Share

Insiden

Author: DiianaN94_
last update Last Updated: 2021-09-29 11:30:43

Agni yang tengah berkutat dengan adonan tepung, dikejutkan dengan keributan yang berasal dari arah kafe. Sepertinya seseorang tengah marah, entah karena apa. Tanpa membuang waktu lagi, Agni bergegas ke depan. Bahkan tanpa melepas apron yang menggantung di tubuhnya.

Dari jauh, samar Agni mendengar suara keras seorang wanita yang menyebut-nyebut pelayanan dan cheesecake. Tidak ingin terus menebak, Agni mempercepat langkahnya. Saat memasuki area kafe, ia melihat seorang wanita berbadan tambun tengah marah sembari memukul counter kasir. Anisa yang berada dibalik counter kasir terlihat sangat ketakutan.

“Ada apa ini?” Tanya Agni. Suara Agni membuat perhatian semua orang yang tengah menonton kejadian itu, tertuju padanya.

Seolah mendapat ‘mangsa’, wanita berbadan tambun itu bergegas kearah Agni sembari mengarahkan telunjuknya. Membuat Alen yang kebetulan berada di samping Agni menjadi siaga.

“Akhirnya keluar juga kamu. Kamu kan, pemilik tempat ini?” mendapat pertanyaan tiba-tiba Agni hanya mengangguk sebagai jawaban. “Bagus! Saya sudah menunggu kamu sejak tadi.” 

“Ada perlu apa anda mencari saya?” Tanya Agni tetap tenang.

“Masi bertanya... Lihat ini... Ini cheesecake yang saya beli di sini. Kamu lihat, Kue kamu itu sudah busuk. Kalian sudah menjual barang yang tidak layak dikonsumsi, saya bisa laporkan kalian pada pihak berwajib,” Ucap wanita itu.

Mendengar penuturan wanita tambun itu, orang-orang yang ikut menonton serentak mengangguk.

Agni tetap tenang, dengan tangan yang terlipat di dada, ia memandang wanita itu. Semua cake disini Agni berperan penting membuatnya, ia tau bagaimana bentuk dan rasa kue-kue yang dia buat.

Agni pun tau kalau wanita ini tengah berbohong. Ia hanya mencoba mengulur waktu. Ingin melihat siapa orang di balik wanita ini. 

Dengan senyum tipis Agni bertanya, “Anda membelinya di sini? Kapan? Jam berapa?” Tanya Agni.

“Kalau bukan di sini, ya di mana lagi. Saya membelinya hari ini jam sebelas siang tadi,” jawab wanita itu berang.

Senyum Agni semakin melebar.

“Baik. Alen tolong cek CCTV kafe hari ini jam sebelas siang. Rara tolong hubungi polisi,” Ucap Agni. Di balas anggukan oleh Alen dan Rara.

Mendengar kata CCTV dan polisi, wajah wanita itu menjadi pucat pasih. Ia memang hanya berpura – pura.

Siang tadi, Saat ia tengah berbelanja di mini market seberang jalan, ia di datangi oleh seorang wanita dan di berikan sejumlah uang. Wanita itu memintanya untuk membuat keributan di tempat ini.

Bahkan, cake busuk itu juga di berikaan oleh wanita misterius itu. Dia tidak dapat melihat wajah wanita itu, karena wanita itu menggunakan topi hitam, kaca mata dan masker. Namun dari suara dan pembawaannya, wanita itu berusia sekitar pertengahan dua puluhan. Masih tergolong muda dan kulitnya terlihat sangat terawat.

Dia tidak pernah menyangka bahwa tindakannya ini akan menjadi Boomerang baginya. 

Sekarang keadaannya sudah berkembang seperti ini. ia tidak dapat melarikan diri lagi.

Melihat Alen yang berjalan kearah ruang CCTV dan Rara yang bersiap menghubungi polisi, wanita yang sedang kalut itu dengan marah menyerang Agni. Ia meyakini jika semua ini terjadi karena campur tangan Agni. Jika Agni tidak ikut campur bahkan membawa-bawa pihak berwajib, pasti dia tidak akan berada dalam posisi terjepit seperti ini. 

Agni terkejut melihat wanita itu yang sudah bersiap menerjangnya. Ia ingin menghindar namun tubuhnya tidak dapat digerakkan, seolah mati rasa.  Sehingga Agni hanya bisa pasrah di tempatnya, sembari memejamkan kedua matanya. Bersiap menerima serangan dari wanita itu.

Namun, hingga beberapa menit Agni tidak merasakan apapun. Merasa ada yang tidak beres Agni segera membuka kedua matanya. Dan ia di kejutkan dengan keadaan wanita itu, yang di mana kedua tangannya tengah di tahan oleh dua orang berbadan besar dan berwajah sangar.

Di lihat dari tampilan mereka, sepertinya orang-orang ini adalah pengawal pribadi dari orang ternama. Terlihat dari seragam hitam yang mereka kenakan dan ada bordiran huruf ‘A’ capital, di dada bagian kanan pakaian mereka. 

Saat Agni tengah memperhatikan pria pria berbadan kekar itu, salah seorang dari antara mereka yang terlihat seperti pemimpin berjalan kehadapan Agni. Kemudian membungkuk hormat, sembari meminta maaf atas kelalaian mereka.

Agni mengerutkan kening. Tidak paham dengan apa yang terjadi. Siapa mereka, kenapa meminta maaf kepadanya karena lalai?

Namun sebelum ia dapat bertanya lebih lanjut, mereka telah pergi sembari menyeret wanita tambun itu. Wanita itu terus saja berteriak minta dilepaskan, namum tidak di gubris oleh pria pria kekar itu. 

....

“Mbak kenal sama mereka?” Tanya Rara, salah satu karyawan Agni. Agni yang masih sedikit linglung hanya menggeleng. 

“Tapi kok mereka terlihat sangat menghormati, mbak?” Rara yang belum puas kembali bertanya.

“Saya juga tidak tau, Ra. Jangankan kamu, saya saja masi bingung dari mana mereka berasal,” Ucap Agni pada Rara. 

Rara yang melihat atasannya itu terlihat masih syok, mencoba menahan rasa keingintahuannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Pengawalnya samudera
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kesempatan Kedua   Terima Kasih

    Hari berlalu dengan cepat. Tak terasa lima tahun telah berlalu. Putri kecil yang dulu selalu di timang, kini beranjak menjadi gadis kecil yang cantik dan sangat ceria.Kepribadian kedua anak Samudera dan Agni sangat bertolak belakang. Jika Aska sang kakak bersikap dingin dan tidak banyak omong. Maka sang adik Lillian justru sebaliknya. Gadis kecil itu selalu ceria, bahkan mereka sampai menjulukinya little Sunshine.Karena dimana pun ia berada, Lillian selalu menjadi sumber keceriaan, kehangatan dan kebahagiaan.Oh, harus di garis bawahi. Lillian akan sehangat matahari kecil, bagi mereka yang bersikap baik pada keluarganya, tapi akan sebaliknya bagi mereka yang bersikap buruk apalagi yang sengaja ingin menghancurkan keluarganya.Seperti sekarang ini. Samudera yang sangat memanjakan putri kecilnya, sering membawa Lillian ke Kantor. Selain karena tidak bisa jauh dari si kecil, Samudera juga ingin memberikan waktu istirahat pada Agni. Mengingat keaktifan Lill

  • Kesempatan Kedua   Lillian

    Samudera berlari di sepanjang koridor Rumah Sakit, dengan diikuti Jona, Rein serta Sherly. Mereka sedang rapat, saat Lautan meneleponnya mengabarkan keadaan Agni.Ternyata tanpa ia sadari, Agni sudah merasa sakit perut sejak subuh, tetapi ditahan sendiri olehnya karena tidak ingin merepotkan orang-orang. Samudera berlari sembari menyekah sudut matanya. Ia merasa menjadi suami paling bodoh yang tidak peka dengan keadaan istrinya.Saat sampai di depan ruang bersalin, Samudera langsung menghampiri Lautan. “Bagaimana keadaan Agni, Yah?”“Dia baik-baik saja, sebaiknya kamu masuk. Sejak tadi dokter terus mencarimu.”Tepat saat Lautan mengatakan hal itu, pintu ruang bersalin terbuka. “Pak Samudera?” Panggil suster.“Saya.”Suster itu tersenyum tipis. “Syukurlah Anda sudah datang. Mari ikut, Saya.”Samudera mengikuti langkah sang Suster.Sepeninggal Samudera, semua orang masih

  • Kesempatan Kedua   Harus Lebih Tahu Diri

    Tempat pemakaman umum itu terlihat sepi. Ya, kalau ramai namanya pasar. Hehehe Agni dan Samudera saat ini tengah berada di makam kedua orang tua Agni serta ibunda Samudera. Diusia kandungannya yang memasuki 7 bulan, Agni memang berkeinginan untuk mengunjungi makam orang tersayang mereka. Selagi masih bisa ‘kan, karena ia yakin kedepannya pasti mereka akan lebih sibuk lagi mempersiapkan kelahiran. Apalagi nanti saat si kecil sudah lahir. Perhatian mereka pastilah untuk kedua anak mereka. Karena itulah, selagi masih ada waktu seperti sekarang. Lebih baik dimanfaatkan untuk see Hay dengan para orangtua. Agni meletakkan sebuket tulip orange di atas makam ibunya. Ia lalu bersimpuh di depan makam kedua orang tuanya, dan berdoa dengan khusyuk. Hal yang sama juga dilakukan oleh Samudera dan Aska. “Halo Ayah, Bunda, aku kembali. Terakhir kali aku datang, dengan perasaan yang hancur. Waktu itu aku bersimpuh dan menangis sendirian di sini.” Agni menarik

  • Kesempatan Kedua   Masih Ada Waktu

    Setelah mengeluarkan isi perutnya, Agni terduduk lemas di sofa ruangan Samudera. Ia sedikit mengerutkan keningnya, saat tidak sengaja menduduki sesuatu. Dan saat melihat benda itu, Agni membelalakkan matanya.“Siapa yang baru datang kemari, Kak?”“Jona, Reinhart? Hanya mereka.”Agni menggeleng. “Perempuan.”“Flora?” Samudera mengangkat sebelah alisnya.“Ck, bukan Bella??” Tuding Agni sembari melipat tangannya di depan dada.“Ada apa?” tanya Sam tanpa daya.“Jawab, kak... Apa Bella berusan kesini?”Samudera memijat pelipisnya. “Ya. Dia baru saja kemari,” jawab Sam sembari menatap Istri cantiknya. “Perusahaan mereka ingin mengajukan kerjasama. Dan dia yang di tunjuk sebagai perwakilan,” jelas Samudera.“Hmm... Pantas saja.”“Ada apa?” Samudera menghampiri Agni, lalu membawanya dalam pel

  • Kesempatan Kedua   Bau Bangkai

    Namun, suara dari luar berhasil menghentikan aksi gila Mario. Mereka berdua sama-sama terkejut dibuatnya.“Rio!?”Sherly mengembuskan napas lega, berpikir kalau Rio akan berhenti. Nyatanya tidak. Pria itu tetap melanjutkan aksinya.“Rio!?”Barulah saat panggilan kedua, pria itu mengehentikan tindakannya. Ia lalu mengumpat pelan. Kemudian keluar dari paviliun. “Urusan kita belum selesai,” ucapnya. Lalu benar-benar keluar.Setelah bayangan Rio menghilang, kaki Sherly langsung lemas seperti jelly, ia sampai terduduk di lantai.Dia Lalu mengusap pelan dada-nya, sembari bergumam. “Selamat, selamat. Hampir aja, bibir gue nggak perawan lagi.”Dari dalam paviliun, Sherly bisa mendengar percakapan mereka. Ternyata yang memanggil Rio adalah Reinhart. Pria itu mengatakan kalau Rio tengah di cari oleh Samudera. Rio terdengar menolak, tetapi Reinhart menegaskan kalau ini penting. Dan harus sekarang.

  • Kesempatan Kedua   Kelinci Kecil

    Mobil Samudera perlahan memasuki pekarangan rumah. Setelah tadi mereka singgah di pasar tradisional untuk membeli bahan-bahan Ketam Cili pesanan Agni.Kepulangan mereka di sambut oleh Lautan dan Mayang, si kembar serta Aska, yang tengah menunggu mereka di teras.Mayang yang melihat Samudera menuntun Agni, bergegas menjemput menantunya itu. “Kalian dari mana, Sayang?” Tanya Mayang.Namun, ia langsung mendapatkan jawabannya, saat melihat Reinhart membuka bagasi dan mengeluarkan belanjaan.“Kalian ingin masak?” Tanya Mayang lagi. Dan kali ini Agni mengangguk cepat.“Iya, Ma. Kita mau masak kepiting pedas,” ucap Agni, sembari menelan ludahnya. Baru menyebut namanya saja, sudah membuatnya lapar.Tingkah Agni berhasil membuat mereka semua tertawa. Terkecuali Rio, yang justru tengah menahan geram karena melihat Reinhart memegang pinggang Sherly. Padahal kenyataannya Sherly hampir jatuh, dan Reinhart sigap menahan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status