Setelah dua tahun berlalu. Sean memasuki ruangan bawah tanah. Berjalan di koridor yang tak pernah dijelajahi siapapun selain dirinya seorang. Menuju suatu titik di mana ia bisa mendapati dan melihat musuh bebuyutannya yang selama lima tahun ini telah mainkan seperti boneka.Sean menghentikan langkahnya. Ia menatap ke seorang laki-laki tua dengan kaki sebelah kanannya di rantai.Sean sengaja merantai kedua kaki laki-laki itu supaya laki-laki itu tidak bisa pergi dari ruangan itu. Dan kalaupun memang rantai itu lepas, pintu ruangan itu terbuat dari sebuah pintu brankas yang tak akan bisa ditembus oleh senjata tajam atau apapun itu."Bagaimana kondisimu, Beck?" tanya Sean dengan senyuman puas."Benar-benar gila," balas Beck menatap Sean dengan penuh kebencian."Jangan salahkan aku. Kamu dulu yang memulai peperangan. Aku hanya ingin membalas apa yang sudah kamu mulai. Dan sekarang, kamu harus menikmati kekalahanmu. Penyiksaan yang aku berikan
Yang Walter lakukan hanyalah berada di rumah dan menatap layar laptop, namun entah mengapa Walter merasa sangat lelah. Jenuh. Dan merasa tidak nyaman.Hingga pada akhirnya, Walter mendapatkan pesan dari Sean. Sahabatnya itu meminta Walter untuk datang ke sebuah restoran kecil yang selalu mereka kunjungi saat mereka masih menjadi mahasiswa.Dan di sinilah mereka berdua sekarang. Restoran shusi yang tidak terlalu besar dan hanya ada sedikit pengunjung. "Mari kembali ke Korea," ujar Sean menghancurkan suasana hening di antara mereka."Pergilah jika memang ingin pergi. Bawa Rias bersamamu," balas Walter menatap gelasnya yang berisikan Soju."Bukankah kita harus kembali bersama? Akan sangat merepotkan jika seandainya aku harus mengurus segala perusahaan yang ada seorang diri. Dan semua orang sudah mengenalmu sebagai pewaris Ephraim. Jika aku muncul, maka akan ada banyak sekali pertanyaan. Semuanya akan berbalik dan kita dalam bahaya," keluh Sean."Bukankah sudah selesai? Beck juga sudah d
Setelah menyusui dan memastikan Yuna tertidur lelap di atas kasur, Alicia mengalihkan pandangannya ke arah suaminya yang sedang duduk di atas kursi kayu sembari menatap ke arah laptopnya.Memang benar bahwa kesepakatan antara Walter dan Sean sudah selesai. Namun pekerjaan mereka belum selesai. Walter masih harus mengurus beberapa hal terkait urusan bisnis. Dan saat itu semua selesai, baru Walter bisa melepaskan tangannya dari seluruh perusahaan yang bergerak dengan nama Ephraim.Alicia melangkahkan kakinya mendekat ke arah Walter yang masih duduk menghadap ke meja. Suaminya itu terlihat begitu pusing dengan segala pekerjaan yang sudah menumpuk beberapa hari. "Sepertinya ada yang harus kita bicarakan," ujar Alicia saat sudah berada di sisi Walter.Walter menutup layar laptopnya. Menghentikan sejenak segala urusan pekerjaannya. Dan mulai memberanikan diri untuk menghadapi masalah yang ada. Permasalahan rumah tangga. "Bukankah Sean sudah memintamu untuk kembali padanya?" tanya Walter m
Alicia bangun dari tidurnya. Entah mengapa, malam ini Alicia tidur dengan sangat nyaman. Tidak ada suara tangisan Yuna yang sebelum-sebelumnya selalu terbangun dan menangis di tengah malam. Secara fisik, Alicia tidak terlalu lelah merawat Yuna. Karena Rias selalu berada di sisinya dan mengambil tugasnya saat Alicia merasa bahwa tubuhnya membutuhkan istirahat.Namun Alicia sadar bahwa Rias tidak akan lagi berada di sisinya. Rias akan pergi. Dan mungkin dalam kondisi sekarang, Alicia akan mengurus Yuna seorang diri. Mengingat Walter sama sekali belum memberikan Alicia ruang untuk kembali ke dalam kehidupan laki-laki itu.Saat Alicia bangkit dari posisinya dan perasaannya panik saat melihat tidak ada Yuna di sisinya. Alicia sangat ingat bahwa ia membaringkan Yuna tepat di sampingnya. Sisi tepi kasur pun sudah ia berikan pembatas menggunakan bantal sehingga tidak mungkin Yuna jatuh ke bawah. Kalaupun jatuh maka sudah bisa dipastikan bayi kecil itu akan menangis. Yang menandakan bahwa Yun
Pada awalnya, Walter hanya berniat untuk melihat sebentar gedung universitas tempatnya berkuliah dulu. Walter sengaja datang saat malam supaya tidak banyak orang berlalu lalang sehingga ia bisa diam sembari menikmati segala kenangan masa lalu yang akan memenuhi otaknya saat ia memandang gedung tempatnya belajar dulu.Namun sepertinya memang semuanya tak bisa berjalan sesuai dengan keinginan Walter. Yang tadinya Walter ingin menikmati waktunya sendiri malam ini, ada seorang perempuan yang datang entah dari mana dan duduk di sampingnya. Seorang perempuan yang sudah lama bersahabat dengannya. Rias. Mereka berdua duduk bersampingan sembari menatap ke arah gedung universitas. Dan sesekali, Walter memandang ke arah sekitar untuk memastikan bahwa kondisi di sana memang benar-benar untuk mereka."Terima kasih," ujar Rias memecahkan keheningan yang ada di antara mereka."Aku tidak melakukan apapun," balas Walter."Sean sudah memberitahuku. Tapi bukankah ini terlalu tidak adil untukmu? Membunu
Acara duka. Mungkin itulah kalimat yang bisa digunakan untuk saat ini. Kematian dari Alfred, ayah dari Walter membuat Sean, Rias, dan Alicia datang ke Filandia. Tentu saja, Alicia membawa Yuna bersamanya. Karena anaknya itu masih berumur belum lebih dari dua minggu dan masih membutuhkan ASI.Untuk pertama kalinya dalam hidup Alicia, ia melihat lingkungan keluarga suaminya. Ketat dan penuh dengan penjagaan. Di setiap langkahnya, Alicia melihat ada banyak orang yang mengawasinya. Tentu saja Alicia tau bahwa orang-orang itu melihatnya bukan karena niatan buruk. Namun untuk menjaganya. Berjaga-jaga jika ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi padanya.Alicia masih belum mengetahui tentang latar belakang orang-orang itu. Namun jika menilai dari tampilannya, Alicia percaya bahwa orang-orang itu bukanlah rakyat yang patuh atas peraturan negara. Preman? Atau lebih buruk.Sampai pada akhirnya Alicia melangkah dan ia tidak sengaja bertemu dengan seorang laki-laki. Seingat Alicia, laki-laki it