Kepala naga emas itu membesar tanpa batas, menelan seluruh pandangan mereka, seolah hendak menelan langit itu sendiri. Aura kematian yang begitu pekat menyelimuti mereka, membuat naluri buas mereka menjerit ketakutan. Dengan raungan panik, mereka menyilangkan lengan, mengerahkan setiap ons kekuatan iblis mereka untuk membentuk perisai energi berwarna hitam pekat di depan mereka.BAM!Namun, detik berikutnya—KRAAAK!Perisai hitam itu bahkan tidak sempat bertahan sepersekian detik. Saat bersentuhan dengan kepala naga emas, perisai itu pecah seperti kaca, lenyap tanpa jejak. Aura tinju Nathan, yang membawa kekuatan penghancur, terus melaju dan menghantam tubuh Zenix dengan telak.Tidak ada ledakan besar. Tidak ada jeritan.Yang ada hanyalah suara dentuman pelan dan mengerikan. Tubuh Zenix yang besar dan berotot seketika itu juga menguap. Dia tidak hancur, dia berubah menjadi kabut darah berwarna merah pekat yang langsung menyebar di udara. Bahkan tidak ada remah-remah tulang yang tersis
Dengan gerakan cepat, dia merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah botol keramik kecil berwarna merah darah. Saat tutup botol itu dibuka, aroma manis yang memuakkan seketika menyebar, seperti bau daging yang mulai membusuk di bawah terik matahari, bercampur dengan bau anyir sihir hitam.Nathan mengernyit. Aroma ini... ini bukan ramuan dari seorang praktisi bela diri biasa. Ini adalah aroma dari alkimia sesat.‘Mungkinkah keluarga Himalaya adalah Kultivator Iblis?’Sebelum Nathan sempat berpikir lebih jauh, Zenix menengadahkan kepalanya dan menenggak seluruh cairan kental berwarna merah itu dalam sekali teguk. Dia tersedak, lalu tubuhnya mulai kejang hebat.KREEEKK! KRAK!Suara tulang yang bergeser dan otot yang meregang terdengar mengerikan. Tubuh Zenix mulai membesar dengan kecepatan yang tidak wajar. Pakaiannya yang terbuat dari bahan kuat robek dan meledak, memperlihatkan kulitnya yang berubah menjadi abu-abu dan keriput, dengan urat-urat hitam yang menonjol dan berdenyut-denyut. Da
Keheningan yang menyusul adalah sebuah entitas tersendiri. Ia begitu pekat, begitu absolut, seolah-olah suara tebasan terakhir tadi telah menyedot semua suara lain dari muka bumi. Di bawah cahaya bulan yang dingin, reruntuhan kediaman Himalaya menjadi sebuah diorama kematian. Bau darah yang anyir dan debu batu yang tajam menggantung di udara.Semua mata terpaku pada dua bagian tubuh Hideo yang tergeletak mengenaskan.Mengejutkan. Sungguh di luar nalar. Tiga ahli dari keluarga terpandang dihancurkan dengan begitu mudah oleh satu orang.Irarki yang bersembunyi di kejauhan, merasakan kakinya berubah menjadi jeli. Nalurinya berteriak untuk lari, kabur sejauh mungkin, tetapi tubuhnya menolak untuk patuh. Dia hanya bisa berdiri di sana, gemetar hebat, menyaksikan adegan itu dengan mata terbelalak ngeri.Zenix dan Seihun, kedua pengawal elit itu, membeku. Mereka bukan orang biasa. Mereka telah melihat kematian berkali-kali. Namun, melihat Tuan Kedua mereka dieksekusi dengan begitu enteng, ta
Raut wajah Hideo, Zenix, dan Seihun berubah menjadi pucat pasi. Keringat dingin sebesar biji jagung mengucur deras di kening mereka saat mereka mati-matian merapal mantra apa pun yang terlintas di benak, mencoba memperlambat pedang raksasa itu. Namun, semua sia-sia."MUNDUR! CEPAT MUNDUR!" raung Hideo, menyadari kengerian yang akan datang.Mereka tidak pernah membayangkan ilmu sihir Nathan bisa sehebat ini.BAM!Pedang raksasa itu akhirnya menghantam tanah, tepat di tempat mereka berdiri beberapa detik sebelumnya. Tanah terbelah, menciptakan sebuah celah besar yang dalam dan panjang. Meskipun mereka berhasil menghindar dari tebasan langsung, gelombang kejut dari hantaman itu melemparkan mereka bertiga dengan keras. Mereka terbanting ke tanah, tulang-tulang mereka berderak, tampak sangat menyedihkan.Debu kembali mengepul, dan pedang golem itu hancur, kembali menjadi tumpukan reruntuhan biasa.Setelah debu perlahan menghilang, Nathan, yang masih memeluk Sheerena, menatap ketiga pria ya
Di sisinya, Hideo merapal segel dengan kecepatan tinggi. Udara di depannya terasa panas, lalu bola-bola api seukuran bola sepak mulai terbentuk, berputar-putar dengan inti yang membara dan lidah api yang menjilat-jilat.Seihun mengambil kuda-kuda, mengumpulkan energi di Dantian-nya. Dia mengucapkan mantra dengan suara rendah, dan di belakangnya, puluhan bayangan tinju transparan muncul, masing-masing memancarkan aura tajam dan siap menembus apa saja.Melihat persiapan ritualistik itu, sudut mulut Nathan terangkat. "Oh, jadi keluarga Himalaya ternyata juga ahli dalam ilmu sihir, ya? Kalau begitu, aku akan menemani kalian bermain."Setelah selesai berbicara, dia tidak mengaktifkan kembali zirah emasnya. Zirah itu hanya akan melindunginya, bukan Sheerena. Sebaliknya, dia mengangkat satu tangan bebasnya. Tanpa mantra yang terdengar, sebuah perisai energi transparan yang berkilauan seperti kristal muncul dari udara tipis, membentuk kubah yang sempurna menyelimuti dirinya dan Sheerena. Peri
Hideo dan kedua pengawalnya, yang masih terpaku di tempat, tidak memiliki sepersekian detik pun untuk bereaksi. Mereka dihantam oleh dinding kekuatan tak terlihat itu dan terlempar ke belakang seperti daun kering, menabrak sisa-sisa dinding dengan bunyi gedebuk yang mematahkan tulang.BRAAKK! KRAAKK! BAAANNGGG!Gelombang kejut itu tidak berhenti. Pilar-pilar penyangga yang sudah retak kini hancur berkeping-keping. Langit-langit runtuh. Seluruh bangunan kediaman mewah itu ambruk ke dalam dirinya sendiri dalam sebuah simfoni kayu yang patah, batu yang remuk, dan kaca yang pecah berderai.Di tengah kekacauan itu, Nathan berdiri tak terpengaruh. Dia memejamkan mata sejenak, menyebarkan kesadaran spiritualnya seperti jaring laba-laba, dan langsung menemukan sumber kehidupan yang dicarinya di dalam salah satu kamar yang kini terkubur. Sosoknya melesat, menjadi kilatan emas yang menembus awan debu dan puing yang berjatuhan.Dalam sekejap, dia sudah tiba di depan Sheerena.Gadis itu terbaring