Owen mengeluarkan beberapa tabung jarum. Beberapa di antaranya terlihat panjang.
Tabung jarum normal berukuran pendek. Hanya dokter terampil yang mampu menggunakan tabung jarum panjang.Beberapa buku kedokteran kuno membahas tentang tabung jarum panjang. Namun, saat ini tidak ada yang berani mencobanya."Thomas, apa keistimewaan tabung jarum panjang?" tanya Dokter lain yang berdiri di sisi Thomas dengan suara pelan.Ryan pun beringsut mendekati Thomas. Dia tidak ingin mengganggu Owen, tetapi dia juga penasaran mengapa Thomas begitu kaget saat melihat perlengkapan Owen.Thomas berkata dengan penuh semangat, "Bukan panjang tabung jarumnya yang terpenting, tetapi apa yang ada di dalamnya. Tabung jarum panjang dapat membawa ramuan khusus. Selain itu, hanya dokter dengan keahlian tinggi yang mampu menggunakan tabung jarum panjang."Dengan penggunaan ramuan yang tepat, teknik itu bahkan bisa menyelamatkan seseorang dari kematian."Mata Ryan berbinar saat dia mendengar kata-kata itu. Dia bertanya dengan serius, "Thomas, apakah kamu serius?""Semua itu tertulis di buku-buku kedokteran kuno. Namun, teknik itu juga sangat berbahaya. Aku belum mendengar ada orang yang mampu menggunakannya, jadi aku tidak yakin," kata Thomas sambil kembali menatap Owen.Ryan buru-buru berbalik dan memandang lekat gerak-gerik Owen.Owen mengeluarkan tabung jarum panjang dan memasukkan ramuan berwarna biru ke dalamnya.Gerakannya begitu mahir seolah dia sudah sering mempraktikkannya. Dia menggunakan kedua tangannya untuk menstabilkan tabung jarum, lalu mengocok ramuan di dalamnya."Teknik yang mengagumkan! Aku pernah melihatnya dalam buku, tetapi belum pernah menyaksikannya dengan mata kepalaku sendiri. Ini sangat menakjubkan! Aku merasa sangat beruntung bisa menyaksikannya secara langsung!" desis Thomas penuh semangat sambil mengepalkan tinjunya berapi-api."Thomas, hentikan! Bisakah kamu bersikap tenang sedikit?" Dokter yang satunya berkata dengan jijik.Thomas menimpali dengan penuh semangat, "Kamu tidak mengerti! Coba ingatlah bagaimana Tuan Green mengendalikan ramuan itu. Gerakannya sangat indah!Apalagi, kuncinya terletak pada ramuannya. Aku tidak mengetahui formula ramuan itu. Dilihat dari tekniknya, aku yakin ramuan itu pasti luar biasa!"Ketika mendengar penjelasan Thomas, dokter itu pun membisu.Owen mengabaikan mereka. Setelah memberikan sebuah suntikan kepada Fiona, dia pun menatap Ryan. "Ryan, aku akan menjelaskan kepadamu tentang kondisi dan rencana pengobatan putrimu.""Baiklah!" Ryan memiliki penuh harapan di dalam hatinya. Dia tidak akan membantah keinginan Owen.Sedangkan kedua dokter itu pun mendengarkan dengan saksama."Sebenarnya Nona Harvey tidak sakit, tetapi dia diracuni. Racun dalam tubuhnya terbuat dari campuran darah ular berbisa dan sari bunga beracun. Begitu terkena racun ini, seseorang akan merasa mengantuk dan takut kedinginan, juga mengalami epilepsi berkelanjutan yang menyakitkan. Dokter biasa bahkan tidak akan mengetahui tentang racun ini. Peralatan medis pun tidak akan membantu," jelas Owen.Ryan mengangguk-angguk saat mendengar penjelasan Owen.Seluruh gejala yang disebutkan Owen memang terjadi pada Fiona.Kedua dokter itu tercengang. Thomas tidak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap Owen.Owen berkata, "Menurutku, putrimu diracuni delapan hari yang lalu. Awalnya, dia terlihat seperti terkena masuk angin biasa. Lalu keadaan semakin memburuk dari hari ke hari. Hari ini adalah hari kedelapan. Besok, tidak ada yang bisa menyelamatkannya.""Apakah ini benar-benar serius? Ini memang hari kedelapan!" Ekspresi Ryan berangsur muram. "Untungnya, aku menghubungi Alan dan dia memintamu untuk datang. Tuan Green, kamu bisa menyembuhkan putriku, bukan?""Ya, sedikit lagi aku akan mencapai titik kuncinya!"Owen melanjutkan, "Aku menggunakan ramuan itu untuk menstabilkan racun di tubuhnya. Aku harus memberinya delapan ramuan lagi untuk membantunya melawan racun itu. Hanya saja, seusai pengobatan ini, putrimu akan menjadi sedikit aneh.""Tidak apa-apa! Aku mengerti!" sahut Ryan dengan cepat."Bagus!" Owen mengulurkan tangan kanannya dan mengambil ramuan yang dibutuhkan.Thomas mengamati di sebelah Owen, tidak bisa menahan luapan antusias dalam dirinya. Dia bergumam, "Akhirnya aku akan menyaksikan pengobatan khusus! Delapan ramuan itu memiliki khasiatnya masing-masing.100 Campurannya akan bekerja sama dalam tubuh putri Tuan Harvey untuk melawan racun itu. Aku benar-benar terkesan.""Diam!" Owen tiba-tiba berbalik dan memelototinya. "Aku akan memberinya pengobatan! Jangan berisik atau aku akan melemparmu keluar jendela.""Baik! Aku akan menutup mulutku!" Thomas berkata dengan hormat seperti anak kecil yang ditegur karena melakukan kesalahan.Owen mengangguk puas, lalu dia mengangkat tangannya untuk menyibak selimut Fiona.Fiona mengenakan gaun tidur berbahan lembut. Keenam kancing gaunnya tertutup, namun Owen masih bisa mengetahui bahwa sosoknya sempurna.Saat Owen membuka kancing ketiga di sekitar dadanya, kulit putih Fiona pun terlihat."Dadanya besar dan lembut, ini akan sedikit merepotkan!" gumam Owen pelan seraya mengambil tabung jarum itu.Di sisi lain, kedua dokter itu memperhatikan Owen dengan saksama. Begitu juga dengan Ryan. Namun, ketika mendengar perkataan Owen, mereka terbatuk canggung.Saat Owen mengangkat tabung jarum dan menargetkannya ke dada Fiona, fokus semua orang tertuju kepada gerakan Owen selanjutnya.Owen mulai memberinya suntikan.Saat itu, Thomas dan Ryan menelan ludahnya dengan gugup. Thomas sangat kegirangan, sementara Ryan tidak mampu menutupi kegugupannya.Namun, mereka tidak menyangka Owen akan mengangkat tangan kirinya dan memukul dada kiri Fiona.Suara pukulannya terdengar cukup keras.Semua orang menatap Owen dengan kaget. Apa yang dia lakukan? Mengapa Owen memukul dada Fiona? Itu terlihat sangat konyol.Ya! Owen meninjunya dengan keras hingga dada besar Fiona bergerak-gerak di balik gaun tidurnya.Kejutan belum berakhir. Setelah itu, Owen tiba-tiba menggerakkan tangan kanannya dan memberikan suntikan di jantung Fiona.Ruangan itu diselimuti kegugupan orang-orang yang menyaksikan tindakan Owen.Mereka bahkan bisa mendengar jarum itu menusuk kulit Fiona. Jarumnya panjang, akan tetapi Owen menusukkan seluruhnya sampai tersisa hanya sebagian kecil saja di luar!"Fiona!"Ryan memekik kaget. Andai Ryan tidak sepenuhnya memercayai Alan, pasti dia akan bertarung melawan Owen."Tuan Harvey, jangan khawatir!" Thomas buru-buru menjelaskannya dengan suara pelan, "Ini adalah suntikan yang luar biasa! Putrimu akan selamat!"Benarkah?Ryan menoleh dan menatap Thomas dengan sorot mata yang seakan menanyakan hal tersebut.Thomas berbisik, "Suntikan itu tidak akan bekerja jika Tuan Green tidak memukulnya. Pukulan itu merangsang agar jantungnya berkontraksi secara dramatis. Dengan begitu, ramuan itu akan mencapai jantungnya dan bercampur dengan darahnya."Thomas menjelaskannya dengan terperinci.Ryan akhirnya mengerti. Dia bertanya dengan setengah berbisik, "Apakah hanya sedikit dokter yang memiliki kemampuan sebaik ini?""Sedikit?"Thomas terbatuk dan berkata, "Hanya ada kurang dari lima dokter di Negara Washal yang memiliki tingkat keahlian seperti itu. Bisa dibilang keahlian Tuan Green sangatlah luar biasa!""Ternyata dia sangat mengagumkan!" Ryan akhirnya menyadari betapa luar biasanya Owen.Sementara itu, Ryan teringat saat dia menghubungi Alan bulan lalu. Alan berkata, "Akan kulihat apa yang bisa kulakukan. Jika Owen bersedia membantumu, tidak akan ada masalah lagi."Ingatan itu menorehkan sebuah senyuman di bibir Ryan. Kini dia menyadari betapa konyolnya kekhawatiran yang dia rasakan tadi. Alan tidak akan memuji Owen tanpa alasan.Dokter yang satunya juga berkomentar, "Aku tidak mengerti apa yang telah dilakukannya, tetapi sepertinya dia memahami tubuh manusia dengan baik. Gerakannya begitu tepat. Harus kuakui, dia memang berbakat.""Harap tenang. Aku tidak akan memperingatkan kalian lagi."Suara Owen yang tidak sabar kembali terdengar. Kemudian, dia meraih ramuan kedua. "Pengobatanku belum selesai. Jika kalian tidak bisa diam, menyingkirlah dari sini."Mereka langsung mengangkat tangan.Kemudian, mereka menutup mulut secara serempak.Owen menoleh dan merengkuh punggung Fiona untuk me
Adam, lelaki berbaju hitam itu, berteriak kesakitan sambil menutup mulutnya.Bibirnya terluka parah dan dia kehilangan beberapa gigi serinya. Di tengah kegelapan malam, jeritannya terdengar sangat menyeramkan."Diam, atau aku akan memukulmu lagi." Owen tersenyum, namun dia kembali mengangkat tangan kanannya yang memegang senapan.Baiklah!Adam pun tunduk. Dia menahan rasa ngilu yang menyiksanya dan berhenti berteriak dalam sekejap."Sial! Adam, tunjukkan sedikit keberanianmu. Aku kecewa melihatmu seperti ini! Kamu pantas mendapatkan hukuman!" umpat Owen, lalu dia kembali memukulkan baut senapan itu ke bawah.Sebuah suara retakan yang menakutkan pun terdengar.Baut senapan itu menghantam bahu Adam hingga membuat tulang belikatnya patah......Raungan menyedihkan pun terdengar kembali."Sial, sudah kubilang jangan berteriak!" Owen terus memukuli Adam.Adam meraung kesakitan hingga berurai air mata."Sial! Kalau kamu berani berteriak lagi, percaya atau tidak, aku akan langsung menghancur
Keesokan paginya sekitar pukul setengah enam pagi, Owen terbangun di sebuah ranjang besar yang empuk. Pendengarannya begitu tajam hingga dia bisa mendengar suara barang yang pecah dari kamar seberang.Owen hanya membutuhkan waktu kurang dari lima detik untuk berpakaian. Dia berjalan cepat menuju pintu dan bergegas keluar, nyaris tidak membuat suara sedikit pun.Kemudian, Owen berdiri di depan pintu Fiona. Telinga kirinya sedikit berkedut. Diambilnya sebuah jarum perak dari sana, lalu dia menusuknya ke lubang kunci pintu.Sebuah pegas di lubang kunci pintu itu mencuat.Setelah itu, Owen segera memasuki kamar Fiona.Kaca jendela yang hancur karena peluru kemarin telah diganti dengan yang baru. Tirai tebal di jendela menghalangi cahaya matahari masuk, membuat suasana dalam kamar itu sedikit remang. Fiona sedang berdiri di depan lemari, mencari pakaian sambil memaki, "Owen berengsek, berani sekali kamu menyentuh dadaku, membuatku mengompol, dan memaksaku terus berbaring di tempat tidur. D
"Apa?" Owen segera menutup pintu dan kembali ke kamarnya.Terdengar sebuah suara keras menyusul.Setelah kembali ke kamarnya, Owen kembali mendengar suara pecahan barang dari seberang pintu. Sepertinya Fiona sangat marah kepada Owen sehingga dia harus memecahkan sesuatu untuk melampiaskan kemarahannya."Gadis yang temperamental!" gumam Owen sambil mengulurkan penyadap suara itu dan memeriksanya.Setelah mengamati beberapa saat, mata Owen berkilat tajam. Digenggamnya penyadap suara itu erat-erat."Mungkin sang bos, dalang dari semua ini, benar-benar akan memberi uang kepada Adam. Pasti Adam mengetahui bahwa aku telah berhasil menyembuhkan Fiona berkat penyadap suara ini, karena itu dia berusaha melenyapkanku. Bagaimanapun, penyadap suara ini tidak berguna lagi sekarang."Setelah Owen menyadari hal itu, dia mematahkan penyadap suara itu menjadi dua.Di sebuah apartemen kelas atas, dua pria dengan penyuara telinga mendadak berdiri sambil berteriak dan melemparkan penyuara telinga mereka
Cody terengah-engah.Kemarahan menguasai dirinya. Ruby yang cantik pun terlihat sedikit marah.Fiona berkata dengan wajah masam, "Jangan membual, Owen! Ayo balapan. Mulai dari vila, kita balapan sepanjang jalan tol, hingga Universitas Samudra. Pemenangnya adalah yang sampai duluan.""Yang terpenting, kita punya taruhan! Owen, bukankah kamu bilang kami lemah?" Ruby menambahkan, "Kalau kalah, kamu tidak boleh sombong lagi di depan kami! Kami akan menjadi bos dan kamu harus patuh!""Bagaimana kalau kamu yang kalah?" Owen balik bertanya.Cody berteriak, "Kalau kami kalah, kamu akan menjadi bos dan kami akan patuh padamu!""Kalau aku meminta kalian makan kotoran, apa kalian akan melakukannya?" tanya Owen sambil tersenyum.Apa-apaan itu!Cody bukan tandingan Owen. Kalau tidak, Cody sudah pasti akan menghajarnya."Tentu saja! Kalau kamu bisa mengalahkanku, aku akan melakukannya!" Cody berjalan ke samping Frod
"Jangan tertekan. Bukan hal yang memalukan karena kalah taruhan denganku," kata Owen.Fiona tidak bisa berkata apa-apa."Jika kamu memanggilku Sayang, aku tidak akan bertaruh denganmu. Bagaimana menurutmu?" Owen bertanya padanya.Fiona tidak menjawab apa-apa.Sepuluh menit kemudian, Posche 911 yang dikendarai Owen masih melaju dengan kecepatan lebih dari 200 kilometer per jam.Kecepatannya semakin meningkat dan hampir mencapai 240 kilometer per jam. Seperti kata Owen, tidak peduli seberapa cepat Frod Mustong dan Maseroti mereka, dia tidak akan dapat dikejar karena mereka menunggu selama 99 detik.Owen menyetir Posche 911 dengan cepat di sepanjang jalan sehingga menarik banyak perhatian. Ada banyak mobil mewah yang masih ingin mengejarnya, tapi segera menyerah."Aku benar, Fiona. Kedua temanmu sangat buruk sehingga aku tidak bisa melihat mereka mengejarku," ucap Owen sambil menyetir.Fiona berkata dengan marah, "
Sombong dan dominan adalah kata-kata yang paling cocok untuk menggambarkan Owen saat ini.Di antara semua mahasiswa yang berkumpul di sini, para pria terkejut dan menjadi rendah diri melihat sikap Owen yang mendominasi. Sementara itu, para gadis mulai tergila-gila pada Owen dan memandangnya dengan kagum.Kemudian terdengar suara bising.Dua mobil melaju kencang dan berhenti mendadak. Kedua mobil itu adalah Frod Mustong Cody dan Maseroti Ruby."Owen, kamu menerobos lampu merah. Kamu ... aku akui bahwa kamu menyetir sangat cepat dan menikung dengan sangat baik, tapi mengapa orang itu terkapar di tanah?" Begitu Cody keluar dari mobil, dia sudah memikirkan alasan atas kekalahannya. Namun, dia tersandung dan hampir terjatuh oleh Felix.Berikutnya, Ruby keluar dari mobil dan melayangkan tinjunya pada Owen, "Owen, kamu menerobos lampu merah. Dasar tidak tahu malu."Owen berkata sambil tersenyum, "Kamu mengajakku balapan, tapi kamu tidak bilang bahwa aku tidak boleh menerobos lampu merah! Kal
Terdapat meja untuk sepuluh orang di Aula Emas dan setiap tempat duduk dilengkapi dengan peralatan makan yang mewah. Ruangan itu dihiasi dengan karpet lembut, TV, dan kulkas sehingga terasa nyaman.Meja itu tampak sedikit kosong dengan hanya empat orang yang duduk di situ. Namun, Cody sangat menikmatinya. Nona Manners pergi ke kamar pribadi, meletakkan kupon makan, dan pergi. Dua pelayan datang, satu menyerahkan buku menu dan satu lagi menyajikan kopрі.Cody, sang tuan rumah, membalikkan menu dengan cekatan ke halaman hidangan laut kelas atas dan menunjuk, "Aku ingin empat porsi untuk yang ini.""Wah! Cody, makanan favoritku adalah teripang dengan saus tiram." Ruby, yang duduk di samping Cody, berkata dengan gembira, "Ini mahal sekali. Aku tidak mampu mengajak orang lain untuk makan di sini. Kamu sangat murah hati!"Cody tersenyum mendengarnya. Semakin banyak orang memuji Cody, Cody semakin senang. Selanjutnya Cody berkata kepada pelayan, "Ada sat