Beranda / Romansa / Kenikmatan dalam Luka / 48. Hubungan Masa Lalu

Share

48. Hubungan Masa Lalu

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-07 17:15:26
"Aku mau menyortir sendiri undangan acara yang datang untukku," ucap Ariana melalui interkom.

"Maaf? Maksudnya ini semua undangan yang datang mau kau lihat sendiri?" Elian membalas dengan nada bingung. "Ini lumayan banyak."

"Ya dan lengkap dengan daftar tamu yang diundang juga," jawab Ariana dengan santai. "Kalau kau tidak mau, ucapkan selamat tinggal pada posisimu. Zaman sekarang banyak pencari kerja yang lumayan."

Selesai mengatakan apa yang mau dia katakan, Ariana beralih pada komputernya. Dia melakukan itu bukan untuk bekerja, tapi untuk melihat sosial media. Hal yang sebenarnya sangat jarang dia lakukan.

"Mencari nama Dominique di media sosial terlalu susah." Ariana berdecak pelan. "Terlalu banyak yang punya nama itu, apalagi aku tidak tahu nama lengkapnya."

Jemari Ariana bermain di atas mouse dan keyboard dengan lincah. Dia mencari nama lain lagi. Kali ini, Ariana berniat mengakses media sosial sang suami.

"Mungkin aku bisa menemukan sesuatu di sini," gumam Ariana me
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kenikmatan dalam Luka   53. Bayangan Dibalik Cahaya Merah

    "Mon Cher." Suara berbisik itu terdengar seolah yang empunya suara berada di samping Bastian. Padahal, lelaki itu sedang tertidur di sofa ruang kantornya dengan gelisah. Hal yang melempar kesadaran Bastian ke tiga tahun lalu. *** "Ini ya tempatnya?" Bastian bergumam menatap pintu merah di depannya, dengan kepala singa sebagai pengetuk. "Apa kau tersesat Mon Cher?" Suara lembut seorang perempuan terdengar dan membuat Bastian langsung menoleh. "Tidak." Bastian langsung menggeleng panik. "Bagaimana kalau kita masuk dulu?" tanya perempuan berambut hitam yang digelung, dengan mata hijau zamrud yang terlihat menatap tajam. Kedua mata Bastian membelalak. Dia ingin sekali beranjak dari tempatnya, tapi sulit. Padahal dia tahu kalau perempuan itu adalah ular berbisa dan berbahaya. Bahkan, Bastian tahu nama perempuan itu, tapi tidak bisa berteriak. "Dominique." Nama itu terngiang di kepala Bastian, tapi tak ada suara yang keluar. Bastian bahkan dengan senang hati melangkah meng

  • Kenikmatan dalam Luka   52. Retakan

    Cinta tanpa nama. Cinta apa adanya. Tanpa sandiwara tak penting. Tiga kalimat itu terus terngiang di kepala Ariana, bahkan saat dia mengemudikan mobilnya pulang ke rumah. Langit petang yang sedikit mendung pun, makin mendukung lirik yang membuat Ariana makin galau. Untung saja, tidak lama kemudian Ariana sampai di rumah dengan selamat. Dia bahkan bisa mencium bau daging sapi bakar, ketika baru saja melangkah masuk. Ariana dengan mudah menebak menu makan malam hari ini. "Selamat malam Mrs. Ariana." Seseorang menyambut, dengan langkah terburu-buru. "Kebetulan semua orang sudah berkumpul di ruang makan." "Tumben sekali," gumam Ariana pada akhirnya membelokkan langkahnya ke arah yang dibicarakan tadi tanpa diminta. "Kau pulang sedikit lebih cepat dari biasanya." Anna langsung menyambut putrinya dengan senyuman dan uluran tangan lebar. "Aku hanya sedikit beruntung karena orang-orang di studio tidak menahanku." Ariana tentu saja menyambut pelukan sang ibu. "Kebetulan Bastian j

  • Kenikmatan dalam Luka   51. Lirik yang Terdengar Jujur

    Kening Ariana berkerut memandangi kertas musik di depannya, dengan jemari yang menyentuh piano elektrik. Dia tidak sedang memainkan musik apa pun dan hanya menyentuh tuts saja. Ariana sedang berpikir tentang musik yang akan dia buat, berdasarkan lirik di kertas itu. "Apa ada masalah?" tanya Lirien setelah cukup lama dia memperhatikan Ariana yang diam. "Kau tidak suka liriknya atau tidak bisa membuat musiknya? Atau mungkin kau hanya tidak fokus saja?" "Liriknya bagus." Ariana tidak ragu untuk mengangguk. "Aku rasa ... musiknya bisa dibuat. Maksudku, aku bisa membuat musiknya dengan baik." "Tapi?" Sebastian yang juga ada di dalam ruangan, bertanya. Dia tahu kalimat Ariana belum selesai. "Tapi entah kenapa aku merasa ada yang ... kurang cocok. Ada yang salah dengan liriknya." Ariana mengedikkan bahunya. "Kurang cocok, atau terlalu jujur?" tanya Lirien dengan sebelah alis terangkat. Ariana ikut-ikutan menaikkan sebelah alisnya. Dia merasa sedikit terkejut dengan apa yang diuca

  • Kenikmatan dalam Luka   50. Keraguan yang Terasa Manis

    "Hari yang melelahkan," gumam Ariana yang baru saja sampai di depan rumah. Dia tidak langsung turun dari mobil, tapi memilih untuk berdiam diri dulu di sana. Ariana tentu saja tidak hanya duduk, tapi dia bermain ponsel. Kali ini, dia memilih untuk kembali melihat halaman media sosial sang suami. "Ini aku waktu acara perusahaan," gumam Ariana sambil menatap dirinya yang dipotret dari belakang oleh sang suami. "Lalu ini, sepertinya teh kesukaanku," lanjutnya menunjuk foto secangkir teh. Ariana terus menggulir halaman media sosial sang suami. Di sana, dia menemukan begitu banyak foto dirinya yang diambil diam-diam, di antara foto bangunan dan miniatur bangunan. Ada juga beberapa foto benda yang adalah barang kesayangannya. "Lalu bukankah ini sepatu yang aku beli tahun lalu?" lanjutnya mulai tersenyum. "Aku ingat dia bilang sepatu ini jelek, tapi malah di foto dan diberi caption manis." [Kurasa sepatu ini akan membawamu melangkah ke tempat yang lebih tinggi.] "Ck, bagaimana ca

  • Kenikmatan dalam Luka   49. Gajah di Pelupuk Mata

    "Kau yakin tidak mau ikut turun?" Ariana bertanya, sambil merapikan rambutnya. "Rasanya sudah seribu aku bilang ini." Elian mengeluh dari kursi sopir. "Tidak, aku tidak akan turun." "Baiklah." Ariana mengangguk pelan, meyakinkan diri dandanannya sudah cukup bagus. "Tapi jangan jadi berjamur di dalam mobilku." "Apa kau pikir aku ini roti basi?" hardik Elian dengan mata melotot. Dengusan pelan terdengar dari celah bibir Ariana. Perempuan itu hendak menahan tawa, tapi cukup sulit juga. Untungnya, dia sudah harus keluar dari mobil karena memang sudah sampai di tempat tujuan. Ariana yang dibalut dengan kemeja hitam dengan celana putih, dilengkapi dengan jas putih juga, melangkah masuk ke dalam galeri. Dia sempat ditahan untuk pemeriksaan undangan, tapi tentu saja akan lolos dengan mudahnya. "Sekarang, aku hanya perlu mencari Dominique," bisik Ariana mulai melihat ke sekeliling. "Oh, coba lihat siapa yang datang. Ariana Crawford." Seseorang menghampiri yang empunya nama. "Lama

  • Kenikmatan dalam Luka   48. Hubungan Masa Lalu

    "Aku mau menyortir sendiri undangan acara yang datang untukku," ucap Ariana melalui interkom. "Maaf? Maksudnya ini semua undangan yang datang mau kau lihat sendiri?" Elian membalas dengan nada bingung. "Ini lumayan banyak." "Ya dan lengkap dengan daftar tamu yang diundang juga," jawab Ariana dengan santai. "Kalau kau tidak mau, ucapkan selamat tinggal pada posisimu. Zaman sekarang banyak pencari kerja yang lumayan." Selesai mengatakan apa yang mau dia katakan, Ariana beralih pada komputernya. Dia melakukan itu bukan untuk bekerja, tapi untuk melihat sosial media. Hal yang sebenarnya sangat jarang dia lakukan. "Mencari nama Dominique di media sosial terlalu susah." Ariana berdecak pelan. "Terlalu banyak yang punya nama itu, apalagi aku tidak tahu nama lengkapnya." Jemari Ariana bermain di atas mouse dan keyboard dengan lincah. Dia mencari nama lain lagi. Kali ini, Ariana berniat mengakses media sosial sang suami. "Mungkin aku bisa menemukan sesuatu di sini," gumam Ariana me

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status