LOGINRahayu berusaha menerima pernikahan kedua yang dibuat suaminya, dia bahkan rela pergi saat suami yang dia cintai mengusirnya. Namun, tak lama kemudian tersiar kabar buruk menimpa suami dan madunya. Suaminya lumpuh, madunya pergi entah kemana. Keluarga suaminya datang menghiba agar dia kembali, bahkan meminta dia sukarela mengasuh anak dari madunya. Bagaimana keputusan berat ini diambil Rahayu, mengingat tentang perlakuan buruk keluarga suaminya? Pembalasan apa yang harus Rahayu lakukan untuk mereka yang sudah merebut kebahagiaannya?
View MoreSuasana duka masih terasa menyelimuti. Rahayu benar benar kehilangan sosok suami yang sebenar-benarnya. Bertahun tahun dia menemani suami. Dari nol sampai bangkit, lalu terpuruk sampai sukses lagi. Nyatanya, usia suaminya tak sampai melihat anak anaknya sukses dan berkeluarga. Rahayu hanya bisa berdoa, suatu hari ini anak anaknya bisa meneruskan usaha yang suaminya tinggalkan.“Arya sudah nggak ada, otomatis usaha dia nggak bisa dibiarkan begitu saja. Ibu akan ambil alih semuanya, biar kamu bisa fokus sama Kaisar dan sekolahnya,” ucap Sekar. Sekar ibunya Arya, tapi dia terlihat biasa saja. Tangis hanya keluar di hari pertama kematian sang anak. Setelah itu, dia memasang wajah sinis seolah Rahayu adalah penyebab kematian anaknya.“Memang Ibu tahu di mana saja tempat kerjanya Mas Arya?” tanya Kartika sedikit meremehkan ibunya, bagaimanapun dia juga ingin menguasai semuanya.“Kaisar kan ada. Dia bisa tunjukan mana mana saja yang dijadikan bisnis ayahnya. Lagian, dia bukan anak anak lag
“Kamu hebat, Ken. Satu surat lagi, kamu hafal juz tambahan dengan sempurna. Ustadz senang mendengarnya,” ucap Ustad Mulki selepas Kenzi setoran hafalan malam itu.“Makasih, Ustadzh. Ini semua berkat doa ustadz, dan Kenzi akan berjuang buat satu juz lagi deh tahun ini.”“Iya, Ken. Hanya kamu, santri tahun ajaran ini yang bisa menghafal Alquran 20 juz dalam waktu hampir dua tahun.”“Padahal yang lain sudah khatam, Ken malah baru 20 ya, Ustad,” kekeh Kenzi yang menyadari, dia tak sepandai temannya dalam menghafal. Namun, dia berusaha untuk terlihat bisa.Kenzi mengucap hamdalah. Tentu karena memang dia bertekad menghafal untuk memberikan mahkota untuk orang tuanya. Dua tahun bukan waktu yang sebentar untuk dia menyelesaikan jadi santri kebanggaan sang ayah. Ya, awalnya terpaksa tapi sekarang dia senang berada di tempat ini. Ditambah, dia mendapatkan banyak limpahan kasih sayang dari pada Ustad di sana. Termasuk pendiri pondoknya.Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya. Kenzi menat
Lorong UGD Rumah Sakit Sentosa dipenuhi aroma obat dan suara langkah tergesa. Rahayu hampir tak bisa bernapas saat tiba di sana. Nafasnya memburu, dadanya naik turun menahan tangis yang hampir pecah sejak dia turun dari mobil ojek yang membawanya ke rumah sakit.Perawat yang dia temui di depan ruang UGD mengangguk pelan saat nama Arya disebut. “Tunggu di sini dulu ya, Bu. Dokter masih di dalam.”“Bagaimana keadaannya?” tanya Rahayu dengan suara bergetar, air matanya sudah tumpah sejak dari perjalanan.Perawat itu hanya diam. Rahayu tahu, diam adalah jawaban paling mengerikan.Lalu datanglah dokter, seorang pria paruh baya dengan keringat di pelipisnya, seolah dia baru saja berjuang menahan kehidupan seseorang yang tergelincir dari garis takdir.“Ibu Rahayu?”“Iya, Dok. Suami saya... Arya... bagaimana keadaannya?”Dokter itu menatapnya dengan pandangan iba. “Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, Bu. Tapi… luka di bagian kepala terlalu parah. Ada pendarahan hebat di otak. Arya kehilan
Rahayu terduduk lemas di sisi tempat tidur, menatap kosong ke arah kartu nama yang tergeletak di lantai. Nama yang tertera di sana seolah menampar wajahnya berkali-kali—Paramita..Bibirnya bergetar saat mengucap nama itu lagi, kali ini dengan jelas, “Paramita...”Orang yang selama ini menjadi bayang-bayang masa lalu suaminya. Perempuan yang dulu hampir meruntuhkan rumah tangga mereka. Yang katanya sudah pergi, sudah menghilang, dan tak lagi mengganggu. Tapi sekarang?Dia menggenggam cek yang ada di samping kartu nama itu. Jumlahnya memang belum tertulis dan masih kosong. Terlalu cepat jika dia berpikir, suaminya memberikan itu pada Paramita. Atas dasar apa?. Matanya menyusuri kolom tanda tangan. Dan di sana—terpampang jelas: Paramita, salah satu orang penting yang jabatannya ada di PT Daya Guna Muda. Perusahaan fashion yang sudah terkenal di mana mana.Tangannya gemetar. Bukan karena nilai ceknya, tapi karena nama itu lagi-lagi muncul dalam hidup mereka. Mengapa harus Paramita? Kenap
“Nggak bilang mau lembur sampai malam begini, Mas. Apa kerjaan gak bisa ditunda buat besok?” tanya Rahayu yang sedih melihat suaminya pulang jam 11 malam.“Aku ini sedang merintis usaha baru, Dek. Banyak sekali tantangannya dan kalau aku malas malasan, gimana mau maju? Semua ini untuk anak anak. Kamu juga. Biar kamu dan Ibumu di kampung bisa tetap makan dan memenuhi kebutuhan hidup.”“Tapi kalau begini terus, lama lama bisa sakit nanti.”“Doakan saja supaya panjang umur dan selalu sehat.”Rahayu menatap wajah suaminya yang kelelahan. Matanya merah, pundaknya terlihat berat memikul beban yang tak tampak. Ia ingin marah, ingin memeluk, tapi semuanya tertahan di tenggorokan. Yang keluar hanya desahan pelan yang mengandung kecewa.“Mas Arya,” ucapnya pelan. “Aku bukan melarang kerja. Aku tahu Mas sedang berjuang. Tapi kalau pulang selalu tengah malam, kebersamaan kita bareng pun jadi langka. Kaisar sampai nanya, ‘Ayah kok sekarang selalu pulang malam?’”Arya membuka sepatu dengan gerakan
Waktu terus bergulir. Rahayu hanya bisa menatap tumpukan baju Kenzi yang tersisa di rumah jika rindu dengan Kenzi. Arya tak memberinya izin bertemu jika bukan sedang libur sekolah. Alasanya, takut Knezi tak betah dan minta ikut pulang.Sebagai ibu dia merasa kasihan. Dia kepikiran bagaimana jika Kenzi di sana butuh sesuatu atau rindu keluarga. Meski Arya bilang kebutuhan sudah semua dikirimkan, tetap saja Rahayu merasa iba.“Mas, apa nggak sebaiknya semester ini aku ikut menjenguk Kenzi?” tanya Rahayu.“Buat apa? Sudahlah, gak usah aneh aneh. Dia malah jadi gak betah kalau liat kamu. Kamu fokus sama ngurus Ibu dan Kaisar, aku mau kerja.”Sikap Arya kembali dingin. Meski Rahayu berusaha berpikir, mungkin karena sekarang usahanya sedang jaya. Sehingga banyak waktu yang tersisa di luar sana untuk bekerja. Arya membuka beberapa usaha. Dia bahkan mengembangkan usaha Wira yang tadinya digarap bersama dengan istri kedua ibunya–Neneng. Selepas ayahnya meninggal, Neneng pun tak mau ambil pusi






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments