Share

Bab 427

Author: Imgnmln
last update Last Updated: 2024-08-15 17:56:42

“Nona Sarah, Nona Beverly, cepat lari!” Nicole yang melihat ini segera melayangkan tinjunya ke arah Peter.

Dia meminta Sarah serta Beverly untuk segera kabur, dia tahu kalau dia bukan lawan Peter, dan tidak bisa menghentikannya.​

“Hm, kamu terlalu tua, aku tidak suka!” menghadapi serangan Nicole, Peter mendengus dan menerbangkan Nicole dengan lambaian tangannya.

Sarah dan Beverly belum sempat melarikan diri, Peter sudah berdiri di hadapan mereka dalam sekejap mata.

“Dasar bajingan!” Beverly mengamuk, dia menggertakkan giginya dan menggunakan seluruh kekuatannya untuk memukul Peter.

Baam!​

Beverly juga pernah berlatih, tapi memukul Peter bagaikan memukul sebuah batu besar. Pukulannya itu membuat tangannya mati rasa, sedangkan Peter seolah tidak merasakan apapun.

“Hahaha, seperti menggelitik, kamu terlalu lemah!” Peter berkata sambil meraih pergelangan tangan Beverly, lalu menarik dengan ringan dan membuat Beverly jatuh ke dalam pelukannya.

"Ah!"

“Bajingan, lepaskan aku!” Bever
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1149

    Kediaman Keluarga Winaya.Pesta ulang tahun Kaidar menjelma menjadi perjamuan politik. Orang-orang dari puluhan keluarga, dan organisasi bela diri berkumpul. Mereka berpakaian mewah, tertawa keras, menyesap anggur seolah dunia tidak sedang terbakar di luar tembok ini.Sementara Matilda menjadi abu, Kaidar menari di atas bangkainya.Di aula besar yang penuh gemerlap cahaya lampu roh dan spanduk kemenangan, Kaidar duduk di singgasananya. Wajahnya muda, namun mata itu seperti milik serigala.“Sebagian besar tamu sudah hadir,” bisik kepala pelayan di sampingnya. “Namun Ryujin dan Martial Shrine belum datang.”“Tentu saja mereka tidak datang.” Kaidar tersenyum dingin. “Tapi tunggu saja. Tiga tahun dari sekarang, mereka akan datang untuk berlutut di hadapanku.”Dia berdiri, menyusun jubahnya yang disulam benang perak, lalu melangkah menuju panggung. Musik berhenti dan semua mata tertuju padanya.“Teman-temanku!” suara Kaidar menggema. “Hari ini bukan hanya hari ulang tahunku. Ini adalah ha

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1148

    Selama satu bulan terakhir, dunia kultivasi diliputi bayangan satu nama, Kaidar dari Keluarga Winaya.Namanya menggema seperti kutukan, menancap di benak setiap murid, tetua, bahkan para pemimpin organisasi. Ia tidak hanya mendominasi, ia menghina seluruh sistem. Bahkan Martial Shrine tak lagi ia pandang. Keluarga Winaya menginjak langit dan membakar bumi di bawahnya.Namun jauh di bawah tanah, dalam Menara Kegelapan yang terlupakan sejarah, Nathan tenggelam dalam pusaran kultivasi yang lebih menyerupai medan perang daripada proses meditasi.Di dalam tubuhnya, Batu Mata Naga berdetak seperti jantung kuno. Cahaya keemasan menyala dari dalam daging dan tulangnya. Dantiannya dihantam berkali-kali oleh gelombang kekuatan Taiju yang tidak ramah, seolah naga itu berusaha membangunkannya dengan amarah, bukan kasih.Tubuhnya mengeras. Sisik emas tumbuh dari kulitnya—berkilau seperti logam hidup—lalu lenyap, tumbuh lagi, dan lenyap, berulang seperti siklus kelahiran dan kematian.Nathan mering

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1147

    Scholar berdiri tegak, meski wajahnya diliputi kebingungan dan ketegangan. Sinar matanya menajam ketika suara pintu mobil terbuka, diikuti langkah pelan kepala pelayan tua yang sangat dikenalnya.“Ada apa ini? Bukankah aku sudah menyuruhmu pergi?” teriak Scholar, nadanya tajam, namun mengandung nada harap.Kepala pelayan tak menggubris. Ia melangkah maju dengan gestur hormat, membungkuk dalam kepada seorang pria muda yang berdiri dengan percaya diri di sisi lain pelataran.“Tuan Muda Kaidar, ibu dan anak dari keluarga Arteta ada di dalam mobil.”Kata-kata itu membelah malam seperti sembilu. Scholar menegang, seolah baru disambar petir. Matanya membelalak, dan ia menyadari dengan pahit, pion-pion terakhirnya telah jatuh ke tangan musuh.“Kau… berani mengkhianatiku?!” raung Scholar, dan dalam sekejap, tangan tuanya yang masih berotot menghantam udara, menuju wajah kepala pelayan.Namun, suara sinis Kaidar menggantung di udara lebih dulu. “Paman Scholar, apakah kau sudah lupa? Istri dan

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1146

    Kediaman keluarga Winaya.Di sebuah halaman Keluarga Winaya, Kaidar berdiri di balkon tertinggi. Di bawahnya, halaman utama dipenuhi utusan dari berbagai organisasi bela diri.“Kepala Keluarga Bisco memberi salam!” “Ketua Organisasi Rotgam menyampaikan hormat!”“Bosma dari Bawah Tanah datang mengajukan aliansi!”Sorakan, tepuk tangan, dan gemuruh langkah kaki memenuhi udara. Kaidar memejamkan mata sesaat, hatinya mabuk oleh kuasa.Di dalam aula, suara pujian dan sanjungan mengelilinginya. Namun sorot matanya kosong. Dia duduk di kursi utama, posisi yang dulu bahkan ayahnya enggan tempati sebelum benar-benar layak. Kini kursi itu miliknya, dan dia belum merasa puas.“Komunitas bela diri Kota Moniyan, itu target berikutnya.”Disisi lain keluarga Arteta.Asap rokok menari di udara saat Scholar menatap langit-langit ruang kerjanya. Matanya merah, bukan karena kelelahan, tapi karena tekanan. Keluarga Winaya berkembang terlalu cepat. Dan kekuatannya—nyaris mustahil ditandingi.“Sudah laru

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1145

    “Menara ini... bukan milik siapa pun. Tapi memilih sendiri siapa yang layak.”Kaidar mengertakkan gigi. “Kau sombong sampai akhir!”Seorang prajurit keluarga Winaya maju. “Tuan Muda... apa yang harus kita lakukan?”Kaidar memandangi Menara Kegelapan untuk waktu yang lama. Lalu matanya menyipit licik. “Tinggalkan dua orang untuk berjaga. Kita bawa tua bangka ini pulang!”“Nathan akan keluar. Dan saat dia keluar, kita gunakan para tetua ini sebagai umpan.” Ia menyeringai. “Orang-orang ini terlalu keras kepala. Tapi bahkan logam pun akan meleleh di bawah tekanan yang cukup.”Di belakang mereka, organisasi Matilda tak lagi seperti sebelumnya. Bangunan-bangunan hangus, mayat berserakan, udara tercium bau darah yang pekat.Menara Kegelapan tetap berdiri, tak tersentuh, seperti dewa yang acuh tak acuh.Dan kabar itu—kehancuran Matilda, penangkapan para tetuanya, Nathan yang menghilang—menyebar seperti wabah di dunia bela diri.Seluruh dunia pun mulai bergerak.“Anak dari Keluarga Winaya ini

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1144

    Zechar muncul, memimpin sekelompok elit pasukan Matilda. Cahaya aura merah di sekeliling tubuhnya menyala terang, membuat bayangannya memanjang mengerikan.“Lepaskan mereka!”Nadanya datar, tapi mata Zechar mengandung badai. Aura yang ia pancarkan memecahkan batu kecil di sekitar. Tanah mulai bergetar pelan, Kaidar sempat terdiam.“Aku tidak menyangka, Matilda akan bertaruh sebesar ini hanya demi bocah bernama Nathan,” gumamnya. “Apa hubungan kalian dengan anak itu?”Zechar tidak menjawab, dia hanya memajukan satu langkah, tanah retak di bawah kakinya. Angin mengamuk dam para ahli keluarga Winaya mulai gugup.“Menyerah sekarang, atau kepala Famrik akan kuangkat tinggi-tinggi sebagai panji kemenangan!” Kaidar menghunus pedangnya, mata pisau diarahkan ke leher Famrik yang tak lagi sanggup berdiri.“Zechar,” bisik Famrik dengan darah di tenggorokan. “Ingat tugasmu. Jangan pedulikan kami… meski harus mati.”“Sialan!” teriak Zechar.Jleb!Namun, sebelum dia bisa bergerak, pedang Kaidar men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status