Ken hendak mengejar Niko setelah pesan itu masuk ke ponselnya, tapi sayang Niko sudah pergi bersama ayahnya."Kamu kenapa, muka kamu pucat," ucap Karel."Nggak ada pa, ayo pulang." Ken memilih semobil dengan Karel pikirannya tak tenang saat ini karena Niko. Ini ancaman atau sesuatu yang menguntungkan?'Ndra temuin gue di apart nanti malem.' Ken mengirimkan sebuah pesan singkat pada Rendra."Ngapain dia mau ketemu gue, katanya disuruh menikmati weekend. Dasar Ken."***Sebuah tawa menggema di ruangan yang tak terlalu kecil, laki-laki yang terakhir kali Ken lihat sedang menggoyangkan gelasnya ditemani alunan musik klasik yang berputar pada turntable."Bodoh," cicit Niko.Menertawakan kebodohan orang memanglah menjadi hobinya. Nikolas Adhitama, anak dari Andreas Adhitama orang yang saat ini sedang terlibat dengan keluarga Roderick karena masalah bisnis. Sebagai informasi, Niko sudah mengenal Ken sejak lama bahkan saat mereka duduk dibangku SMA.Tapi tidak dengan Ken yang sama sekali tak
Ada yang bilang lebih baik kota daripada desa, ada juga yang sebaliknya. Bagi Lea mau di desa atau kota sama saja, sama-sama ada kehidupan yang berarti untuk dirinya.Pagi-pagi dia sudah disibukkan membantu sang ibu untuk pergi ke ladang. Hari ini hari panen singkong dan akan dijual ke para pedagang."Ini anaknya yang kerja di kota itu ya Bu?" tanya ibu-ibu yang sedang mengambil singkong untuk ia jual di pasar. Dia tetangga Lea."Iya," jawab Rahayu singkat.Lea hanya tersipu, "Cantik begini sudah ada yang punya belum?""Belum atuh mba, anak saya masih kecil," jawabnya sembari tersenyum."Mau nggak sama anak saya, dia kerja di balai desa. Daripada kamu nanti diambil sama om-om mending sama anak saya aja. Hidupnya terjamin."Lea mengerling pada Rahayu memberi isyarat untuk segera mengakhiri obrolan yang semakin lama semakin kemana-mana, membuatnya tak nyaman."Sudah atuh, saya pamit dulu. Mau ke sawah," Rahayu menarik Lea pergi dari sana."Mari Bu,""Jawab dulu atuh Rahayu!"Mereka berja
"Gelap."Hanya satu kata itu yang terucap dari mulut Ken saat ia kembali sadar. Kepalanya terasa berat saat ini hingga ia memijat pelipisnya."Istirahat dulu Ken, jangan dipaksa. Kalo butuh sesuatu bilang aja," ucap dokter Robert sembari ia kembali bekerja.Ken merefleksikan diri, memandang langit yang tampak biru berada dalam satu garis dengan awan yang bergerak cepat. Ini bukan hal yang mudah, ini sulit dan berat."Villa terdekat dimana Ndra?" tanya Ken tiba-tiba."Villa? banyak Ken. Mau apa?""Mau cari tau,""Kasih gue gambarannya nanti gue cari tahu."Ken lalu meminta kertas dan bolpoin pada dokter Robert, ia mulai menggambar Villa yang ia lihat tadi sekenanya. "Nih," Ken menunjukkan gambarnya pada Rendra."Nanti gue cari, masih mau disini atau balik?""Bentar Ndra."Ken menghampiri dokter Robert, "Kemungkinan ingatanku kembali berapa persen?""Aku nggak bisa ngasih kepastian Ken.""Thank buat hari ini." Ken pamit undur diri setelahnya ia harus cari tahu dulu kisah antara dia dan S
Aku harus masuk kedalam permasalah orang lain, apa ini hal yang baik nantinya?Itulah kira-kira yang Lea pikirkan saat duduk di teras rumahnya dengan secangkir teh hangat dan pisang goreng yang ia beli tadi saat pulang kerja.Ia sama sekali belum membaca amplop yang Ken berikan. Jujur ia takut jika harus ikut campur seperti ini."Apa aku harus bantu pak Ken?"Lea menghela nafas, angin berhembus dengan teratur membuat udara semakin sejuk. Matahari sudah turun dan digantikan langit gelap saat ini.Ragu.Lea masuk kedalam kamarnya, melirik pada amplop coklat yang ada disana bergantian dengan lemari yang senantiasa berdiri kokoh disudut kamarnya.Baru saja ia ingin membuka amplop itu, ponselnya berdering ada panggilan masuk. "Keluar gue tunggu!" seru Ken dari seberang sana.Lea mengintip dari jendela, benar ada Ken disana. "Ngapain pak Ken kesini?"Sebaiknya Lea segera keluar daripada ia kena omel nanti. "L
Pagi hari Kana sudah dihadapkan dengan wajah Ken yang datar, "Ngapain? Ini masih pagi, please lah gue masih ngantuk," Kana merengek, bahkan ia mendorong tubuh Ken."Bentar napa sih Na.""Ya makanya bilang lu kenapa pagi-pagi dateng ke kamar gue diem aja lagi.""Kalo gue tanya ke Lo, Lo bakal jawab jujur atau enggak?""Tergantung," Ken mengangkat tangannya seperti akan memukul Kana."Tanya apa?"Saat akan membuka mulutnya kembali, ponsel Ken berdering ada panggilan masuk dari Rendra. "Kenapa Ndra?""Oke gue kesana sekarang." Ken menutup telfonnya, berdiri keluar dari kamar Kana tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun."Aneh tuh orang."Tak butuh waktu lama bagi Ken, ia melesat meninggalkan rumah. Pergi dengan mobil yang akan membawanya ke lokasi proyek terbaru yang sedang ia kerjakan.Sepertinya ada keadaan darurat disana. Padahal ini masih pagi tapi beberapa pegawai sudah hadir di sana mungkin j
Tepat saat itu ponsel Ken bergetar, sebuah pesan masuk dari Niko.'Sorry baru ngabarin, karyawan gue ke kantor Lo buat ngurus masalah pagi ini. Baik-baik ya sama dia.' Tulis Niko disana dengan dibubuhi emoticon senyum."Saya Sheina pak, dari Adhitama Company," ujar wanita itu sembari mengulurkan tangannya yang disambut ragu oleh Ken.Ia bisa merasakan hangat dari sentuhan tangan itu, bisa disimpulkan jika ini bukan mimpi. Ini nyata. "Silahkan duduk."Jujur perhatian Ken tak bisa lepas dari Sheina, bisa dibilang dia sangat mirip dengan Sheila. Mereka kembar?"Pak Ken?" panggil Sheina. "Ya? Ah maaf." Ken terlihat gugup sekarang. Debaran di dadanya sungguh menganggu. Ia harus bersikap profesional.Setelah tenang Ken mulai menjelaskan kronologi hingga penyelesaian yang ia lakukan hari ini tanpa ada yang dia tutupi. "Baik pak Ken, terimakasih atas waktunya. Maaf merepotkan.""Justru saya yang minta maaf karena karya
Arsendra Wilson dia salah satu chef muda yang namanya sedang naik daun berkat masakan yang ia ciptakan mampu menarik banyak orang dari berbagai kalangan.Ia salah satu teman dekat Ken, tujuan laki-laki itu datang jauh-jauh dari Swiss karena ia merindukan keluarganya yang sekarang menetap di Bali dan juga Ken pastinya.Makanya dia ada ditepi kolam bersama dengan Ken dan Rendra saat ini. Bahkan Kana ikut bergabung."Ini kalo ditambah dua biang kerok bakal jadi apa coba?" gumam Kana sembari membayangkan teman-teman kakaknya yang lain."Lo juga termasuk Na," jawab Arsen malas."Lo balik ke Swiss lagi kapan?" tanya Ken."Masih belum tau, sebenernya disana sendiri itu juga nggak enak Ken. Nyokap bokap gue disini, gue disana sendirian. Kalo pas ada kerjaan sih nggak kesepian tapi kalo pas jadwal kosong kayak orang ilang gue," ucap Arsen yang mendapat cekikikan pelan dari Kana.Arsen menghiraukan Kana, jika ia meladeni Kana tak akan ada habisnya nanti."Ya udahlah pindah aja ke Indo, gampang k
"Aku suka sama kamu Arsen, aku cinta sama kamu. Kamu mau kan hidup berdua sama aku?"Arsen terdiam setelah mendengar pengakuan cinta dari Sheila. "Arsen?""Ya? Aku juga suka sama kamu, aku cinta sama kamu dan aku juga mau hidup berdua sama kamu Sheila. Tapi aku nggak bisa karena kamu masih memiliki laki-laki lain disana dan aku nggak mau menyakiti dia," Arsen mengakui cintanya ia juga mengutarakan apa yang mengganjal dipikirannya."Aku, aku akan nyelesain hubunganku sama dia secepatnya aku janji. Setelah itu kita bisa kan hidup bahagia berdua? Cuma kamu orang yang aku sayang dan aku bener-bener tulus suka sama kamu Arsen."Mereka saling berpelukan, ada rasa lega karena mereka bisa saling mengungkapkan rasa sayang dan Arsen juga akan membantu Sheila jika ia dibutuhkan nantinya.Berbulan-bulan Sheila menetap di Swiss hingga dia akhirnya harus berpisah dengan Arsen. Dia akan kembali ke Amerika kemudian ke Paris dan kembali ke Indonesia karena jadwalnya yang sangat padat terlebih dia sudah