“Aku ucapkan banyak terimakasih untuk yang sudah hadir di sini,” ucap Elena setelah membuka pidatonya dengan salam.“Aku juga berterimakasih kepada suamiku, Tuan Arion Dominic yang tetap mendukung ku dan memberikan izin untuk tetap menjadi pemimpin grup Mauren.Terimakasih juga ku ucapkan untuk kedua orang tuaku yang selalu mendukung ku sejak dulu dan memberikan kesempatan untuk terus berkembang,” seru Elena yang banyak memberikan ucapan terimakasih.Tepukan tangan menggema memeriahkan acara ruang indoor tersebut, selesai dengan pidatonya Elena turun dari podium menghampiri suaminya. Wanita muda itu memeluk erat sang suami di hadapan semua orang.“Kau yang terbaik,” seru Arion serta meninggalkan kecupan manis di bibir Elena.Elena ikut duduk bergabung di samping sang suami, baru ia sadari ternyata di meja itu juga ada Noah yang masih menatap tak percaya ke arah nya.“Noah? Jadi teman mu suamiku?” tanya Elena yang tidak menyangka bahwa teman yang Noah maksud adalah suaminya sendiri.No
“Akh!”Azalea terhuyung dan hampir jatuh ke belakang saat Noah mencengkram wajahnya dan menghempaskan begitu saja. Sambil berpegangan pada sisi tembok, Azalea menatap nyalang ke arah Noah.Wanita itu menatap dengan berani pada pria di depannya ini, “Apa? Kau merasa dibodohi? Salahkan dirimu yang terlalu idiot!” tantang Azalea.Ucapan Azalea semakin menyulut api dalam diri Noah. Pria dengan wajah garang itu berusaha untuk menahan amarah yang bisa kapan saja untuk meledak.Noah berbalik dan hendak keluar, akan tetapi Azalea kembali menghentikan langkah pria dewasa itu, “Apa ada yang ingin kau katakan lagi? Ayo katakan, aku dengan senang hati akan mendengarkan,” seru Azalea yang diikuti gelak tawa.Noah melirik sinis pada Azalea yang berani menantang dirinya, “Aku merasa kasihan padamu yang hanya benalu bagi keluarga Mauren!” sarkas Noah sebelum benar-benar pergi meninggalkan Azalea.“Argh!” Azalea berteriak keras, Noah dengan berani melemparkan hinaan padanya. Ia bertekad akan menghanc
“Kau wanita kejam, Mah!” pekik Azalea.Sebuah ruangan dengan nuansa mewah yang berada di kediaman Mauren menjadi tempat kini Azalea dan Nyonya Lia berada.Wanita bermata coklat itu menatap kesal ke arah Nyonya Lia yang duduk dengan santai dan menikmati secangkir teh di sana.Nyonya Lia menyimpan cangkir nya, menghampiri Azalea yang terduduk karena dilemparkan oleh dua pengawal yang berjaga di luar sebelumnya, “Aku bukan ibumu!” ucap Nyonya Lia.Wanita yang sudah tak lagi muda itu berjongkok dan mencengkram kuat wajah Azalea, sementara Azalea menatap nyalang ke arah Nyonya Lia, “Ingat, aku akan melakukan hal yang sama pada mu jika kau tidak menguntungkan bagi ku,” seru Nyonya Lia dengan kejam.Nyonya Lia menghempaskan wajah Azalea, “Kau wanita kejam, wanita keji! Kau bahkan berani membahayakan nyawa anakmu sendiri!” teriak Azalea di depan wajah Nyonya Lia.Nyonya Lia bangun dari jongkok, ia terkekeh geli mendengar semua umpatan Azalea yang ditunjukkan untuk dirinya. Ia akui dirinya mem
“Aku akan menikah besok!”Degh!Nyonya Lia terdiam di tempat, matanya menatap kosong ke arah majalah yang tengah ia pegang. Suaminya tidak pulang selama satu bulan lebih dan saat pulang membawa berita besar untuknya.Wanita itu tetap tersenyum, menoleh ke arah sang suami, “Benarkah? Wanita mana yang kau nikahi?” tanya Nyonya Lia dengan antusias.Tuan Miller menatap datar ke arah istrinya, dalam hati ia tak menyangka bahwa sang istri akan bereaksi demikian, “Dia ada dibawah. Sedang berbicara bersama ibu, kau boleh menemui nya,” seru Tuan Miller.Pria itu hendak duduk di samping sang istri. Akan tetapi, Nyonya Lia dengan antusias malah turun untuk menemui calon istri suaminya. Wanita itu tak berniat untuk memberikan sambutan hangat apapun, ia pergi begitu saja meninggalkan Tuan Miller yang mematung di tempat.“Sebegitu penting kah seorang anak untuk mu?”Nyonya Lia keluar dengan semangat untuk menemui calon istri kedua suaminya. Namun, langkah wanita itu menjadi pelan saat keluar kamar.
“Arion,” ucap Elena saat membuka mata.Arion segera mendekat, “Kau sudah sadar, apa ada yang sakit?” tanya pria itu dengan cemas.Elena menggeleng pelan, “Tidak ada, aku hanya sedikit pusing,” jawab Elena.“Syukurlah,”Elena menyadari saat ini ia sudah berada di kamar yang ada di kediaman mereka. Pakaian yang ia kenakan pun sudah berganti dengan pakaian tidur.Saat melihat keluar jendela, ternyata langit sudah berubah menjadi berwarna biru keunguan. Menandakan malam telah menyapa, “Berapa lama aku pingsan, “ batin Elena.Arion merapikan rambut Elena yang sedikit berantakan, “Ayo turun. Kita harus makan malam,” ajar Arion.Elena mengangguk. Keduanya turun untuk makan malam bersama. Sebelum itu Elena menghubungi Vero untuk datang ke rumahnya, ia harus tahu apa yang sebenarnya penyebab hingga bisa terjadi kebakaran besar.Sementara itu, sejak kejadian kebakaran tadi siang Vero selalu berada di sisi Jeff. Kebakaran ini menyangkut nyawa Elena, tentu Jeff ikut turun tangan atas perintah Ari
“Terimakasih, atas semua yang kau ajarkan padaku selama dua bulan ini, Bi,” seru Lovi.Kini mereka tengah berada di bandara untuk mengantarkan Lovi pulang. Sebenarnya bisa saja gadis itu diantarkan menggunakan jet pribadi, akan tetapi gadis itu menolak dan ingin naik pesawat saja.Elena tersenyum sambil mengusap kepala gadis itu, saat awal bertemu dengan nya Lovi begitu membenci. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu rasa benci itu mulai berkurang, “Sama-sama,” balas Elena.“Tapi aku akan tetap mencintai paman Arion!” ucap Lovi dengan terang-terangan.Tuan Damian hanya bisa menggelengkan kepala, sementara Arion membuang muka saat mendengarnya. Sedangkan Elena hanya bisa terkekeh, “Iya, iya. Terserah kau saja, cintai paman mu itu sampai rambutnya memutih,” seru Elena yang diselipi candaan.Mendengar candaan Elena membuat Lovi memajukan bibirnya beberapa centi, ekspresi murung gadis itu tunjukan.“Kenapa? Kau cinta bukan, hahaha,” gelak tawa Elena, ia semakin suka saat melihat wajah ke
Plak!Tamparan keras itu Arion berikan, mendengar istrinya terus dihina rasanya ia tidak bisa untuk diam saja. Sementara pria di depannya hanya tersenyum seakan tamparan yang Arion berikan tidak ada artinya.Sudut bibirnya sedikit mengeluarkan darah, ia tertunduk saat merasakan darah menetes. Elena berjongkok dan membuat nya mendongak, “Kau pria baik, Louis. Siapa yang meminta mu melakukan semua ini?” tanya Elena.Degh!Ruangan seketika hening, tak ada yang tahu maksud perkataan Elena.Louis, pria yang Elena kenal sejak dirinya masuk universitas. Pria dengan tubuh tinggi dan tegap yang selalu melindungi Elena saat wanita itu dalam bahaya. Bukan dari keluarga kaya, Louis adalah mahasiswa bidikmisi.Louis memalingkan wajahnya saat melihat wajah Elena, “Tidak ada yang menyuruh ku, semua ini aku yang mau,” balasnya.Nada suara pria itu menurun, berbeda saat ia berbicara dengan Arion sebelumnya. Elena bisa melihat jelas kebohongan yang tersirat di wajah Louis.Wanita muda itu bangun dari j
“Arion,”“Hm?”Arion yang tengah memainkan ponselnya segera berbalik, menatap Elena yang mengambil posisi terlentang di sampingnya duduk. Wanita itu mendongak untuk menatapnya.Segera Arion meletakkan ponsel di tangannya, dan beralih mengusap rambut panjang sang istri, “Kenapa?” tanya pria itu pelan.Elena nampak ragu saat akan mengatakan sesuatu dalam hatinya. Ada rasa sungkan yang muncul saat harus mengatakan hal tersebut pada suaminya. Namun, jika bukan suaminya pada siapa lagi ia akan meminta bantuan.“Katakan saja,” ucap Arion yang melihat keraguan di wajah Elena.“Aku ingin meminta tolong,” ucap Elena pada akhirnya.Arion mengulas senyum, ada rasa berdebar yang sulit untuk di deskripsikan saat Elena meminta bantuannya secara langsung untuk pertama kali, “Apa itu, aku pasti menolong mu,” balas Arion.“Aku ingin kau membantuku mencari tahu identitas ibuku,” “Ibumu? Nyonya Lia?”Elena mengangguk membenarkan. Setelah memikirkan cukup matang akhirnya Elena memutuskan untuk meminta
“Oh jadi sekarang kau tinggal bersama Jeff?”Vio mengangguk membenarkan ucapan Elena. Saat ini Elena tengah berjalan menuju ruangannya, diikuti dari Vio di belakang, “Kau tidak mengatakan bahwa Jeff kakak mu,”“Menurut saya itu tidak terlalu penting, Nona. Tidak ada hubungannya dengan pekerjaan saya,” Jelas Vio yang dibalas anggukan kepala oleh Elena.Pintu ruangan terbuka, ternyata di sana sudah ada Vero yang duduk dengan setumpuk berkas di tangannya. Vero bangun dari duduknya dan menyapa Elena, “Selamat pagi, Nona,”Ingat, hanya Elena yang Vero sapa. Ia tak memperdulikan Vio yang juga berdiri di sana. Elena terkekeh geli melihat nya, “Hey, dia calon adik ipar mu,”Vio terkejut mendengarnya, tapi wajahnya tetap menunjukkan ekspresi datar seperti biasanya. Sedangkan Vero merasa malu saat Elena mengatakan itu, tapi ia berpura-pura tak peduli.Setelah Vio pergi dari sana, baru Vero mendekat lagi. Ia memicing menatap Elena dengan tajam, “ Kau datang bersama Vio? Kenapa tak menelpon ku, k
Pagi yang cerah menyapa, mentari hangat bersinar dan mulai menggantikan malam yang dingin. Elena sudah bersiap dan mematut diri di depan cermin.Elena berjalan menuruni tangga untuk sarapan, saat tiba di sana ternyata Arion sudah duduk menunggu nya. Ia segera duduk di samping Arion berada, tak menyapa bahkan tak menoleh pada suaminya.Arion yang merasa bersalah berinisiatif untuk meminta maaf lebih dulu, ia memilih untuk menyapa Elena, “Pagi, El,”Tangan Elena segera membalik piring di depannya, ia hanya membalas sapaan pagi Arion tapi tak berniat untuk berbicara lebih jauh, “Pagi, juga,”Hanya terdengar suara deting sendok yang beradu dengan piring. Arion meraih tangan Elena, mencoba untuk meminta maaf.Tapi, Elena kembali menarik tangannya dan segera menyelesaikan sarapannya, “Aku selesai,”Elena bangkit dari duduknya, tetapi Arion menariknya lagi untuk duduk. Seketika Elena langsung menatap Arion, dengan tatapan datar.“Apa? Aku harus segera berangkat,” ucap Elena yang berusaha mel
“Arion,”Elena segera turun dari mobil, ia bahkan setengah berlari menghampiri suaminya. Tubuhnya sudah terasa begitu panas dan ada gelenyar aneh yang ia rasakan.Arion melihat ada yang berbeda dengan Elena, bahkan ia melihat jelas pakaian istrinya yang sedikit terbuka, “El, kau kenapa? Ada apa dengan dirimu?” tanya Arion.Napas Elena terengah-engah, ia segera memegangi wajah Arion dengan kedua tangannya, “Arion, tubuhku panas! Tolong aku,” seru Elena.Air mata keluar dari sudut matanya, ia menarik wajah Arion dan segera menempelkan bibirnya dengan bibir sang suami.Arion terdiam, sementara Elena dengan begitu ganas dan agresif menciumi bibir sang suami. Ia perlu melepaskan sesuatu yang tertahan dalam tubuhnya.Para penjaga yang ada di sana memalingkan wajahnya, Arion yang merasakan tubuh Elena panas mulai sadar bahwa Elena telah mengkonsumsi obat perangsang.Arion menarik diri menjauhkan Elena, “El, kau dalam pengaruh obat,” seru Arion.“Tolong aku,” pinta Elena dengan memohon.Elena
“Bangun, Sayang,” suara lembut Lucas terdengar jelas di pendengaran Elena.Elena mulai terusik karena belaian tangan Lucas di wajahnya, ia mulai membuka matanya, “Lucas...” ucap Elena pelan.“Hmm,”Elena bangun dan menepis tangan Lucas, ia memegangi kepalanya yang terasa berat saat mencoba duduk. Sementara itu, Lucas dengan sengaja memeluk dan menyandarkan kepalanya di pundak Elena.“Lepaskan aku!” seru Elena. Ia melihat sekeliling dan menyadari berada di atas tempat tidur bersama Lucas.Pandangan Elena menyadari bahwa ini adalah kamar Lucas di apartemennya, ia sangat familier dengan tempat tersebut.“Sayang, kau masih merasakan sakit? Ini, minumlah dulu,” tawar Lucas sambil menyodorkan segelas air putih.Elena yang masih merasa berat di kepalanya memilih untuk meminum air itu tanpa rasa curiga, ia menggelengkan kepala beberapa kali setelah minum.Ia bangun dan turun saat merasa lebih baik, “Kau gila, Lucas! Kau sakit jiwa!” pekik Elena penuh emosi.Tatapannya begitu menusuk dan tajam
“Aku duluan,”“Iya, hati-hati, El. Dan terimakasih,”Elena masuk ke dalam mobil, mulai menyalakan mesin mobil dan melaju di jalanan. Jalanan teduh dengan sinar matahari yang berwarna jingga memancar di sepanjang jalan kota.Semilir angin menerpa wajah Elena dan menerbangkan helaian rambutnya, ia sengaja membuka jendela disampingnya dan membiarkan angin itu masuk menerpa wajahnya. Udara cukup bersih, karena keadaan sore itu masih sepi tidak banyak kendaraan yang berlalu-lalang. Beberapa kali Elena menghembuskan napas nya dengan bebas, “Huhhh, pegal sekali tubuhku,” ucap Elena.Seharian penuh dirinya duduk di depan meja kerja tentu membuat tubuhnya pegal, ia sudah membayangkan betapa nyamannya tempat tidur yang ada di rumah.Ciiitttt!Saat Elena tengah berkendara dengan nyaman, tiba-tiba sebuah mobil hitam di depannya menghadang membuat Elena segera menginjak rem. Hampir saja Elena menabrak mobil di depannya.Elena mendongakkan kepalanya untuk melihat mobil siapa di depannya ini, “Asta
"Apa? Kenapa kau terlihat panik, tenanglah,”Saat Elena tiba di ruangannya, tak lama Vero datang dengan tergesa-gesa. Wajahnya sudah penuh dengan air mata yang mengering, bahkan mata wanita itu terlihat memerah.“Paman ku. Dia hilang, El,” seru Vero dengan Isak tangisnya.“Hey, hey, tenang dulu. Bagaimana bisa hilang? Kau tahu dari siapa?” tanya Elena yang juga bingung.Di tengah kebingungan mereka, tiba-tiba saja ponsel Elena berdering. Nama Lucas tertera di layar ponselnya, ternyata itu panggilan video. Elena menggeser tombol hijau tersebut, yang membuat panggilan langsung tersambung.Saat tersambung, Elena dan Vero di buat terbelalak. Melihat pemandangan di tempat Lucas berada tentu membuat mereka terkejut, bagaimana tidak. Lucas kini tengah berada di ujung jurang.Pria itu tersenyum dengan bangga, dan mengarahkan ponselnya ke arah lain, “Elena sayang, lihatlah siapa yang bersama ku,” ucap Lucas sambil tersenyum.Mata Elena semakin membola, “Paman!” seru Elena bersamaan dengan Vero
“Arion, Sayang tunggu! Tunggu aku, dengarkan penjelasan ku,”Arion menghentikan langkahnya, menatap datar ke pada Elena yang meraih tangannya. Dadanya terlihat naik-turun dengan ekspresi tidak suka.Ia bahkan menghempaskan genggaman tangan Elena, “ Ku kira kau benar-benar sudah melupakan Lucas,” ucap Arion.Elena terdiam mendengar ucapan Arion dan suara tenang suaminya, saat ia akan berucap Arion kembali menyela, “ Tapi, ternyata kau masih menyimpan rasa untuk nya!” sambung Arion.Tersirat jelas kekecewaan yang kembali Arion rasakan, Elena kembali berbicara agar semakin tidak salah paham, “ Bukan itu maksud ku, dengarkan dulu penjelasan ku,” ucap Elena lagi.Arion diam dan menunggu Elena berbicara, “Tidakkah menurut mu berlebihan menurunkan jabatan Lucas, apalagi sampai mengasingkan nya?” seru Elena.Arion mengangguk-angguk paham, ia bahkan memalingkan wajahnya. Pria itu pikir Elena akan menjelaskan apa, ternyata hanya pembelaan untuk Lucas yang Arion dengar.Ia tersenyum menatap Elen
“Untuk apa mereka pergi ke kota Gotham?”Lucas mengikuti arah mobil Elena pergi, bahkan ia tahu dimana mereka berhenti. Tanpa Elena dan Vero tahu, Lucas memperhatikan dari jauh semua yang terjadi di rumah paman Vero.Setelah Elena dan Vero pergi, Lucas turun dari mobil dan berjalan ke arah rumah yang baru saja mereka kunjungi. Ia mengetuk pintu berkali-kali, hingga sang pemilik rumah keluar.Seorang pria paruh baya keluar, matanya memicing melihat siapa yang mengunjungi rumah nya, “Siapa kau? Aku tidak mengenal mu,” ucap nya ketus dan berniat menutup pintu kembali.Akan tetapi, dengan cepat Lucas menahan pintu dengan kaki panjangnya. Hal itu semakin membuat kesal pria di depannya, “Ada hubungan apa paman dengan dua wanita tadi?” tanya Lucas dengan suara rendah.Paman Vero memalingkan wajah tidak suka, ia bahkan berjalan pergi begitu saja meninggalkan Lucas. Melihat kesombongan yang di tunjukkan pria tua di depannya membuat Lucas kesal, ia mengepalkan kedua tangannya.Bugh!Dalam satu
Brak!Suara Elena menggebrak meja terdengar keras, ia bahkan menjadi pusat perhatian para pengunjung disana. Sementara Lucas, pria itu terlihat santai dan tidak peduli.“Aku bisa saja memberitahu mu, tapi... Jika aku memberitahu mu begitu saja. Kau akan memberikan apa untuk ku?” ucap Lucas dengan menatap Elena.Elena masih berdiri dengan menatap datar Lucas, “Aku akan memberikan apapun, yang jelas bukan diriku,” balas Elena yang disambut senyuman hangat Lucas.Lucas mengangguk-anggukan kepalanya sebelum berbicara, “ Mudah saja. Katakan pada Arion untuk mengembalikan jabatan ku, “ Ucap Lucas yang membuat Elena tercengang.Elena terdiam sejenak tanpa kata, sebelum akhirnya ia melangkah pergi meninggalkan Lucas. Keputusan untuk bertemu Lucas memanglah keputusan bodoh yang telah ia ambil.Baru dua langkah Elena meninggalkan Lucas, pria itu kembali berbicara yang membuat langkah nya kembali terhenti, “Aku akan menunggu jawaban dari mu,” seru Lucas penuh percaya diri. Satu bibirnya terang