Share

Bab 3. Sebuah Rahasia

Author: Andy Lorenza
last update Last Updated: 2024-09-13 01:37:36

“Hemmm, berarti otak semua itu adalah Ibunda Saka Galuh. Putranya itu hanya sebagai alat saja untuk menduduki tahta Kerajaan sementara semuanya dikendalikan olehnya,” ujar Arya memberi pandangan.

“Benar Arya, aku juga sependapat denganmu. Dwinta memang kejam wanita berhati iblis!” Wayan Bima turut geram.

“Oh, jadi nama Ibunda Saka Galuh itu Dwinta?” Wayan Bima hanya menjawab dengan anggukan kepalanya sementara rasa geramnya belum reda pada Ibu tiri dari Sekar itu.

“Dia memang kejam Mas Arya, semasa remajaku di belakang Ayahanda aku kerap diperlakukan tidak baik bahkan pernah diperintah untuk melakukan apa yang dikerjakan oleh para pembantu di istana,” Sekar menceritakan keluh-kesahnya saat diperlakukan rendah oleh Ibu tirinya itu sewaktu di istana.

“Kamu tak pernah menceritakan itu pada Ayahandamu?”

“Aku takut Mas, karena selalu diancam akan disakiti.”

“Paman Wayan dan Bi Lasmi tahu akan hal itu?” Arya alihkan pertanyaan pada Paman dan Bibi angkat Sekar.

“Awalnya kami tidak tahu, Arya. Karena memang Sekar tidak pernah juga menceritakan hal itu kepada kami, sampai akhirnya kami mengetahui sendiri saat memergoki Sekar tengah bersama para pembantu istana mencuci pakaian. Saat itulah Sekar menangis dan memohon agar kami juga tidak menceritakan perlakukan buruk Ibu tirinya itu kepada Prabu Swarna Dipa,” tutur Wayan Bima.

“Benar Arya, meskipun kami tidak tahu penyebab Sekar tidak ingin kami melaporkan itu pada Prabu karena diancam. Kami pikir karena Sekar tak ingin ribut-ribut saja makanya kami turuti permintaannya, setelah Prabu Swarna Dipa wafat dan kami membawanya ke desa ini barulah Sekar menceritakan semuanya termasuk ancaman dari Ibu tirinya itu,” tambah Bi Lasmi.

“Keserakahan dan kejahatan tidak hanya terjadi di Negeri Nusantara ini saja, tapi juga di Negeri Peri dan Negeri Di Atas Awan yang pernah aku singgahi. Benar-benar manusia selalu tak pernah puas atas apa yang telah ia peroleh, mereka juga bahkan tidak pernah bersyukur pada Sang Pencipta,” tutur Arya.

“Ya, terlebih terlebih berkaitan dengan kekuasaan dalam sebuah Kerajaan. Hanya sedikit Raja-raja yang arif dan bijaksana dalam memimpin rakyatnya, kebanyakan dari mereka hanya memikirkan diri sendiri dan kesejahteraan istana Kerajaan saja,” ujar Wayan Bima.

Sekar awalnya merasa enggan untuk menceritakan lebih lengkap tentang kejadian yang ia alami di istana Kerajaan Dharma, tapi setelah ia pikir-pikir lagi dan menimbang akan adanya sosok pemuda yang begitu serius ingin membantunya dan seluruh warga desa-desa di kawasan Pulau Dewata itu, ia pun kembali buka suara.

“Mas Arya, sebenarnya aku enggan untuk bercerita selengkapnya dengan semua peristiwa yang aku alami sewaktu di istana Kerajaan sebelum Ayahanda tewas dan kepemimpinan di ambil alih Saka Galuh. Karena hal itu membuat hatiku sedih, tapi karena Mas nampaknya sangat serius akan membantu kami, baiklah aku akan menceritakannya sekarang. Paman Wayan dan Bi Lasmi tak keberatan kan jika aku menceritakan semuanya?” ujar Sekar sembari bertanya meminta persetujuan pada Paman dan Bibi angkatnya itu terlebih dahulu .

“Tentu saja Paman dan Bibimu tidak akan keberatan Sekar, kami malah senang jika kamu mau menceritakan semua itu,” jawab Wayan Bima, Lasmi pun tampak anggukan kepalanya menyetujui.

“Hemmm, aku rasa itu akan lebih baik Sekar karena dipendam justru akan membuat hatimu akan selalu dirundung kesedihan yang mendalam,” tambah Arya tersenyum dan telah siap mendengar cerita secara detailnya dari putri mendiang Prabu Swarna Dipa itu.

Beberapa tahun yang lalu…………

Setelah permaisuri Raja Kerajaan Dharma meninggal dunia akibat sakit yang tak kunjung sembuh selama berbulan-bulan lamanya, Sekar gadis kecil seperti kehilangan salah satu tempat bergantung dan bersandar saat ia tergamang.

Prabu Swarna Dipa juga sangat sedih dan kehilangan, beberapa hari dia tampak murung dan suka menyendiri. Gadis kecil seperti Sekar tentu saja belum bisa memahami keadaan itu, dia hanya tahu jika Ibundanya telah berpulang dan pada saat itulah Lasmi dengan sepenuh hati dan kasih sayang mengasuh Raden Ayu Putri Sang Prabu.

Beberapa bulan kemudian setelah mempertimbangkan semuanya, Prabu Swarna Dipa memutuskan untuk menikah kembali dengan seorang gadis bernama Dwinta. Sang Prabu berharap Dwinta dapat berperan menjadi Ibu yang baik bagi Sekar, di samping tuntutan menjadi seorang Raja haruslah memiliki permaisuri.

Dwinta memang memperlakukan Sekar kecil dengan baik layaknya putri kandung sendiri, akan tetapi itu semua ia tunjukan hanya di depan Sang Prabu. Sementara di belakang Prabu Swarna Dipa terlebih Raja Kerajaan Dharma itu berpergian ke luar istana, Sekar tak pernah ia acuhkan.

Dari pernikahan Sang Prabu dengan Dwinta lahirlah seorang putra mahkota yang diberi nama Saka Galuh, sejak itu nyaris tak ada sedikitpun perhatian Dwinta pada Sekar. Justru perlakukannya sangat tidak sepantasnya dilakukan seorang Ibu, Dwinta sengaja menyetarakan Sekar yang telah tumbuh menjadi gadis remaja itu dengan pembantu dan pelayan istana.

Selama Sang Prabu meninggalkan istana karena berbagai keperluan ataupun urusan penting, Sekar remaja kerap di siksa dengan melakukan pekerjaan yang seharusnya di lakukan oleh pembantu atau pelayan istana Kerajaan Dharma itu.

Saka Galuh yang telah tumbuh menjadi pemuda remaja, siang itu dipanggil Sang Prabu untuk menghadap di sebuah ruangan yang di sana juga ada Dwinta Ibu kandungnya.

“Ayahanda memanggilku?”

“Benar putraku duduklah, Ayahanda ingin bicara,” Sang Prabu mempersilahkan Saka Galuh duduk.

“Ada apa Ayahanda?”

“Ayahanda menginginkan kamu untuk berguru pada sahabat Ayahanda di Pulau Madura, ia seorang Kiai pemilik sebuah pemondokan. Beliau memiliki keahlian bela diri dan ilmu kanuragan yang mempuni di samping ilmu agama yang ia ajarkan di pemondokan itu,” tutur Prabu Swarna Dipa.

“Berguru?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 194. Gandika Ireng

    “Parjurit di depan mengatakan jika Kisanak bertiga ini merupakan sahabat Kanjeng Sultan Demak, benarkah demikian?” tanya Sowan Broto kepala Desa Rowo itu saat menerima kedatangan dan mengajak mereka masuk ke rumah tepatnya di ruangan tamu.“Benar Mas, Saya Arya, ini Bidadari Selendang Biru dan ini Dewa Pengemis.”“Perkenalkan juga nama Saya Sowan Broto dan saya sebagai kepala desa di sini,” mereka saling berjabatan tangan.“Benarkah di desa ini telah terjadi tindakan pemerkosaan oleh dua orang pria yang tak dikenal Mas Sowan?”“Benar Arya, makanya kami langsung memberi laporan pada Kanjeng Sultan di istana mengenai hal itu. Dan beliau mengirimkan sejumlah prajurit istana ke sini,” jawab Sowan Broto.“Lalu di mana sosok perempuan tua yang juga datang bersama prajurit ke desa ini?”“Oh, Nyi Intan yang Arya maksudkan?” Arya hanya mengangguk.“Beliau dan Panglima serta sejumlah prajurit bergerak ke arah utara setelah menyisir kawasan desa ini tak menemukan dua orang pria yang telah melaku

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 193. Dua Orang Prajurit Melapor

    Setelah puas melakukan aksinya menggagahi kedua wanita itu secara bergiliran, Pangeran Durjana dan Setan Tanduk Neraka segera meninggalkan desa itu. Jika para wanita yang telah menjadi korban kebiadaban mereka selalu melaporkan pada suami atau warga yang lain, tidak demikian dengan dua orang wanita yang baru saja digagahi itu.Tak diketahui alasannya kenapa mereka hanya diam saja setelah diperlakukan seperti binatang itu, mungkin karena merasa ketakukan akan ancaman Pangeran Durjana dan Gurunya tadi, atau juga tak mau bicara karena malu sebab itu merupakan aib keluarga mereka jika diceritakan dan diketahui orang lain.Yang pasti setelah kedua wanita itu dapat bangkit berdiri dan membenahi pakaian, mereka pun menuju rumah masing-masing dan ikut beristirahat siang bersama anak-anak.“Tinggal satu wanita lagi di kawasan tengah ini yang musti kita gagahi Guru, setelah itu kita akan kembali ke kawasan timur.”“Benar bocah bejad..! Di kawasan timur nanti tentunya tidak akan sesulit ini kita

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 192. Desa Rowo Geger

    Rontaan dan pekik minta tolong dari sepasang petani itu tidak mereka hiraukan, justru hal itu makin menambah semangat kedua pria itu melakukan perbuatan bejad mereka. Setelah puas menggagahi wanita petani itu ditinggalkan begitu saja, kedua pria bejad itu pun pergi dengan tawa terbahak-bahak dan menghilang di balik semak-semak dan pepohonan kecil di kawasan itu.Beberapa saat kemudian wanita petani berusaha bangkit sambil membenahi pakaiannya terlebih dahulu, sambil menangis ia berdiri dan berjalan gontai ke arah suaminya yang terikat di batang pohon. Dengan sisa tenaganya wanita itu pun berusaha melepaskan tali dari akar-akaran yang mengikat kedua tangan suaminya, setelah tali terlepas wanita itu jatuh pingsan.Tak terbayangkan betapa pilunya hati pria petani di depan matanya istrinya itu digagahi secara bergiliran oleh dua orang pria yang tak ia kenal, ia lalu memeluk tubuh istrinya yang saat itu terkulai lemas, terdengar kembali teriakan pilu minta pertolongan dari sang suami.Kedu

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 191. Sepasang Suami Istri

    “Ha.. ha.. ha..! Ya benar, kenapa? Kau terkejut saya bisa kenal dan berteman dengannya?”“Tidak begitu Kangmas, terakhir saya bertemu dengannya saat Adipati Gadra gagal melakukan pemberontakan ke istana Kerajaan Kediri. Saat itulah Arya muncul membongkar kebusukan seorang Welung Pati yang telah menghasut Adipati Gadra untuk memberontak,” jelas Dewa Penangis.“Bukankah saat itu kau bersamanya? Kenapa tidak kau cegah Adipati Gadra itu untuk tidak mempercayai Welung Pati?” Dewa Pesing terlihat agak gusar.“Saya sama sekali tidak tahu jika keinginan keras Adipati Gadra untuk memberontak ke istana Kediri dikarenakan hasutan dari Welung Pati, setahu saya Adipati Gadra mengatakan jika Ayahandanya adalah raja sebelum Sang Prabu Jayabaya memimpin Kerajaan Kediri itu, dan Sang Prabu itulah yang telah membunuh Ayahnya demi merebut tahta Kerajaan,” tutur Dewa Penangis.“Seorang Dewa Penangis bisa tidak mengetahui jika semua itu adalah fitnahan belaka? Apakah itu disebabkan karena kau kebanyakan m

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 190. Dua Sosok Aneh Bertemu

    Cukup lama mereka bercakap-cakap di ruangan istana itu, hingga akhirnya Intan Kasturi dipersilahkan untuk beristirahat di salah satu kamar yang memang di khususkan bagi tamu kehormatan Kesultanan Demak.Sementara di istana Kerajaan Mandalu, Arya, Bidadari Selendang Biru serta Dewa Pengemis yang belum mengantuk dan ingin beristirahat tampak duduk di bagian samping istana yang di sana terdapat ruang terbuka yang di depannya ada kolam ikan serta tumbuhan-tumbuhan hias.Agaknya tempat itu berupa taman yang kerap dimanfaatkan bagi petinggi istana termasuk juga Sang Raja berserta keluarganya untuk bersantai, tempat itu sangat nyaman hingga Arya, Bidadari Selendang Biru dan Dewa Pengemis betah berlama-lama duduk di sana.“Sudah tiga hari lebih kita di sini Arya, apa rencanamu selanjutnya?” tanya Bidadari Selendang Biru sembari arahkan pandangan ke depan ke arah kolam.“Saya belum tahu, kita tunggu kabar dari Satrio Mandalu yang memerintahkan utusannya untuk datang ke Kerajaan-kerajaan wilaya

  • Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas   Bab 189. Intan Kasturi Ikut Mencari

    Keterangan yang didapatkan dari dua orang wanita warganya itu hanya sebatas ciri-ciri mereka saja, berupa berpakaian merah dan berbaju coklat. Dan kedua wanita itu juga mengatakan jika dua orang pria yang memperkosa mereka bukanlah pria dari warga desa, melainkan orang yang datang dari luar desa itu.Pihak Kerajaan Pajajaran telah mengirim sejumlah prajuritnya untuk menyisir kawasan desa tempat dua orang wanita di perkosa di hutan kecil, hingga sore itu semua kawasan telah mereka lalui tapi tak kunjung menemui dua orang pria pelaku pemerkosaan itu.Dengan tidak menemukan kedua pria itu tidak lantas para prajurit yang diutus langsung kembali ke istana, mereka untuk sementara waktu berada di pemukiman desa sekaligus bermalam di sana. Besok pagi mereka kembali akan menyisir kawasan desa itu, jika nanti tak jua menemukan dua pria yang mereka cari barulah para prajurit akan kembali ke istana memberi laporan.Belum lagi tengah hari saat mencari di hari kedua, sejumlah prajurit yang baru kem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status