Bacaan dewasa 21 tahun ke atas. Jihan Diajeng seorang gadis korban dari perceraian kedua orang tuanya yang membuat gadis itu terjun bebas dalam lembah hitam penuh dosa. Latar belakang keluarganya yang broken home membuat sang gadis hidup dalam kekerasan. Penipu, pencuri, dan pembohong ulung sangat cocok disebutkan kepadanya. Bahkan telah banyak pria-pria yang menjadi mangsa. Dengan bermodalkan wajah cantiknya, Jihan merayu para lelaki dan menguras hartanya habis-habisan. Mungkinkah gadis itu berubah ataukah dirinya akan mendapatkan karma akibat perbuatan jahatnya? Plagiarisme melanggar undang-undang nomor 28 tahun 2014.
View More"Kita cerai, Lisda! Aku sudah tidak sanggup hidup bersamamu!" hardik Tuan Raksa kepada istrinya.
"Apa kamu bilang? Kamu pikir aku mau mempertahankan rumah tangga ini denganmu? No! Aku tidak pernah sudi! Dasar kamu tukang selingkuh!" teriak Nyonya Lisda kepada suaminya."Hei ... Lisda sialan! Kamu pikir aku tidak tahu dengan apa yang telah kamu lakukan selama ini? Kamu juga berselingkuh dengan mantanmu! Bahkan dia rutin mengirimkan uang kepadamu, kan?" selidik Tuan Raksa."Deg!" Seketika jantung Nyonya Lisda berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Dia tidak tahu dari mana suaminya mengetahui informasi itu.Lalu dengan ketus, Nyonya Lisda kembali berkata,"Setidaknya dia mau memberikan uangnya secara cuma-cuma kepadaku. Tidak seperti dirimu yang menghambur-hamburkan uangmu di meja judi dengan para perempuan bayaran!" Nyonya Lisda semakin tajam berbicara kepada suaminya.Sementara di teras rumah, anak gadis keduanya yang bernama Jihan Diajeng. Mendengar semua pertengkaran ayah dan ibunya.Gadis itu terlihat mengepalkan tangannya menahan gejolak kemarahan yang semakin menyala dari dalam tubuhnya.Jihan ingat betul saat dirinya masih berusia delapan tahun, ayahnya pernah membawanya ke tempat markas judinya bersama teman-temannya. Jihan sangat ingat, waktu itu dia sedang sakit demam. Namun ibu kandungnya, Nyonya Lisda sedang liburan ke luar kota bersama para genknya. Jihan tidak mau diasuh oleh maid di rumahnya.Karena keasyikan main judi, ayahnya, Tuan Raksa malah menyuruh perempuan selingkuhannya untuk mengurusi Jihan. Sejak saat itu, sang gadis memiliki dendam pribadi dengan ayahnya.Bahkan disaat sang ibu pulang dari luar kota, Jihan pun menceritakan semuanya kepada ibunya, jika ayahnya berselingkuh dan bermain judi.Namun tanggapan Nyonya Lisda terlihat dingin.Akan tetapi pertengkaran tidak terelakkan lagi diantara pasangan suami istri itu. Tuan Raksa yang marah lalu memukul Jihan sampai babak belum untuk melampiaskan rasa emosinya. Maka semakin besarlah dendam Jihan kepada ayahnya.Jihan yang sedang duduk di teras, menjadi kaget saat mendengar adegan piring terbang dari dalam rumahnya. Tentu saja pertengkaran keduanya berlanjut lagi.Jihan sudah tidak peduli lagi dengan kedua orang tuanya. Dia telah berkeinginan bulat untuk mandiri dan hidup sendiri. Dirinya malah mendukung perceraian keduanya.Gadis berusia tujuh belas tahun itu, sudah tidak mau lagi berurusan dengan kedua orang tuanya.Jihan yang baru pulang sekolah itu, mulai masuk ke dalam rumah. Baru sampai di ruang tamu, berbagai macam pecahan piring cantik dan kendi koleksi Mama Lisda bertebaran di lantai.Pasangan suami istri itu segera menghentikan pertengkaran mereka. Namun keduanya menatap tajam ke arah Jihan."Dari mana kamu! Kok baru pulang sekarang?" hardik Tuan Raksa penuh amarah. Waktu memang telah menunjukkan pukul enam sore."Aku baru pulang les, Pa." jawabnya santai."Memangnya kamu les apaan? Bukannya Mama sudah tidak membiayai les mu?" selidik Tuan Raksa."Saya membiayainya sendiri." Jihan tetap santai menjawab kedua orang tuanya."Dari mana kamu mendapatkan uang? Dasar anak kurang ajar!" Tuan Raksa lalu melangkah menuju ke arah Jihan lalu menampar pipi gadis itu dengan keras."Apakah kamu mencuri lagi? Anak tak tahu diuntung! Kapan kamu bisa berubah Jihan!" sang ayah lalu menendang putrinya sampai jatuh tersungkur di lantai.Jihan sama sekali tidak berbicara atau menjawab perkataannya ayahnya. Dia tidak peduli dengan rasa sakit di tubuhnya. Jihan bangkit dari lantai dan kembali berdiri tegak.Nyonya Lisda juga sudah tidak dapat menahan emosinya. Sang ibu turut menghampiri putrinya lalu menjambak rambutnya dengan keras."Tadi kepala sekolah, menghubungi Mama. Uang jajan teman-temanmu hilang tiba-tiba dari tas mereka, saat jam pelajaran olah raga. Kamu dicurigai sebagai dalang dari hilangnya harta benda teman-temanmu! Ayo jujur! Kamu kan yang melakukannya?" teriak Nyonya Lisda sambil makin menarik rambut putri kandungnya."Sakit, Ma!" jerit Jihan mulai histeris. Karena sang ibu semakin menarik rambut Jihan dengan keras."Biarin kamu merasakan sakit! Semua tak sebanding dengan kelakuanmu yang suka mencuri!" teriak sang ibu.Jihan diam dan tidak berkata apa pun. Dia memang memiliki kebiasaan buruk suka mencuri barang milik orang lain. Hal itu sudah sejak dari kecil dirinya lakukan. Setelah mencuri dan mengambil barang orang lain secara diam-diam. Jihan sangat senang dan bahagia.Sepertinya gadis ini mengidap satu kelainan penyakit psikologi yaitu kleptomania."Pantas saja Papa selalu kehilangan uang di dompet! Ternyata kamu pencurinya! Plak!" Satu tamparan keras mulai mendapat di pipi Jihan. Membuat kepalanya tiba-tiba menjadi pusing. Belum lagi ibunya yang terus saja menjambak rambutnya dari tadi."Hei, Raksa! Jangan asal main tampar saja, kamu! Periksa tasnya!" perintah sang istri."Kenapa bukan kamu yang memeriksanya sendiri?" ketus sang suami."Kamu tidak lihat apa? Aku sedang sibuk sekarang?" sahut Nyonya Lisda sambil menajamkan matanya."Baiklah! Aku akan memeriksanya sendiri!" Lalu Tuan Raksa menarik paksa tas Jihan dari pundaknya.Sang ayah lalu mengeluarkan semua isi tas Jihan dari dalam tasnya, semua berserakan di bawah lantai. Berbagai macam barang-barang hasil curian putri mereka terpampang nyata di depan kedua orang tuanya. Ada banyak lembaran uang rupiah, jam tangan bermerek, kotak pensil, jepitan rambut mahal. Semuanya lengkap."Anak kurang ajar! Siapa yang mengajarimu mencuri! Plak! Plak!" Tuan Raksa kembali menampar Jihan. Ibunya juga ikut memukuli anaknya."Jihan! Kamu bikin Mama malu! Kenapa kamu mencuri, hah? Bukankah kamu juga memiliki semua barang yang kamu curi itu?" Nyonya Lisda kembali memukul anaknya dengan keras."Sakit, Ma! Kenapa kalian berdua terus memukulku? Apakah aku ini bukan anak kandung kalian?" Jihan berteriak dengan histeris. Air mata bercampur darah akibat pukulan demi pukulan dari kedua orang tuanya, mulai membasahi pipinya."Kamu memang anak kandung kami! Tapi kamu adalah anak tak tahu diuntung! Anak tak tahu diri! Tahunya cuma mempermalukan keluarga saja! Tidak ada yang bisa dibanggakan darimu Jihan selain kenakalan dan kejahatanmu!" Kedua suami istri tersebut, secara bergantian mulai menghujat dan menghina putri kandung mereka sendiriMendengar semua penuturan ayah dan ibunya membuat hati Jihan semakin sedih. Dia pun segera berteriak dengan sangat keras,"Sudah cukup, semuanya! Ma, Pa! Aku tidak pernah menginginkan terlahir di dunia ini!""Samalah! Mama juga tidak pernah mau mengandungmu! Asal kamu tahu! Papamu yang memaksa untuk menikah, karena kamu telah lebih dulu ada di dalam rahim Mama! Jika tidak kamu sudah dari dulu Mama gugurkan! Jadi Jihan bersyukurlah kamu bisa hidup sampai sekarang!" seru Nyonya Lisda tajam."Ternyata keputusan Papa untuk menikahi Mamamu adalah kesalahan terbesar dalam hidup Papa! Menikah dengan perempuan tukang selingkuh! Memiliki anak sepertimu yang kelakuannya seperti monster!" Tuan Raksa mengatakan semua itu dengan berapi-api.Kleptomania adalah gangguan yang membuat penderitanya sulit menahan diri dari keinginan untuk mencuri. Penderita kleptomania kerap mencuri di tempat-tempat umum, tetapi ada juga yang mengutil dari rumah teman-temannya.Pagi itu terasa sangat sunyi dan mencekam di rumah kecil yang ditempati oleh Ilham dan Jihan. Ilham terbangun dengan perasaan gelisah, seolah-olah ada sesuatu yang tidak beres. Ketika pria itu bangkit dari tempat tidur dan mendekati Jihan yang berbaring di sebelahnya, wajahnya tiba-tiba berubah pucat. Napas Jihan terlihat berat, dan kulitnya mulai kehilangan rona. Tanpa berpikir panjang, Ilham segera mengguncang bahunya dengan lembut."Jihan, Sayang! Apakah kamu baik-baik saja? Kenapa wajahmu sangat pucat sekarang?" Ilham bertanya dengan nada yang sangat cemas.Namun Jihan tidak merespon sama sekali setiap perkataan dari pria itu. Matanya tetap terpejam, dan tubuhnya terasa semakin lemas. Tanpa buang waktu, Ilham langsung mengangkat tubuh Jihan yang lunglai itu dan segera membawanya ke dalam mobil. Pria itu pun dengan cepat mulai melajukan mobilnya ke sebuah rumah sakit yang selama ini merawat Jihan.“Jihan! Ku mohon bertahanlah! Aku sedang memba
Setelah berbulan-bulan menjalani perawatan intensif di sebuah rumah sakit, kondisi Jihan perlahan pun mulai membaik. Gadis berusia belia itu memang masih tampak rapuh, namun kesehatannya jauh lebih stabil dibandingkan ketika dia pertama kali didiagnosis dengan penyakit mematikan tersebut. Setiap minggu, Jihan tidak pernah absen untuk kontrol ke rumah sakit. Dia tahu, meskipun keadaannya sudah tidak separah dulu, namun tubuhnya masih belum sembuh total. Penyakit yang menyerang karena gaya hidupnya yang tidak sehat, kini meninggalkan jejak di tubuhnya, dan Jihan menyadari bahwa dia harus lebih menjaga diri dan waspada mulai sekarang.Namun, Jihan tidak mau larut dalam kesedihan atau rasa bersalah. Sebaliknya, gadis itu memutuskan untuk menggunakan pengalamannya sebagai alat untuk mencegah orang lain terjerumus ke dalam jalan yang sama. Kini, Jihan aktif dalam sebuah organisasi perempuan yang berkampanye tentang bahaya penyakit menular seksual dan gaya hid
Beberapa tahun kemudian,Di sebuah rumah sakit yang sunyi di salah satu sudut Kota Jakarta, yang terdengar di sana hanya suara mesin-mesin medis yang berirama monoton. Jihan, seorang gadis beli yang berpetualang tentang cinta selama ini, hidup bebas tanpa peduli akan konsekuensi dari tindakannya, kini terbaring lemah di sebuah ruang isolasi. Sebelumnya gadis itu adalah seorang pecinta hidup bebas. Bergonta-ganti pasangan ranjang, tanpa menggunakan pengaman sedikitpun, yang membuat imun tubuhnya ikut turun dan mudah terserang sakit, seperti saat ini.Wajah Jihan sangat pucat, tubuhnya kurus, dan tatapannya kosong. Penyakit ganas yang menggerogoti tubuhnya semakin parah, dan harapan hidupnya semakin tipis. Tak ada yang mendampinginya di sana, kecuali Ilham, satu-satunya lelaki yang tulus mencintainya.Ilham duduk di kursi di sebelah ranjang Jihan. Matanya tak pernah lepas dari gadis yang dia cintai sejak lama itu. Meskipun Jihan pernah bersama bany
Jihan merasakan tubuhnya mulai terasa panas dan tidak nyaman setelah membaringkan tubuhnya di kamar hotel. Perasaan panas itu semakin menjadi-jadi, membuatnya merasa tidak nyaman. Tanpa sadar, dia mulai membuka satu per satu kancing bajunya, mencoba meredakan sensasi panas yang terus meningkat.“Panas …. Panas …” lirihnya lemah.Haikal, yang sedang duduk di kursi di dekat ranjang,seketika tercengang melihat sikap Jihan. Matanya memperhatikan setiap gerakan Jihan dengan cermat dan penuh keheranan,karena obat perangsang itu bekerja sangat cepat."Jihan Sayang, apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Haikal dengan suara terkejut, meskipun hanya pura-pura saja.Jihan, yang masih dalam keadaan tidak sadar, hanya menatap Haikal dengan mata yang sayu. "Aku merasa panas, Haikal. Sangat panas," ujarnya dengan suara yang lemah.Haikal segera menyadarkan Jihan akan situasinya. "Jihan, berhenti. Kamu harus berhenti," ujarnya dengan suara
Petugas hotel itu tersenyum dan mengangguk. “Tentu saja ada, Tuan. Hotel kami masih memiliki beberapa kamar kosong. Silahkan ikuti saya.”Haikal dan Jihan mengikuti petugas tersebut menuju kamar yang telah disediakan. Begitu pintu kamar terbuka, udara segar dan kenyamanan seketika menghampiri mereka.“Ini kamar Anda, Tuan,” ucap petugas hotel itu dengan ramah sambil membuka pintu kamar.Haikal menoleh ke arah Jihan, seraya berkata, “Ayo, Jihan masuklah. Kita bisa istirahat sejenak dan menyegarkan diri sebelum melanjutkan petualangan kita di Kota Bandung,” ajaknya dengan senyum hangat.Jihan tersenyum lega. “Terima kasih, Haikal. Kamu memang selalu tahu apa yang aku butuhkan,” ucapnya sambil mulai memasuki kamar.Setelah melewati aktivitas yang padat di Kota Bandung, Haikal dan Jihan akhirnya sampai di dalam kamar hotel yang nyaman. Udara segar di dalam kamar membuat mereka merasa rileks setelah beraktivitas di luar. Haikal
Pagi menyingsing dengan sinar matahari yang membelai lembut tirai di sebuah apartemen di salah satu sudut Kota Jakarta. Aroma kopi yang harum memenuhi dapur, bercampur dengan bau sedap bahan-bahan sarapan yang tengah dipersiapkan oleh Jihan. Jihan, gadis muda yang ceria, sibuk mengaduk-aduk panci yang berisi bubur ayam hangat. Semangatnya terpancar dalam setiap gerakan. Sebentar lagi, dia akan memberi kejutan untuk Dulah, pacarnya yang masih tidur di dalam kamar.Untuk memuluskan rencananya ke Bandung bersama Haikal. Jihan perlu merayu Dulah. Agar pria itu mau mengizinkannya untuk pergi.Dulah, yang masih terbaring di kasur dengan mata yang masih setengah terpejam, mendengar derap langkah Jihan di dapur. Dia seketika tersenyum. Setiap hari, kehadiran Jihan memberikan semangat baru baginya. Meski kegiatan Dulah di kantor seringkali sangat sibuk. Namun dia selalu menyempatkan waktu untuk sarapan bersama.Sesaat kemudian, Jihan melangkah keluar dari
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments