluarganya atau tidak, karena aku tidak pernah bertemu dengan keluarganya,' Daven sedikit terkejut, setelah beberapa bulan ia menjalani kehidupan ini, ini adalah pertama kalinya ia bertemu dengan ibunya Lia yang juga merupakan tetangganya. "Bukankah mama bilang kalau mama tidak akan pulang malam ini?" Tanya Lia sedikit heran, dia hanya tidak menyangka kalau ibunya akan pulang. "Ya Mama b
Daven membuka pintu apartemennya dan ia mulai berjalan keluar, dengan memakai sepatu lari dan juga pakaian olahraganya, ia sudah siap untuk sedikit lari dan melemaskan tubuhnya yang kaku akibat terlalu banyak kejadian yang membuatnya tidak bisa berhenti berpikir. 'Tidak ada gunanya untuk terus terjebak dalam pikiran sendiri, sekarang lebih baik bagiku untuk lebih banyak bergerak dan benar-benar melakukan sesuatu' Pikir Daven sambil dan setelahnya ia memulai pemanasannya. Daven melakukan pemanasan selama beberapa menit, ia merenggangkan seluruh tubuhnya dan ketika ia sudah merasa cukup, ia berhenti. "Baiklah mari kita mulai" Ucapnya memulai larinya. Daven memang sudah biasa melakukan lari di sore hari karena pagi hari adalah hari yang sangat sibuk bagi Daven apalagi setelah ia sudah mulai sekolah. 'Aku tidak akan bisa olahraga pagi seperti biasanya karena sekolahku, jadi setidaknya aku harus menambah kualitas pada latihan sore ini,' Pikir Daven sambil meneruskan larinya. Ia
Beberapa menit setelah perjalan ke apartemennya, Daven akhirnya kembali ke apartemennya, dia berjalan masuk ke dalam kamar apartemennya. "Hari ini melelahkan sekali, jujur saja apakah ini kerjaan si sistem itu? bukankah pagi tadi dia bilang akan melakukan sesuatu yang menarik," Ucap Daven mencoba untuk mencocokkan teorinya. Bagaimanapun kejadian di sekolahnya hari ini memang benar-benar aneh sekali untuk di katakan sebagai hari pertama sekolah seseorang. 'Bertemu dan mengalahkan pembully, lalu anak yang di bully meminta untuk dilatih olehmu setelah itu seorang hunter terkenal menyamar dan mencoba untuk mengikutimu, ini pasti ulah sistem itu,' Pikir Daven mempercayai teorinya itu. Daven yang merasa lelah lalu meletakkan tasnya dan ia juga melepaskan seragamnya, setelahnya Daven duduk di atas kasurnya, tak lama ia menjatuhkan tubuhnya dan mulai berbaring di atas kasurnya. "Jika aku
Daven terdiam di tempatnya berdiri setelah ia berpisah dengan Allen, tatapannya menatap tajam ke suatu arah. 'Dia? yang benar saja!' Pikirnya sambil melihat ke arah seseorang yang memakai Hoodie hitam dengan penutup kepalanya, orang itu juga memakai kaca mata hitam dan sebuah masker untuk menutupi wajahnya. Tanpa pikir panjang Daven berlari secepat yang dia bisa, dia terus dan terus berlari sambil mencoba untuk menghindari beberapa orang dan barang yang menghalangi jalannya. "Eh??" Ketika Daven berlari, orang itu terkejut dan langsung juga ikut berlari mencoba untuk mengejar Daven. Mereka terus berlari dengan secepat yang mereka bisa, orang-orang yang melihat mereka berlari menjadi heran namun mereka tidak mencoba untuk ikut campur. Semuanya
"Kau masih di sini?" Tanya Daven kepada Allen karena menurut Daven, tidak ada alasan lagi untuknya untuk tetap diam di sana. "A-ah, maaf," Jawab Allen dan ia mulai berdiri. "Terimakasih karena telah menolongku kak?.." Allen mencoba untuk berterimakasih kepada Daven namun ia tidak tau nama Daven. "Daven," Jawab Daven memberitahukan Allen namanya setelah ia menyadarinya. "Saya Allen dari kelas 11 E, Terimakasih banyak Kak Daven," Kata Allen sambil menundukkan wajahnya. Daven sendiri merasa cukup terkejut karena Allen berterimakasih kepadanya dengan bersungguh-sungguh, jadinya hal itu membuat Daven sedikit canggung dan bingung untuk menjawabnya. "Ya, tidak masalah," Ucap Daven dengan a
'Sudah kuduga akan ada orang di sini,' Wajahnya terlihat putus asa dan pasrah, begitulah reaksi Daven ketika ia melihat ada beberapa orang di atas atap itu. 'Kenapa aku malah putus asa, bukankah aku sudah merasakan keberadaan lima orang di atas atap ketika sedang mengarah ke atas sini,' Pikir Daven. Dengan kemampuannya untuk merasakan mana seseorang Daven sudah menyadari orang-orang yang sedang berada di atap namun entah mengapa ia masih berharap. Terdapat 4 orang yang terlihat di atas atap itu dan mereka semua berada di dekat pagar pembatas dan mereka menghadap membuat setengah lingkaran. 'Dilihat dari warna seragam mereka anak kelas 2 ya?' Simpulkan Daven. Mendengar suara pintu terbuka mereka langsung melihat ke arah pintu itu dan terlihat jelas sosok Daven yang juga menatap mereka.
'Eh?' Daven terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya terdiam ketika guru wanita itu memeluknya. "Bu Nia?" Ucap Pak Daffa terkejut dan kebingungan setelah melihat Bu Nia memeluk Daven begitu saja. Menyadari kelakuannya yang sepertinya agak berlebihan, Bu Nia mulai melepaskan Daven dan mencoba untuk bersikap tenang. "Maaf, aku tak sengaja" Kata Bu Mia kepada Pak Daffa. Bu Nia lalu melihat ke arah Daven. "Maaf Daven, Ibu tidak sengaja mungkin naluri keibuan Ibu membuat Ibu bergerak begitu saja," Kata Ibu Nia mencoba menjelaskan kepada Daven. "Daven adalah salah satu dari para murid-murid sekolah ini sangat yang berharga, mengingat kondisi yang terjadi mungkin membuat Naluri keibuan Bu Nia keluar sendiri, karena itu Daven maafkan Ibu Nia," Ucap Pak Daffa mencoba untuk membela Ibu Nia
[ Halo Daven ] "Pendidikan tetap apa?" Tanya Lia yang agak kebingungan karena Daven tiba-tiba berhenti begitu saja. "Ah, maksudku pendidikan tetaplah penting" Jawab Daven setelah menyadari kebingungan Lia. "Kalau begitu aku berangkat dulu" Ucap Daven ingin mengakhiri pembicaraan. "Aku juga akan berangkat kalau begitu hati-hati Daven" Ucap Lia sambil tersenyum hangat dengan melambaikan tangannya kepada Daven. "Kau juga hari-hati" Jawab Daven. Lia berjalan langsung ke arah sekolahannya s