Sementara itu, Beverly, yang sedari tadi menatapnya dengan mata berkaca, akhirnya berkata lirih. “Bolehkah aku ikut bersamamu? Aku tak sanggup tinggal di sini, hanya untuk terus mengkhawatirkanmu ….”Nathan menatapnya dengan lembut, lalu menggeleng pelan. “Tidak, Eve, Jika kau bersamaku, kau justru dalam bahaya. Aku tak cukup kuat untuk melindungi orang lain saat ini. Dan kau pun harus mulai melatih dirimu sendiri. Siapa tahu, nanti, aku yang akan membutuhkan perlindungan darimu.” Ucapannya dibungkus senyum hangat.Beverly tahu, itu adalah keputusan final. “Ya, Tetua Herold juga sedang meracik banyak ramuan obat untukku,” katanya sambil mencoba tersenyum. “Aku akan berlatih keras.”Nathan mengangguk, lalu membuka cincin ruangnya. Dari dalamnya, dia mengeluarkan lukisan aliran sunyi. “Ini untukmu. Kamu tahu cara menggunakannya, kan? Ini akan mempercepat kultivasimu.”Beverly terkejut. “Kenapa kamu memberikannya padaku? Bukankah kamu lebih membutuhkannya?”Nathan tertawa kecil. “Aku su
Bagi Nathan, bisa berkultivasi dengan tenang seperti para pendekar lainnya adalah kemewahan yang nyaris mustahil.Dunia tak memberinya waktu untuk bernapas.Satu-satunya harapan saat ini adalah meminjam perlindungan organisasi Matilda, tempat terakhir yang mungkin bisa memberinya waktu untuk tumbuh.Saat Nathan mengutarakan niatnya pada Zephir untuk menyelamatkan ibunya dari Keluarga Zellon dan Sarah dari Martial Shrine sebelum tahun naru.Zephir hanya menggeleng, sorot matanya serius. “Nathan, jangan bodoh. Ini bukan sekadar misi penyelamatan. Ini perang melawan dua kekuatan terbesar di dunia bela diri!”“Keluarga Zellon dan Martial Shrine. Mereka bukan hanya apa yang terlihat di permukaan. Kau hanya melihat puncak gunung esnya!” Zephir berjalan pelan ke arah jendela, menatap langit kelam. “Kau tahu kenapa Ryujin begitu ingin melindungimu sekarang? Dia sedang memakai tanganmu untuk mengguncang dunia.”“Semakin kau menggila, semakin banyak monster lama keluar dari persembunyian mereka
Pecahnya pertempuran antara Kaidar dan Gill langsung menyeret semua anak buah ke dalam kekacauan. Dua kubu berbenturan seperti ombak ganas di malam yang gelap, tinju, pedang, dan energi spiritual bertabrakan hingga langit mendesah.Gill, meskipun jumlah anak buahnya lebih sedikit, memiliki kekuatan luar biasa. Kedua tinjunya bersinar terang, mengirimkan gelombang energi setiap kali menghantam lawan. Di sisi lain, Kaidar mengandalkan jumlah dan strategi licik untuk mengimbangi kekuatan brutal Gill.Namun, Nathan tidak tinggal untuk menyaksikan hasilnya. Baginya, siapa yang menang atau kalah, tidak ada bedanya. Tanpa suara, dia berbalik dan menghilang ke kegelapan, meninggalkan medan tempur berdarah.***Saibu Care.Udara di dalam Saibu Care terasa tenang namun tegang saat Nathan muncul dengan pakaian compang-camping, wajah pucat, dan langkah terhuyung."Nathan?!" Zephir, Herold, dan yang lainnya berdiri terkejut.Beverly yang sudah hampir sebulan tak melihat Nathan, menutup mulutnya de
"Kami bukan bagian dari Keluarga Wilford," salah satu dari mereka berkata datar."Kami di sini hanya untuk harta karun. Hidup atau matinya Gill, bukan urusan kami."Gill menoleh cepat, matanya menyipit penuh amarah. "Kalian .... sialan, kalian mengkhianatiku?"Sebelum sempat mendapat jawaban, suara tawa berat dan bergema memecah malam, menambah tekanan di dada siapa pun yang mendengarnya."Hahaha! Ucapan bawahanmu ternyata benar juga."Sosok Kaidar muncul dari balik kabut bersama sekelompok pria berbaju hitam berikat lengan lambang Keluarga Winaya. Matanya menyala saat melihat Gill dalam posisi lemah."Gill, kau memang Tuan Muda Keluarga Wilford. Tapi di sini, di Kota Moniyan, siapa kau sebenarnya? Tanpa Wilford, kau hanyalah seekor anjing pincang!"Gill meraung marah. "Kaidar! Kita punya kesepakatan! Harta dibagi rata!""Kesepakatan? Itu hanya kata-kata bodoh untuk membuatmu bekerja untukku. Ini wilayahku, Gill. Bukan Wilford! Aku ingin semuanya! Termasuk kepala Nathan!"Nathan menyi
Empat, bukan, enam—Nathan mengoreksi perhitungannya dalam hati. Dua di antaranya bahkan lebih kuat dari Gill. Mereka semua adalah puncak penguasa Ingras tingkat akhir, kekuatan elit yang bisa menghancurkan kota dalam satu malam.Nathan mengerutkan kening. Dalam keadaan biasa, dia mungkin bisa bertarung—atau setidaknya melarikan diri. Tapi inti spiritualnya nyaris kering, seperti api kecil yang hampir padam. Tidak ada waktu untuk pulih.Gill melihat wajah Nathan yang menegang. Dia tertawa lebih keras, menyeringai dengan kesenangan seorang pemburu yang tahu mangsanya tak punya jalan keluar. "Serahkan semua yang kau miliki, dan mungkin aku akan memberimu kematian yang cepat," ucap Gill, suaranya menukik tajam."Kau yang membuat Menara Kegelapan runtuh, bukan? Harta karun dari dalamnya pasti sudah ada di tanganmu. Tak ada alasan lain menara itu bisa hancur."Nathan tetap diam. Namun dalam diam itu, pikirannya bergerak cepat. Matanya bergerak, menilai posisi musuh, jarak pohon terdekat, ar
Sementara itu, Nathan berlari di tengah jalan setapak Kota Moniyan yang mulai lengang saat senja turun. Angin membawa aroma debu dan darah, membalut tubuhnya yang lelah dan penuh luka."Aku terlalu bodoh," Nathan mengumpat dalam hati. Dia mengira Moniyan sudah aman, bahwa badai telah berlalu. Namun hari ini membuktikan sebaliknya, Moniyan hanyalah danau tenang yang di dasarnya tersembunyi ratusan hiu lapar.Di bawah cahaya bulan pucat, Nathan mengarahkan langkah ke Saibu Care. Tujuannya jelas, membawa Zephir pergi, kembali ke organisasi Matilda, satu-satunya tempat yang bisa memberinya perlindungan nyata. Namun belum separuh jalan, hawa tajam menyayat udara di sekitarnya. Nathan berhenti mendadak.Delapan aura kuat tiba-tiba mengurungnya dari segala arah.“Secepat itu?” pikirnya, bibirnya menyeringai getir. “Arteta benar-benar tidak tahu malu!” Dia mempercepat langkahnya, namun tubuhnya tak kooperatif.Tenaga spiritualnya telah menipis, dan taiju-nya hampir habis. Satu-satunya yang ma
Scholar menggeleng kagum, namun tetap mematikan. “Kau hebat, sangat hebat. Di generasi muda, hanya kau yang bisa menahan seranganku sejauh ini.”“Tapi justru karena itu, aku tidak bisa membiarkanmu hidup,” aura Scholar kembali melonjak dengan ekstrem.Aura di sekelilingnya menggila.Dengan satu lambaian tangannya, sebuah pagoda besar layaknya candi muncul di udara.! Udara terdistorsi dan pagoda itu berotasi, menghisap kekuatan langit dan bumi, menciptakan pusaran udara raksasa di langit, seperti kuburan abadi yang siap menyegel siapa pun yang menyentuhnya."Penjara Pagoda Suci!"Langit retak oleh seruan itu. Sebuah cahaya suci turun dari awan keemasan, membentuk pagoda raksasa yang perlahan melayang turun, memancarkan aura damai namun menyesakkan. Tubuh Nathan gemetar, bukan karena takut, tapi karena tekanan spiritual yang melumpuhkan. Cahaya itu merangsek ke dalam aliran energi tubuhnya, mengoyak konsentrasi, melemahkan auranya.Namun di tengah kesunyian itu, sesuatu dalam diri Natha
Energi pedang luar biasa itu kembali lenyap dalam sekejap ketika bersentuhan dengan aura Scholar, seperti ditelan dimensi kosong. Tidak tersisa apa pun, kecuali sisa panas membakar di udara."Seolah-olah tebasan itu tak pernah ada," Scholar melangkah ringan, tanpa tergores sedikit pun. “Kau hanya seorang puncak penguasa Ingras,” ucapnya pelan. "Artefak sebanyak apa pun tak ada artinya di hadapanku.”Klang!Kemudian, dia mengangkat tangan seperti pedang, dan menebaskannya ke arah Nathan. Cahaya pedang menembus udara seperti kilat petir surgawi.Nathan bereaksi cepat—melompat menghindar, tapi terlambat setengah detik.Srakk!Pedang energi itu menggores punggung Nathan. Sisik-sisik emas beterbangan, dan luka dalam muncul. Tubuh Nathan terjatuh menghantam tanah. Nafasnya berat, pundaknya berguncang."Bahkan fisik bajamu itu tidak mampu menahan serangan itu."Nathan tahu, ini adalah perbedaan mutlak antara dirinya dan seorang Villain sejati.“Kenapa? Hanya sampai sini?” Scholar mencibir. “
Saat dia melompat ke udara, Scholar mengayunkan tangannya. “Kau mau kabur?”Dalam sekejap, jaring energi raksasa muncul dari langit, menutupi seluruh jalan keluar seperti penjara transparan yang kokoh.BANG!Nathan menghantamnya dengan tinju, memecah jaring itu menjadi titik-titik cahaya, namun tubuhnya terpental keras ke tanah. Debu berhamburan, dan lantai retak di sekelilingnya.Nathan menggeram pelan."Kesempatan terbaik telah lewat."Tak ada pilihan. Menyerang adalah satu-satunya pertahanan yang tersisa.Dengan raungan keras, kekuatan taiju meledak dari tubuhnya. Cahaya keemasan mengalir dari pori-porinya. Kulitnya mulai berubah mengeras seperti baja, dan sisik emas tumbuh cepat menyelimuti tubuhnya.“Tinju Peledak!”BANG! BANG! BANG!Serangkaian bayangan tinju membelah udara menuju Scholar. Langit di atas vila Keluarga Arteta tampak bergetar hebat. Aura menghancurkan menyebar, membuat tanaman di sekitar kering seketika.Scholar sempat menyipitkan mata, ekspresi wajahnya berubah s