"Buku? agak aneh untuk menaruh buku sembarangan seperti ini, maksudku bahkan ketika kamarnya berantakan bukunya masih tersusun rapi di atas meja, lebih baik aku rapikan dulu."
Leon lalu mengambil buku itu dari lantai, ketika ia mengambilnya ia melihat tulisan yang ada di sampul bukunya. "Diary?" Menyadari kalau buku itu adalah buku harian dari pemilik tubuh ini, mulai timbul perasaan di dalam diri Leon untuk membacanya, ia mulai tergoda. "Ayolah, jangan membuka buku harian orang sembarangan, itu tidak baik!" Ia mencoba untuk menahan dirinya sendiri untuk tidak membacanya, pikiran baiknya memberinya alasan yang cukup kuat untuk tidak melakukannya. "Tapi sekarang aku adalah pemilik tubuh ini, itu berarti ini adalah buku harianku." Pikiran buruknya juga memberikannya alasan untuk melakukannya, Leon semakin tergoda karena rasa penasaran. "Ya, benar, sekarang ini adalah buku harianku." Leon tidak dapat menahan godaan itu. Leon mulai membuka buku itu dengan perlahan, meski ia memutuskan untuk membacanya namun ia masih merasa ragu-ragu. 'Buka saja,' 'Jangan lakukan,' Pikirannya berkecamuk terbagi menjadi dua sisi, kedua kata-kata itu terdengar terus menerus di dalam pikirannya. "Baiklah ini dia!" Leon dengan semua keberaniannya mulai membuka buku harian itu. "Eh?" Leon yang membuka buku itu menyadari suatu keanehan dan ia mulai membolak-balik halaman dari buku. "Ini adalah akhir dari buku hariannya, halaman selanjutnya sudah dirobek semua," Kata Leon dengan kesedihan di wajahnya. "15 Maret 2025..." Leon terhenti sejenak setelah ia membacanya, ia melihat ke arah buku harian itu lagi dan tetap menemukan tulisan yang sama. "Tunggu, bukankah kejadian di dungeon itu pada Desember 2024 dan bagiku itu masih terasa seperti kemarin, namun sekarang sudah Juni 2025, itu berarti setidaknya sudah beberapa bulan sejak kematianku!" Kata Leon cukup terkejut. Leon memikirkannya dengan tenang walau sebelumnya ia cukup terkejut setelah menyadari hal itu, Leon mulai melihat ke arah buku itu lagi untuk membaca lanjutannya. "Hari ini adalah keputusanku, aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku, aku sudah memikirkan ini sejak lama karena semuanya sudah tidak berarti bagiku." 'Rasanya perasaan dari Daven masih terasa jelas di dalam tubuh ini,' Membaca tulisannya membuat Leon mulai merasakan sebuah sensasi aneh di tubuhnya. "5 bulan lalu aku mulai dapat merasakan magic power yang ada di sekitarku dan orang-orang di sekitarku mengatakan kalau aku akan membangkitkan super power seperti para Hunter karena itu aku melatih tubuhku setiap hari karena aku ingin menjadi hunter yang hebat sampai 1 bulan yang lalu, aku bersama dengan orang tua dan adikku pergi untuk liburan namun dalam perjalanan, kami mengalami kecelakaan." Leon berhenti sejenak dan mulai menengadahkan kepalanya ke arah langit-langit ruangan itu. ia mulai menarik nafas panjang beberapa kali. "Aku berhasil selamat namun kedua orang tuaku dan adikku tidak terselamatkan, hidupku berubah sejak hari itu, meski guru dan teman-teman sekolahku mencoba untuk menghiburku namun aku tetap tidak menemukan apapun lagi yang dapat menggantikan keluargaku. Hidupku sudah tidak ada artinya...." Leon mulai menengadahkan kepalanya lagi dan menarik nafas panjang beberapa kali namun kali ini lebih lama, Leon mencoba untuk menahan air matanya karena ia tidak ingin untuk menangis. "Haaah, ini rasanya berat sekali," Kata Leon setelah ia mulai tenang. Leon menutup buku harian itu karena ia tidak ingin terbawa emosi lebih jauh dari pada ini. "Beristirahatlah dengan tenang Daven, aku berjanji akan mewujudkan impianmu dan membuatmu menjadi hunter yang hebat, ini adalah janji dari hunter terbaik dunia." Dengan seluruh tekadnya Leon sudah menanamkan satu tujuan baru untuk ia capai. *Grrrgrr*, Meski momentnya sangat bagus namun tubuhnya tidak bisa di ajak bekerja sama. Beberapa menit setelahnya, Daven sedang makan mie instan yang ia temukan di sebuah laci. Daven memakannya dengan lahap sampai ia menghabiskan semuanya. "Mie instan memang sangat enak tapi aku harus mencari makanan yang lebih baik untuk membangun kembali tubuh ini!" Katanya dengan sedikit bersemangat. Meski tubuh Daven memang sudah dilatih selama beberapa bulan namun akibat kejadian satu bulan yang lalu, tubuh Daven sudah kehilangan bentuk dan kekuatannya. Daven beranjak dari meja makan, lalu ia mulai melihat ke sekitar ruangan. "Baiklah waktunya untuk membersihkan ruangan yang sangat kotor ini!" kata Daven dengan semangat. Daven mulai membersihkan semua yang ada di dalam ruangan itu. Ia memulai dengan mengambil baju-baju kotor dan menaruhnya ke dalam wadah cucian, Ia juga mulai membereskan barang-barang lainnya dan mengumpulkan sampah. Setelah semua itu selesai Daven mulai mulai membersihkan semua kotoran dan debu yang ada di sekitar ruangan itu hingga ia rasa kalau semuanya sudah bersih. "Akhirnya, haaah, haaah, sudah lama, haaah, sejak aku tidak bersih-sih, haaah, rasanya melelahkan sekali" Kata Daven dengan nafas yang terengah-engah. Daven yang kelelahan langsung merebahkan seluruh tubuhnya di atas kasur. Di dalam keheningan ruangan ini dan ditambah dengan tubuhnya yang sedang kelelahan pikiran Daven mulai terbang. 'Memulai semuanya dari awal lagi ya?' Pikirnya dengan tenang. 'Ketika aku berada di tempat dan titik seperti ini, rasanya semua terasa mustahil, rasanya semua tujuan itu terlihat sangat jauh untuk di capai. Aku hanyalah orang biasa yang tidak berbeda dengan orang lain satu kesalahan dan semuanya berakhir, terakhir kali juga seperti itu..' Mulai terdengar kesedihan di kata-katanya, wajahnya juga tidak dapat menahan perasaan yang mengalir deras di dalam dirinya. Sebelum Daven menjadi lebih emosional, Ia langsung bangkit dari tidurnya. "Sial, kenapa aku menjadi sentimen seperti ini. Aku adalah hunter terbaik umat manusia, aku harus melakukannya dan mewujudkan tujuanku." Daven menyakinkan dirinya sendiri, ia mencoba untuk menanamkan rasa percaya diri yang tinggi kepada dirinya sendiri karena jika ia tidak melakukannya, ia tidak akan pernah mencapai apapun yang ia inginkan. "Baiklah waktunya keluar dan mencari udara segar, sekalian untuk membeli keperluan dan menghapal tempat ini." Daven memutuskan untuk bergerak, ia lalu mulai berjalan kearah luar kamarnya. Ketika di luar ia menghirup udara segar yang lebih baik dari pada saat ia di dalam kamar. Perasaanya terasa lebih tenang dan nyaman, ia dapat merasakan kalau ketenangan ini membuatnya kembali lebih baik. "Daven?" Terdengar suara seorang perempuan di sebelah Daven. Daven menengok ke arah suara itu dan terlihat seorang perempuan yang kurang lebih seumuran dengannya sedang menatap ke arahnya. "Siapa?" Jawab Daven spontan karena ia tidak mengenali wanita itu. "Astaga, apa kau lupa denganku? ini aku Lia, meski kita jarang bertemu setidaknya kau harus tetap ingat dengan tetangga--." Saat Lia sedang berbicara, Daven malah melompat ke arahnya dan membuat mereka berdua terjatuh ke lantai. "Aww, apa yang ka--." Awalnya Lia ingin marah namun ketika membuat matanya ia terhenti karena ia melihat sebuah anak panah menancap di tembok tempat ia berdiri sebelumnya. "Sttt!.."Daven yang menghabiskan harinya dengan kesunyian mulai mengistirahatkan tubuhnya yang sudah kelelahan. "Aku menghabiskan hariku dengan berlatih dan berlatih terus berpikir untuk mencapai tujuanku, dan mungkin juga untuk membalaskan dendamku, jujur saja di saat sunyi seperti ini adalah sesuatu yang paling tidak ku sukai," Meski latihan membuatnya merasa lelah namun ia terus melakukannya untuk memfokuskan pikirannya pada tujuannya namun di saat ia tidak melakukan apa-apa, semua hal negatif lain mulai menggerogoti pikirannya. "Aku selalu bertanya apakah aku bisa melakukannya, di saat aku latihan aku pasti akan percaya diri kalau aku bisa melakukannya namun di saat seperti ini kadang terasa sekali jurang yang dalam antara aku dan tujuanku," Daven mulai merubah posisi tidurnya ke kiri atau ke kanan selama beberapa kali, terkadang ia telentang atau tiarap hanya untuk menemukan posisi tidur yang nyaman. Di posisi tiarap ia melihat ke samping, melihat ke arah meja tempat ia duduk d
Mendengar suara perempuan memanggil nama mereka, Daven dan Lia langsung menoleh dan melihat seorang wanita dewasa dengan pakaian rapi seperti orang baru saja pulang bekerja. Wanita itu memiliki rambut hitam panjang yang terlihat sedikit bergelombang, meski berumur setidaknya kepala tiga namun dia masih terlihat sangat muda dan cantik. "Mama?" Lia langsung bereaksi setelah melihat wanita itu yang ternyata adalah ibunya, dia terlihat sedikit terkejut. 'Ibunya Lia? aku memang penasaran apakah dia tinggal bersama keluarganya atau tidak, karena aku tidak pernah bertemu dengan keluarganya,' Daven sedikit terkejut, setelah beberapa bulan ia menjalani kehidupan ini, ini adalah pertama kalinya ia bertemu dengan ibunya Lia yang juga merupakan tetangganya. "Bukankah mama bilang kalau mama tidak akan pulang malam ini?" Tanya Lia sedikit heran, dia hanya tidak menyangka kalau ibunya akan pulang. "Ya Mama b
Daven membuka pintu apartemennya dan ia mulai berjalan keluar, dengan memakai sepatu lari dan juga pakaian olahraganya, ia sudah siap untuk sedikit lari dan melemaskan tubuhnya yang kaku akibat terlalu banyak kejadian yang membuatnya tidak bisa berhenti berpikir. 'Tidak ada gunanya untuk terus terjebak dalam pikiran sendiri, sekarang lebih baik bagiku untuk lebih banyak bergerak dan benar-benar melakukan sesuatu' Pikir Daven sambil dan setelahnya ia memulai pemanasannya. Daven melakukan pemanasan selama beberapa menit, ia merenggangkan seluruh tubuhnya dan ketika ia sudah merasa cukup, ia berhenti. "Baiklah mari kita mulai" Ucapnya memulai larinya. Daven memang sudah biasa melakukan lari di sore hari karena pagi hari adalah hari yang sangat sibuk bagi Daven apalagi setelah ia sudah mulai sekolah. 'Aku tidak akan bisa olahraga pagi seperti biasanya karena sekolahku, jadi setidaknya aku harus menambah kualitas pada latihan sore ini,' Pikir Daven sambil meneruskan larinya. Ia
Beberapa menit setelah perjalan ke apartemennya, Daven akhirnya kembali ke apartemennya, dia berjalan masuk ke dalam kamar apartemennya. "Hari ini melelahkan sekali, jujur saja apakah ini kerjaan si sistem itu? bukankah pagi tadi dia bilang akan melakukan sesuatu yang menarik," Ucap Daven mencoba untuk mencocokkan teorinya. Bagaimanapun kejadian di sekolahnya hari ini memang benar-benar aneh sekali untuk di katakan sebagai hari pertama sekolah seseorang. 'Bertemu dan mengalahkan pembully, lalu anak yang di bully meminta untuk dilatih olehmu setelah itu seorang hunter terkenal menyamar dan mencoba untuk mengikutimu, ini pasti ulah sistem itu,' Pikir Daven mempercayai teorinya itu. Daven yang merasa lelah lalu meletakkan tasnya dan ia juga melepaskan seragamnya, setelahnya Daven duduk di atas kasurnya, tak lama ia menjatuhkan tubuhnya dan mulai berbaring di atas kasurnya. "Jika aku
Daven terdiam di tempatnya berdiri setelah ia berpisah dengan Allen, tatapannya menatap tajam ke suatu arah. 'Dia? yang benar saja!' Pikirnya sambil melihat ke arah seseorang yang memakai Hoodie hitam dengan penutup kepalanya, orang itu juga memakai kaca mata hitam dan sebuah masker untuk menutupi wajahnya. Tanpa pikir panjang Daven berlari secepat yang dia bisa, dia terus dan terus berlari sambil mencoba untuk menghindari beberapa orang dan barang yang menghalangi jalannya. "Eh??" Ketika Daven berlari, orang itu terkejut dan langsung juga ikut berlari mencoba untuk mengejar Daven. Mereka terus berlari dengan secepat yang mereka bisa, orang-orang yang melihat mereka berlari menjadi heran namun mereka tidak mencoba untuk ikut campur. Semuanya
"Kau masih di sini?" Tanya Daven kepada Allen karena menurut Daven, tidak ada alasan lagi untuknya untuk tetap diam di sana. "A-ah, maaf," Jawab Allen dan ia mulai berdiri. "Terimakasih karena telah menolongku kak?.." Allen mencoba untuk berterimakasih kepada Daven namun ia tidak tau nama Daven. "Daven," Jawab Daven memberitahukan Allen namanya setelah ia menyadarinya. "Saya Allen dari kelas 11 E, Terimakasih banyak Kak Daven," Kata Allen sambil menundukkan wajahnya. Daven sendiri merasa cukup terkejut karena Allen berterimakasih kepadanya dengan bersungguh-sungguh, jadinya hal itu membuat Daven sedikit canggung dan bingung untuk menjawabnya. "Ya, tidak masalah," Ucap Daven dengan a
'Sudah kuduga akan ada orang di sini,' Wajahnya terlihat putus asa dan pasrah, begitulah reaksi Daven ketika ia melihat ada beberapa orang di atas atap itu. 'Kenapa aku malah putus asa, bukankah aku sudah merasakan keberadaan lima orang di atas atap ketika sedang mengarah ke atas sini,' Pikir Daven. Dengan kemampuannya untuk merasakan mana seseorang Daven sudah menyadari orang-orang yang sedang berada di atap namun entah mengapa ia masih berharap. Terdapat 4 orang yang terlihat di atas atap itu dan mereka semua berada di dekat pagar pembatas dan mereka menghadap membuat setengah lingkaran. 'Dilihat dari warna seragam mereka anak kelas 2 ya?' Simpulkan Daven. Mendengar suara pintu terbuka mereka langsung melihat ke arah pintu itu dan terlihat jelas sosok Daven yang juga menatap mereka.
'Eh?' Daven terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya terdiam ketika guru wanita itu memeluknya. "Bu Nia?" Ucap Pak Daffa terkejut dan kebingungan setelah melihat Bu Nia memeluk Daven begitu saja. Menyadari kelakuannya yang sepertinya agak berlebihan, Bu Nia mulai melepaskan Daven dan mencoba untuk bersikap tenang. "Maaf, aku tak sengaja" Kata Bu Mia kepada Pak Daffa. Bu Nia lalu melihat ke arah Daven. "Maaf Daven, Ibu tidak sengaja mungkin naluri keibuan Ibu membuat Ibu bergerak begitu saja," Kata Ibu Nia mencoba menjelaskan kepada Daven. "Daven adalah salah satu dari para murid-murid sekolah ini sangat yang berharga, mengingat kondisi yang terjadi mungkin membuat Naluri keibuan Bu Nia keluar sendiri, karena itu Daven maafkan Ibu Nia," Ucap Pak Daffa mencoba untuk membela Ibu Nia
[ Halo Daven ] "Pendidikan tetap apa?" Tanya Lia yang agak kebingungan karena Daven tiba-tiba berhenti begitu saja. "Ah, maksudku pendidikan tetaplah penting" Jawab Daven setelah menyadari kebingungan Lia. "Kalau begitu aku berangkat dulu" Ucap Daven ingin mengakhiri pembicaraan. "Aku juga akan berangkat kalau begitu hati-hati Daven" Ucap Lia sambil tersenyum hangat dengan melambaikan tangannya kepada Daven. "Kau juga hari-hati" Jawab Daven. Lia berjalan langsung ke arah sekolahannya s