Share

Bab 2 Pengobatan

Mendengar pertanyaan kedua dokter itu, Ryan merasa canggung.

Dia membayar mahal kedua dokter itu untuk merawat putrinya. Dia juga menyewa Owen melalui koneksi rahasianya! Ryan memang tidak tahu apakah Owen mampu menyembuhkan putrinya atau tidak, tetapi dia tidak ingin menyinggung Owen.

Mendengar ucapan mereka, Ryan pun merasa ragu. Owen terlihat sangat muda. Dia baru berusia dua puluhan. Pemuda itu walaupun adalah petarung yang hebat, Ryan sepertinya merasa kemampuan medisnya mungkin tidak semenakjubkan itu.

Ketika Ryan bungkam di tengah pergolakan batinnya, Owen berkata, "Katanya kalian berdua sangat luar biasa, lalu apakah kalian bisa menyembuhkannya?"

"Kami

"Belum!"

Wajah kedua dokter itu memerah. Suara mereka pun berubah menjadi lembut.

Owen masih tersenyum dan terus bertanya, "Lalu apakah kalian mengetahui penyakit apa yang dia derita? Apa kalian memiliki rencana pengobatan? Kira-kira berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyembuhkannya?"

"Kami ..."

"Kami membutuhkan lebih banyak informasi untuk mengambil keputusan."

Kedua dokter itu tidak bisa membantahnya, dan suara mereka pun kembali terdengar lembut.

Owen bisa memahami reaksi kedua dokter itu.

Senyum di wajah Owen pun memudar. "Aku bisa mengerti kalau kalian tidak mampu menyembuhkannya. Namun, kalian mempertanyakan kemampuanku tanpa mengetahui penyakit apa yang dia derita! Kalian memang berpengalaman, tetapi rupanya kalian juga tidak tahu malu."

Kedua dokter itu memucat. Mereka mengembuskan napas berat dan ingin mengatakan sesuatu, namun mereka tidak bisa membantahnya.

Sementara itu, Owen mengulurkan tangannya untuk mencabut jarum dari leher kedua pengawal itu.

Kedua pengawal itu akhirnya bisa bergerak kembali. Mereka langsung berdiri di belakang Ryan dan tidak berani untuk menyinggung Owen lagi. Bahkan, mereka menatap Owen dengan sorot takut dan hormat.

Melihat pemandangan tersebut, mata kedua dokter itu terbelalak saking terkejutnya. Sementara itu, mereka akhirnya mengerti bahwa Owen menggunakan jarum untuk menundukkan kedua pengawal itu. Mereka telah meremehkan Owen sebelumnya.

Owen masih merasa tidak terima dengan perkataan kedua dokter itu. Dia menyingkirkan jarumnya seraya berkata, "Bisakah kalian melakukan hal seperti ini? Kurasa kalian belum pernah melihatnya sebelumnya! Jangan sombong, keahlianmu itu masih sangat kurang! Jangan membuatku buang-buang tenaga untuk mengajari kalian. Mengerti?"

"Apa! Baiklah!" Salah satu dokter sebelumnya diam, namun kata-kata Owen membuatnya kesal. "Keahlianku masih sangat kurang! Baiklah! Aku penasaran apakah kamu bisa menyembuhkannya! Kalau kamu bisa menyembuhkannya, aku akan berlutut di hadapanmu dan menjadi muridmu!"

Dokter yang lainnya membenarkan, "Benar! Kalau kamu bisa menyembuhkannya hari ini, aku akan menjadi muridmu juga!"

"Menjadi muridku? Jangan harap!" sergah Owen dengan jijik. Mendengar itu, rasanya kedua dokter tersebut ingin memuntahkan kemarahan yang mengaduk-aduk darah di dalam tubuh mereka.

"Tuan Green, apakah kamu ingin menemui putriku sekarang?" Ryan buru-buru mengganti topik. Sebenarnya dia masih belum yakin dengan keahlian Owen, namun setidaknya Owen harus melihat putrinya terlebih dahulu. Dengan begitu, mereka tidak akan terus berdebat.

Owen pun mengangguk dan mengikuti Ryan keluar ruangan. Kedua pengawal itu berjalan di belakang mereka.

Setelah keempat orang itu meninggalkan ruangan, kedua dokter tersebut saling memandang dan akhirnya ikut menyusul.

.........

Fiona Harvey, putri Ryan, mungkin adalah gadis tercantik di Kota Samudra. Sayang sekali wajahnya menjadi pucat dan kuyu akibat penyakit itu.

Owen mengikuti Ryan ke kamar tidur Fiona di lantai tiga. Ketika memasuki ruangan itu, dia melihat seorang gadis cantik.

Wajah Fiona tampak lembut, kulitnya pun halus. Dia meringkuk di tempat tidur dengan tubuh yang terbungkus dengan selimut. Rambut gelapnya yang halus terlihat sedikit berantakan. Matanya sudah terpejam, namun masih terlihat cantik dengan berpayung bulu matanya yang panjang dan lebat. Di wajahnya terlihat sedikit semburat kesedihan.

Mereka sudah sampai di kamarnya, tetapi Fiona tidak kunjung membuka matanya. Ryan tidak mengetahui apakah putrinya sedang tidur atau sedang koma.

"Serahkan padaku!"

Saat Owen melihat Fiona, dia mengerutkan keningnya.

"Ryan, lihat rambut, hidung, dan dagu putrimu! Dia jelas-jelas merupakan gadis yang paling menggemaskan di kota ini! Namun, dari penampilannya, aku tahu bahwa dia tidak akan bertahan hidup lama."

Apa?

Mendengar ucapan Owen, wajah Ryan menjadi pucat pasi dan tubuhnya pun kaku. Fiona yang sepertinya sedang tidur menggerakkan matanya sedikit.

"Hentikan omong kosongmu! Kamu ini seorang dokter atau peramal?"

"Bilang saja kalau kamu tidak bisa menyembuhkannya! Jangan bicara omong kosong!"

Kedua dokter itu langsung mencuri kesempatan untuk mengejek Owen. Jejak kemarahan akibat ejekan Owen tadi rupanya masih tertinggal di dalam hati mereka. Mereka sengaja mengejek Owen di depan Ryan untuk membalas dendam.

"Diam kalian!" sentak Ryan dengan ekspresi wajah yang tidak karuan. Tiba-tiba saja dia berbalik dan berteriak marah pada kedua dokter itu.

Kedua dokter itu menggigil ketakutan. Sebagai orang terkaya di Kota Samudra, Ryan telah menjalankan Perusahaan Harvey selama lebih dari dua puluh tahun.

Wibawa Ryan sangat mengesankan. Saat kehilangan kesabarannya, dia akan terlihat sangat menakutkan.

Setelah membentak kedua dokter itu, Ryan kembali berbalik dan berkata kepada Owen dengan nada memohon, "Tuan Green, Alan juga mengatakan bahwa Fiona tidak akan bertahan hidup lama! Tolong selamatkan Fiona!"

"Aku tahu! Justru karena aku di sini, aku akan menyelamatkan putrimu!" Owen duduk di samping ranjang dan mengeluarkan salah satu tangan Fiona dari selimut. Dia merasakan denyut nadinya dan menambahkan, "Setidaknya, aku tidak akan membiarkannya mati sekarang."

Saat mengobati Fiona, aura Owen berubah drastis. Senyum di wajahnya menghilang, berganti dengan raut yang serius. Dia mengangkat alisnya yang tajam. Owen tampak terhormat dan mengesankan.

Saat Owen merasakan denyut nadi Fiona, jemarinya menekan pergelangan tangan cantik Fiona. Diketuknya kulit gadis itu secara berirama seolah dia sedang bermain musik.

Ryan menatap Owen penuh antisipasi, nyaris tanpa berkedip.

Kedua dokter itu mengamati Owen. Mereka ingin melihat Owen mempermalukan dirinya sendiri.

Setelah beberapa saat, salah satu dokter itu berseru kaget, "Jari Dewa! Tuan Green, apakah kamu menggunakan Jari Dewa?"

Dokter yang satunya terkejut. Bahkan, Ryan pun menatapnya balik.

"Mengejutkan sekali! Kamu mengenali Jari Dewa! Sepertinya kamu tidak sebodoh itu!" ucap Owen tenang sambil terus meraba denyut nadi Fiona.

"Ya, aku pernah mendengar tentang itu sebelumnya. Tuan Green, maafkan aku!" Dokter itu membungkuk dengan hormat kepada Owen dan berkata dengan tulus, "Orang yang dapat menggunakan Jari Dewa pastilah memiliki keahlian medis yang sangat baik. Rupanya aku tadi bersikap lancang."

"Tidak apa-apa!"

Owen mengatakannya dengan tak acuh.

"Apa itu Jari Dewa?" tanya Ryan penasaran.

"Tuan Harvey, lihatlah! Itu adalah sebuah teknik yang luar biasa." Dokter itu menjelaskannya dengan sabar, "Lihat lengan putri Tuan. Tuan Green mengetuk kulitnya secara berirama hingga kulitnya tampak seperti gelombang air."

"Ya! Kamu benar! Ini sangat menakjubkan!" seru Ryan kaget bukan main.

"Aku tidak mengetahui alasannya. Buku-buku kedokteran kuno memang menyebutkan tentang Jari Dewa, namun aku tidak tahu detailnya," kata dokter itu.

Sementara itu, Owen mengeluarkan beberapa peralatan dari tasnya dan meletakkannya di atas ranjang.

Mereka semua memperhatikan pergerakan Owen. Ketika melihat peralatan itu, dokter itu tersentak dan kembali berseru kaget, "Ya, Tuhan! Apakah aku sedang bermimpi? Akhirnya aku melihat Jari Dewa hari ini! Sekarang, aku juga akan melihat pengobatan khusus?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status