“Tolong, tolong aku ….”Di antara empat orang yang berada di dalam mobil, hanya tinggal pria paruh baya yang duduk di samping pengemudi yang masih bernafas dan meminta tolong. Kakinya terjepit diantara kursi, pria paruh baya itu sama sekali tidak bisa bergerak, melihat bensin yang terus menetes, dia merasa takut.Nathan menghampiri pria paruh baya itu, lalu menyalahkan sebatang rokok. Melihat ini, pria itu langsung membelalakan matanya, penuh rasa ketakutan, dia tahu maksud Nathan menyalahkan rokok. “A-apa, yang akan kau lakukan?”"Tolong, a-ampuni aku," Pria itu dengan wajah berlumuran darah tidak henti hentinya memohon ampun kepada Nathan.Nathan pelan-pelan berjongkok dengan dingin memandang pria itu. “Siapa yang mengutus kalian?”Pria itu tertegun, dalam pandangannya timbul keraguan, dia tidak berani mengkhianati Santos, karena keluarganya masih berada di Kota Boulmer. Melihat pria itu masih ragu ragu, Nathan sama sekali tidak mengatakan apa apa, tetapi langsung bangkit dan mening
“Tuan Nathan, ada masalah!” Ryzen berkata sambil melirik ke kaca spion.Nathan menoleh ke belakang dari mobilnya lalu bergegas membalikkan kepalanya lagi. “Kemudikan mobil ke tempat yang lebih terpencil, ada terlalu banyak orang di jalan raya!”Ryzen segera mengubah arahnya menuju pinggiran Kota Takari dan mobil BMW itu juga mengikuti mereka.Sarah yang juga menyadari ada mobil yang mengikuti mereka, raut wajahnya seketika menjadi muram dan tubuhnya gemetaran.Nathan melingkarkan tangannya pada bahu Sarah untuk menenangkannya. “Jangan khawatir, ada suamimu disini!”Saat Sarah mendengar kata suami kembali terucap dari mulut Nathan, wajahnya kembali memerah. “Dasar buaya!”Tidak lama kemudian mobil Nathan melaju ke sebuah daerah terpelosok, dan Ryzen memberhentikan mobilnya, dan mobil BMW itu juga segera mengerem dan berhenti di belakangnya.Nathan dan yang lainnya turun dari mobil, karena Sarah takut, Nathan terus melingkarkan tangannya di bahu Sarah, dan memeluknya. Pada saat itu seo
Nathan tersenyum santai. “Aku bukanlah seorang Tuan Muda, saat ini, aku seorang pengangguran yang dinafkahi oleh kakak sepupumu, bahkan, bajuku pun dibelikan olehnya!” Setelan jas yang dikenakan oleh Nathan memang dibelikan oleh Sarah.“Ah?” Shilpy tercengang. “Kamu brondong?!” dan kata brondong terlontar begitu saja dari mulutnya.“Shilpy, jangan bicara sembarangan!” Sarah segera memelototi Shilpy, dan menatap Nathan dengan tatapan bersalah. “Nathan, adik sepupuku memang memiliki sifat seperti ini, kamu jangan mengambil hati ya!”Nathan tersenyum. “Sifat seperti ini tidak buruk kok, aku suka!”“Tidak ada gunanya menyukaiku, aku adalah sepupu iparmu!” Shilpy kembali berkata dengan nada jahil.Nathan tersenyum tak berdaya, meskipun perkataan Shilpy menyakiti perasaan orang, tapi sifatnya yang lurus, hatinya yang baik sedikit mirip dengan Sarah.Mobil Shilpy melaju kencang hingga di depan sebuah restoran barat, dia menghentikan mobilnya dan membawa Nathan dan Sarah masuk ke dalam. Di me
Gilbert merupakan seorang Tuan Muda keluarga Gottfried, yang juga seorang pewaris dari Gottfried Care. Perlu diketahui bahwa Gottfried Care menempati posisi tiga besar di Kota Takari, mereka memiliki belasan bahkan puluhan toko obat yang khusus memasok dan menjual obat herbal dan cukup berpengaruh di Kota Takari. Mendengar ucapan Gilbert, Nathan merasa kalau kata ‘konglomerat generasi kedua’ tidak hanya istilah yang digunakan untuk menghina, tergantung kepada siapa istilah itu ditujukan. “Saudara Nathan, kedatangan kalian kali ini ke Kota Takari hanya untuk berjalan-jalan?” Gilbert bertanya pada Nathan. “Aku berencana untuk membeli sejumlah bahan obat di sini!” Nathan mengatakan yang sebenarnya. “Bagus kalau begitu, katakan saja, bahan obat apa yang kamu perlukan, katakan saja padaku, kami—Gottfried Care—memiliki berbagai macam bahan obat-obatan! Dan semua kualitasnya juga terjamin, dengan hubungan kita, aku bisa memberikan harga terendah padamu. Ah, sebenarnya, kalau kamu ingin te
“Tuan!” seorang lelaki tua yang kurus dan bungkuk berjalan masuk. Lelaki tua ini adalah pengurus rumahnya Keluarga Juventus, Samuel sudah menjadi pengurus rumah Keluarga Juventus sejak generasinya ayah Santos,m. Sekarang usianya sudah tua, dan tidak menjadi pengurus rumah lagi. Hanya saja, Keluarga Juventus sudah menganggap Samuel seperti keluarga sendiri dan membiarkan dia menetap di kediaman Keluarga Juventus. Saat itu, keluarga Juventus pernah diincar oleh musuh, ratusan orang mengepung kediaman Keluarga Juventus, dan belasan orang dari Keluarga Juventus berada dalam bahaya. Lada akhirnya, mereka hanya mengandalkan Samuel seorang untuk mengalahkan semua musuh itu, dan karena itu, Keluarga Juventus sudah menganggap Samuel seperti keluarga sendiri. “Paman Sam, bawalah beberapa orang untuk pergi ke Kota Takari, kamu harus membawa pulang orang yang sudah membuat Tuan Muda menjadi cacat. Kalau tidak bisa dibawa kemari hidup-hidup, mayatnya juga harus kamu bawa kemari, kalau masalah i
“Tuan Jo, kita bisa berunding dulu, ginseng ini memang merupakan ginseng kelas atas, tapi kalau 10 miliar sepertinya terlalu mahal. Bagaimana kalau kamu turunkan harganya sedikit, aku akan langsung mentransferkan uangnya padamu!” Gilbert berkata sambil tersenyum. “Sepuluh puluh miliar, satu sen pun tidak bisa kurang, karena kalian tidak mau, aku akan pergi sekarang!” Jonathan berkata sambil berdiri, dan bersiap pergi dengan membawa kotak kayunya. “Tan Jo, jangan tergesa-gesa, aku akan membelinya, Gottfried Care akan membelinya, bukan demi hal lain, hanya untuk menjadikan anda seorang teman!” Gilbert bergegas menahan pria paruh baya itu dan mengeluarkan ponselnya. “Sekarang juga aku akan mentransferkan uangnya padamu, lain kali kalau ada barang sebagus ini lagi, kamu harus membawanya ke Gottfried Care. Aku pasti akan membayar dengan harga yang tinggi!” “Hahaha …., baik, bisa diatur, tenang saja!” Setelah mendengar ucapan Gilbert, pria paruh baya itu tiba-tiba tertawa dan wajahnya te
“Ini …. apa yang sebenarnya terjadi?” Melihat pria paruh baya itu kabur, Gilbert menjadi bingung dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi. “Kak Gilbert, coba kamu lihat ginseng ini palsu atau tidak?” Nathan menyerahkan ginseng yang dia belah pada Gilbert. Gilbert meraih ginseng itu dan melihat ginseng liar yang sudah patah itu, dia tertegun sejenak lalu tiba-tiba mengamuk. “Sialan, beraninya menipu Gottfried Care, kamu cari mati!” Bugh! Gilbert melangkah maju dan menendang dada pria paruh baya itu dengan keras lalu berteriak. “Penjaga, bawa dia ke bawah dan beri dia pelajaran!” "Tidak! Ampun! Ampuni aku!" Segera, pria paruh baya itu dibawa pergi dan menyusul suara teriakan yang terdengar. “Nathan, hari ini untung ada kamu, kalau tidak m, aku pasti akan rugi besar, uang yang hilang bisa dicari lagi, itu tidak masalah. Tetapi, di kemudian hari, aku mana punya muka untuk berbisnis di Kota Takari lagi, memalukan sekali!” Gilbert berkata pada Nathan dengan ekspresi malu. “Semua o
“Sepertinya begitu, di seluruh Kota Takari hanya toko inilah yang berani memanjang bahan obat berusia ratusan tahun di aula utama mereka. Dan hampir 80% bahan obat-obatan berusia ratusan tahun yang ada di Kota Takari, berada di tangan Panax Care.” Saat berbicara, raut wajah Gilbert tiba-tiba menjadi muram. Karena bagaChickoapun, dia juga berada di bisnis yang sama, jadi dia merasa sedikit malu karena bisnis kompetitornya begitu sukses. “Oh!” Nathan menganggukkan kepalanya dan dia merasa sangat senang dalam hatinya. Karena dengan seperti ini, dia tidak perlu berkeliling kemana-mana lagi. Asalkan dia bisa bernegosiasi dengan Panax Care, kedepannya tidak perlu takut tidak bisa menemukan bahan obat berharga. “Wah, Tuan Gilbert, ada pelanggan langka nih, kenapa kamu punya waktu luang untuk berjalan-jalan di toko kecil kami ini?” Pada saat itu, seorang pria paruh baya datang menghampiri. Saat Nathan melihatnya, fia sudah tahu kalau dia juga seorang kultivator, kekuatannya juga tid
"Berhenti di situ," kata Nathan tenang, mengangkat satu tangan. "Kalau kamu tidak bisa membuat orang mati karena takut, kamu bisa saja membuat mereka mati karena bau."Suasana hening sesaat dan Hones membeku. Seumur hidupnya, belum pernah ada orang yang berani berbicara padanya seperti itu. Terlebih lagi soal bau tubuhnya."Dasar bajingan! Kau ingin mati rupanya!" Vriss meraung, melangkah cepat dengan niat menghajar Nathan.Namun baru setengah langkah mendekat, tubuh Vriss tersentak. Aura luar biasa yang memancar dari Nathan menabraknya seperti gelombang tak kasatmata. Tanpa sempat bereaksi, tubuhnya terangkat dari tanah dan menghantam dinding batu. Darah menyembur dari mulutnya, meninggalkan cipratan merah di permukaan batu yang retak.Semua terdiam. Wajah Hones memucat. Vriss bukan sembarangan, kekuatannya hampir setara dengan Hones, seorang puncak. Tapi kini, bahkan menyentuh lawannya pun tidak sempat.Nathan berdiri tak bergeming. Cahaya keemasan mulai merayap dari kulitnya, meman
Kapal pesiar itu mulai berlayar ke arah yang tidak jelas, menuju sebuah pulau kecil yang terlihat dari kejauhan. Pulau itu tampak terisolasi, dengan bebatuan gundul yang tersebar, seakan tak ada kehidupan di sana. Namun saat mereka mendekat, bau darah yang menyengat mulai tercium, mengingatkan Nathan pada sesuatu yang sangat buruk.Di atas perahu motor cepat yang membawa mereka ke pulau itu, Nathan merasa ada sesuatu yang salah. Dengan tatapan gelap, dia melihat sekitar, kerangka tulang yang tersebar di tanah, dan yang paling mencurigakan, banyak tengkorak manusia yang tergeletak di sana, tengkorak yang hilang bagian kepalanya. Bau busuk yang menusuk membuat perutnya mual.Langit mendung menggantung di atas Pulau Berlian, pulau yang namanya indah namun menyimpan kengerian yang tak terperi.Nathan berdiri terpaku di depan tumpukan tengkorak yang menggunung. Kaki para awak kapal gemetar hebat, tubuh mereka nyaris roboh, dan hanya bisa disangga oleh rekan-rekannya yang juga gemetaran. Pe
Bajak laut itu mengedipkan matanya kepada yang lain, memberi isyarat untuk memeriksa. Beberapa bajak laut bergegas pergi, melangkah cepat menuju bagian dalam kapal untuk memastikan kebenaran kata-kata awak kapal itu.Setelah beberapa saat, mereka kembali, wajah mereka tidak menunjukkan ekspresi apapun, hanya kebosanan yang samar."Memang benar hanya ada satu penumpang di sini," salah satu bajak laut itu melapor, suara datar tanpa emosi.Namun, ketegangan yang ada tak kunjung surut. "Ketua," salah satu bajak laut bertanya dengan cemas. "Apakah kita hanya akan membiarkan mereka hidup begitu saja? Apa yang harus kita lakukan setelah ini?"Bajak laut dengan tengkorak merah di dadanya mengerutkan kening, wajahnya menunjukkan ketidakpuasan yang mendalam. "Sial, hanya sedikit orang. Tapi, ini masih lebih baik daripada tak mendapatkan apapun."Dia memutar tubuhnya dengan tidak sabar, menyapu tangan ke udara seperti menepis gangguan kecil. "Bawa mereka semua kembali. Dan soal apa yang akan ter
Di atas lautan yang luas dan sunyi, kapal pesiar mewah itu melayang di atas ombak yang tenang.Kapal itu terlihat seperti benda asing di tengah kebiruan, tak ada tujuan yang jelas selain mengambang. Di dalam, hanya ada Nathan, yang seakan mengasingkan diri dalam hening yang menyesakkan. Dalam kamar yang sederhana, tanpa hiasan berlebihan, dia duduk bersila.Setiap tarikan napasnya terasa berat, seolah seluruh tubuhnya menanggung beban yang jauh lebih besar dari sekadar fisik. “Jika aku bisa mencapai tahap Surga,” pikirnya, memejamkan mata dan merasakan aliran energi di dalam tubuhnya. "Mungkin aku bisa menyelamatkan ibuku dan Sarah. Jika bukan itu, setidaknya aku bisa menyelamatkan diri sendiri dari kejaran semua orang yang ingin menghabisiku.”Namun, perjalanan itu tidaklah mudah. Tahap Surga bukan hanya tentang kekuatan, tapi juga tentang kesetiaan terhadap diri sendiri. Setelah mencapai tahap ini, tubuhnya akan terasa abadi, seolah tidak terikat oleh hukum dunia. Namun, seperti sem
Raut wajahnya dingin dan penuh percaya diri. “Sekarang, sudah cukup alasan bagimu untuk tunduk?”Tubuh Darwin menegang, dan untuk sesaat, hanya ada keheningan. Lalu dia membungkuk dalam-dalam. “Perintah diterima.”Sancho melemparkan sebuah amplop ke atas meja, yang mendarat dengan suara tumpul. “Di dalamnya ada target, bunuh dia. Gagal atau berhasil, namaku tidak pernah disebut. Anggap saja aku tidak pernah ada.”“Siap laksanakan,” jawab Darwin tanpa ragu, meski ada jejak ketegangan di suaranya.Begitu Sancho menghilang ke balik bayangan, Darwin membuka amplop itu dengan hati-hati. Sebuah foto tergelincir keluar dan wajah yang muncul membuat darahnya berdesir.“Nathan?”“Tuan Ketua Martial Shrine. kau ternyata menyembunyikan lebih dari yang kutahu!”Sementara itu, dunia bela diri tengah bergolak.Di forum-forum rahasia, nama Nathan menjadi pusat badai. Harga kepalanya terus meroket. Tidak hanya uang dan ramuan, bahkan artefak langka ditawarkan untuk sekadar mendapatkan jejak keberadaa
Sancho menyapu pandangannya ke penjaga di sekitar ruangan, dan senyum tipis terukir di wajahnya. "Masalah yang ingin aku bicarakan bersifat rahasia. Aku tidak ingin ada orang lain yang mendengarnya."Mendengar itu, Darwin langsung mengernyitkan keningnya. Dia tahu ini akan membawa masalah, namun dia tidak menyangka akan secepat ini.Sancho menyadari kegelisahan Darwin. "Ketua Darwin," katanya dengan nada dingin. "Jika aku ingin membunuhmu, walaupun seluruh penjaga di ruangan ini ada di sini, mereka tidak akan mampu menghentikanku," suaranya semakin keras, menggetarkan suasana.Tanpa menunggu tanggapan, Sancho mengibaskan tangannya dengan tegas. "Kalian semua, keluar!" Perintahnya menggema, dan para penjaga segera berlalu tanpa banyak bicara.Begitu hanya mereka berdua yang tersisa, Darwin menatap Sancho dengan tajam, menunggu penjelasan lebih lanjut. "Sekarang, kamu bisa bicara, Ketua Sancho," katanya.Sancho menatapnya dengan tatapan tajam. "Ketika aku datang kemari, tujuan utamaku a
Kota Wayoe, batas barat daya yang selalu basah oleh kabut pagi dan harum dedaunan liar. Dibelah oleh lembah dan pepohonan cemara tua, tempat ini adalah surga tersembunyi atau neraka yang menunggu bangkit.Di kedalaman gua purba, tersembunyilah Organisasi Fushi, kelompok kultivator hitam yang diburu di mana-mana. Tak punya sejarah panjang, namun ditakuti karena brutalitas dan teknik kultivasi terlarangnya.Di ruang kultivasi, Darwin duduk melayang, dikelilingi pusaran tulang dan aura kehitaman. Kerangka manusia melayang seperti angin musim gugur yang membawa kematian.Tiba-tiba, terdengar suara langkah diikuti suara tergesa.“Ketua! Gawat!” teriak seorang penjaga, menerobos masuk.Mata Darwin terbuka, merah menyala, tangan kirinya terulur cepat.Hwoosshh~Energi hisap menyedot penjaga itu ke hadapannya. Cakar gelap mencengkeram lehernya. “Sudah berapa kali kubilang?” desisnya. "Jangan ganggu saat aku berkultivasi.”Penjaga itu menggeliat dan wajahnya memerah. “Ma-maaf! Tapi .... a-ada
Tiga penguasa Ingras itu, yang seharusnya menjadi ancaman mematikan, kini hanya bisa merintih ketakutan. "Tuan Nathan, ampuni kami! Kami tidak bermaksud—" Suara mereka terputus oleh isak tangis, tubuh mereka bersujud ke tanah, tangan mereka menggenggam debu.Vinsen melihat pemandangan ini dengan mata terbelalak, tubuhnya seakan membeku di tempat. "Apa yang sedang terjadi?" bisiknya, suaranya penuh dengan ketidakpercayaan. "Tiga penguasa Ingras ini, yang bahkan bisa menghancurkan Kota Lamar. Dan sekarang, mereka hanya bisa merangkak seperti ini?"Nathan tidak mengalihkan pandangannya. "Aku tidak tertarik pada semut-semut kecil ini," katanya, suaranya penuh penghinaan. "Jangan salahkan aku jika kalian terinjak," dengan satu gerakan tangan yang angkuh, Nathan memberi isyarat pada tiga penguasa itu untuk pergi. "Enyahlah," katanya singkat. "Aku tidak punya waktu untuk masalah seperti kalian."Ketiga penguasa Ingras itu berterima kasih dengan suara gemetar, berbalik dan melarikan diri seol
"Aku datang untuk membicarakan bisnis," suara yang dingin dan tajam itu mengalun, mengiris ketegangan yang ada. Sosok itu muncul perlahan di balik kabut yang mengalir, seolah-olah ia adalah bayangan yang datang dari masa depan."Tuan .… Nathan?" Sentinel berbisik, matanya terbelalak. Wajahnya yang penuh kekesalan berubah menjadi penuh harapan. "Kamu .... datang pada waktu yang tepat," katanya terbata-bata. Seolah-olah nyawanya baru saja digenggam oleh malaikat maut, dan sekarang ada yang datang untuk menyelamatkannya.Nathan melangkah maju, langkahnya penuh ketenangan yang aneh di tengah huru-hara. "Aku hanya datang untuk urusan yang sedikit lebih mendesak," dia menatap Vinsen dan pengikutnya tanpa rasa takut. "Kalian harus menunda niat buruk kalian untuk sementara.""Siapa kau?" tanya Vinsen, nada suaranya bergetar sedikit, meskipun ia berusaha keras menahan ketegangan.Nathan mengangkat bahu sedikit, senyum tipis menghiasi wajahnya. "Aku hanya orang yang kebetulan datang di saat yan