Share

11. Telepon Ancaman

Heris terus memandangi William yang masih belum sadarkan diri. Pikirannya terus beradu, berusaha mencari tahu kejadian yang sebenarnya. Ia tidak menyangka kalau kamera pengawas di ruangannya saat itu sedang rusak, seperti sudah direncanakan sebelumnya.

Heris menyisir rambutnya dengan sebelah tangan. "Jika tidak ada rekaman CCTV, berarti akan sulit untuk menangkap pelakunya."

Ceklek.

Pintu ruangan itu tiba-tiba saja terbuka. Heris membulatkan kedua matanya saat melihat seorang pria berjas biru tua dengan dasi polkadot yang begitu mencolok. Kerutan di dahi pria itu untuk sesaat membuat Heris cukup lama menatapnya.

Plak!

Sebuah tamparan langsung mendarat di pipi Heris. Dibanding marah, justru saat ini ia lebih ingin melarikan diri. Tubuhnya seperti menciut di hadapan pria tersebut.

"Apa yang kamu lakukan pada OBBY Company, Haris?!" bentak pria tersebut hingga suaranya menggema di dalam ruangannya.

Heris menunduk dengan kedua tangan terkepal kuat. "Ma-maafkan saya, A-ayah."

Kedua matanya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status