Home / Romansa / Kembalinya Sang Pangeran / Bab 96. Sisir Cendana.

Share

Bab 96. Sisir Cendana.

Author: Ine Time
last update Last Updated: 2025-05-20 21:00:38

“Kalau dia tidak sadar-sadar juga, maka kita yang harus menyadarkannya.”

Ucapan Qiaofeng menggantung di udara kamar Qing An, disambut keheningan sejenak. Hanya suara kayu terbakar di perapian yang terdengar, pelan-pelan mengisi ruang.

Qing An menghela napas, lalu menoleh pada ibunya, Selir Agung Shu Qiongshing, yang sedang duduk tenang di sisi tempat tidur. “Aku rasa ide ini tidak salah.”

“Kalian mau menyadarkan dia? Bagaimana?” tanya Jiali akhirnya bersuara.

Qiongshing tersenyum lembut, matanya penuh pengertian. “Yuwen harus diberi dorongan kecil,” komentarnya menyulut semangat Qiofeng.

Qing Qiaofeng mencondongkan tubuh, suaranya bersemangat. “Makanya kami punya rencana.”

“Rencana yang sedikit berisiko,” sambung Qing An.

Saat itu pintu kamar diketuk pelan, dan pelayan masuk, memberi jalan bagi seseorang yang dikenal semua orang di ruangan itu.

Yang Zili yang masuk sambil membawa kotak kayu kecil. “Maaf terlambat. Aku—”

“Justru tepat waktu,” potong Qiaofeng, matanya bersinar jahil. “k
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 149. Sumpah Dua Kerajaan.

    Duka belum lenyap dari langit yang menaungi negeri Zijian. Hawa duka tampak di tiap-tiap wajah, tanpa terkecuali.Langkah Zeming terdengar perlahan di lorong panjang. Di tangannya, ia menggenggam mangkuk kecil berisi ramuan akar wangi. Pelan, ia mendorong pintu kamar ibunya yang setengah terbuka.“Ibu?”Suara parau menyahut dari balik kelambu. “Ming’er?”Zeming masuk, mendekatkan mangkuk itu ke meja di sisi ranjang. Di bawah selimut sutra yang tebal, ibunya tampak pucat. Mata yang biasanya hangat kini memerah, kantung matanya membengkak karena terlalu banyak menangis.Zeming menarik napas dalam-dalam. Sudah berminggu-minggu, tetapi kesedihan ibunya tidak berkurang.“Ibu, minumlah sedikit. Ramuan ini hangat, bisa menenangkan.”Sang ibu menggeleng pelan. “Bagaimana bisa aku menenangkan hati, setelah membiarkan Wei'er kembali ke Anming?”Zeming duduk di tepi ranjang. “Ibu, jangan salahkan diri Ini seperti ini.”Ibunya menggeleng. “Seharusnya aku tahu Wei’er tidak baik-baik saja.”“Ibu, t

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 148. Membohongi Rindu.

    “Kurang ajar! Dia membunuh putriku! Meskipun darahku mengalir dalam tubuh Yunqin, aku tidak akan membiarkan perbuatannya tidak dihukum! Hua’er harus mendapatkan keadilan yang setimpal!”Tabib Wang Sanlao segera maju selangkah saat Kaisar Tao mendadak memegangi dadanya.“Ampun, Yang Mulia. Mohon redakan amarah Yang Mulia. Racun dalam tubuh Yang Mulia belum sepenuhnya dinetralisir. Hamba khawatir, amarah seperti ini hanya akan memperburuk keadaan.”Kaisar Tao menoleh. “Kali ini kau tidak perlu mencemaskan aku.” Pelan tangan kaisar mengusap punggung tangan Yuwen. “Meski putraku tidak mengeluh, tapi aku tahu dia terluka. Tabib Sanlao, periksa putraku. Melihat matanya, aku tahu dia sangat kesakitan.”Sanlao mengangguk, pandangannya beralih pada Yuwen. “Mari, Yang Mulia. Hamba akan memeriksa.”Yuwen mengangkat tangannya. “Ada hal yang lebih penting. Kita akan berangkat menuju Zijian. Kita membutuhkan mereka untuk menumbangkan Yunqin.”“Kita akan melakukan itu … setelah kau diobati Sanlao.”

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 147. Pelukan yang Tidak Pernah Ada.

    Embun tampak menggantung di antara pohon-pohon pinus yang menjulang. Kabut menyelimuti Lembah Liangxu bahkan keberadaannya secara kasat mata hampir tidak terlihat. Namun, Yu Yong yang berjaga sejak semalam, tetap waspada.Di kejauhan, suara langkah kuda dan roda kereta menggema samar. Yu Yong berdiri. Dari arah barat, di jalur sempit tampak prajurit menebas alang-alang yang menjulang, hingga jalur menuju lembah lebih lebar.Matanya menyipit pada satu titik ketika ia menarik anak panah. Siap membidik. Sejenak ia menurunkan niatnya karena tersadar akan zirah yang dikenakan prajurit bukan bukan berasal dari istana, melainkan ….“Pasukan Menteri Xi,” cicit Yu Yong.Yu Yong kembali menaikkan busurnya. Sudah sekian lama ia tidak mendapatkan kabar dari Yuwen. Meski ia tahu kalau Menteri Xi berada di dalam sekutu Yuwen, tetapi saat ini tidak ada yang bisa memastikannya.Wajah tegang Yu Yong seketika lenyap ketika ia melihat Dunrui yang kemudian berada di belakang prajurit—menunggangi kuda.Yu

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 146. Pesan Kecil.

    “Bagaimana perhiasan baru yang aku kirimkan pagi ini?”Suara itu tenang. Lembut. Memanjakan, tetapi tidak menyenangkan bagi Jiali.Pantas bila Jiali enggan menanggapi. Ia memilih untuk menatap meja kamarnya yang kini dipenuhi kotak-kotak perhiasan berukir emas, permata merah delima, liontin terbuat dari giok langka. Perhiasan istimewa untuk permaisuri yang dianggap hinaan untuk tawanan. Yunqin sudah masuk sepenuhnya. “Tidak menyukainya?” tanyanya lagi mendekati Jiali yang duduk di sisi ranjang.“Hamba tidak bisa memakainya,” jawab Jiali pelan, “hamba rasa tidak perlu memakai itu semua … untuk berdiam diri di kamar.”Yunqin tertawa kecil. “Apa kau bosan? Aku akan menemanimu berjalan-jalan ke taman istana.”“Tidak perlu.”“Aku mengirimkan semua ini agar kau tahu betapa berharganya dirimu kini. Tidak ada wanita di negeri ini yang bisa menandingimu, Jiali.”Jiali tidak menjawab. Semua kata yang keluar dari bibir Yunqin … menjijikkan.Yunqin memandangi wajah Jiali. “Kau mau kita pergi k

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 145. Dibalik Abu, Dimulailah Api.

    “Aku … tidak bisa diam,” desis Yuwen menoleh ke arah Xiumei. “Sekarang … dia benar-benar sendirian! Tanpaku, tanpa ayahnya, tanpa Xiumei!”“Yang Mulia, harap redakan amarah Yang Mulia,” mohon Menteri Xi membungkuk.Yuwen menarik kerah zirah sang menteri. “Kalau satu helai rambut Jiali jatuh atau tubuhnya disentuh Yunqin,” gumamnya, “akan kubakar seluruh istana.”“Kalau itu terjadi, aku akan membantumu menyiapkan obor.”Yuwen menoleh lalu melepaskan cengkeramannya pada Menteri Xi. Qilan mendekat, jubahnya tampak basah. Senyumnya mengembang sempurna ketika ia melangkah di antara keduanya.“Kalau kau mati sekarang, anakmu tidak akan memiliki ayah. Sia-sia sudah pengorbanan Jiali. Yuwen-ge, saat ini kau tidak punya apa-apa.”Yuwen ingin bicara, tetapi Qilan mendekatinya. Qilan menatapnya dari ujung kepala hingga kaki, tidak terlewat satu senti pun.“Terluka. Dibuang istana. Tidak memiliki gelar. Tidak memiliki tentara atau …. senjata.” Qilan menunjuk kaki Yuwen. “Bahkan kau tidak punya k

  • Kembalinya Sang Pangeran   Bab 144. Belum Mati.

    Ruangan pengap itu kini menjadi ruang penuh kepanikan serta putus asa. Qiongshing mendekap erat Yuwen, sementara Dunrui juga para pelayan menutup hidung dan mulut dengan kain seadanya.“Kita akan … mati terpanggang di sini,” lirih salah satu pelayan.“Tidak! Pasti ada jalan!” seru Dunrui berusaha menenangkan hatinya sendiri. Yuwen mengurai dekapan Qiongshing. Meski lututnya gemetar, ia coba bangkit. Pandangannya menatap ke tiap-tiap orang lalu berjalan menuju pintu.“Aku … belum mencoba,” ucapnya pelan di sela batuk. “Yunqin … tidak bisa membunuhku.”Jalan keluar sudah di depan mata. Yuwen yakin bisa mendobrak pintu itu. Yuwen menyiapkan kuda-kuda lalu tiba-tiba ….Pintu kayu kapal terhantam dari luar.Serentak semua orang menoleh.Hantaman kedua menyusul. Api mulai menjalar ke atap, serpihan bara beterbangan. Yuwen mundur beberapa langkahLalu … hantaman terakhir Pintu itu terbuka!Asap menguar keluar. Yuwen menyipitkan mata. Dari celah kabut hitam itu muncullah dua siluet. Yuwen

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status