Share

17. Sweet Moments

Karena Amir juga merasa, Ina telah menjahilinya—membuat ia mendadak juga memiliki sebuah ide. Tanpa aba-aba Amir menggelitiki Ina membuat istrinya itu tertawa terbahak.

“Ih geli, ai! Berhenti, nggak!” serunya masih dengan tawa yang berderai.

“Ampun nggak?” tanya Amir, “abisnya iseng banget sih.”

“Yakan aku iseng juga karena kamu.” Ina masih saja tertawa, “u-udah ai, ampun,” lanjutnya lagi dengan terbata.

Amir menghentikan gelitikannya, lalu memilih merapatkan tubuhnya pada tubuh istrinya dengan memeluk mesra dari belakang. “Ai,” panggilnya.

“Hmmm?” tanya Ina bergumam.

“Aku cinta kamu!” kata Amir dengan ringan penuh kelembutan.

Ina tersenyum dalam diamnya. “Aku juga cinta kamu. Cinta ... cinta banget malah!” balasnya.

“Janji yah kita harus selalu bersama, sampai maut memisahkan?” tanya Amir.

“Tumben tanya gitu?” kata Ina menoleh.

“Pengen aja,” balas Amir tersenyum simpul.

Ina mengangguk. “Apa pun itu aku percaya, kamu adalah jodohku. Suami aku, pelengkap hidup aku.”

“Tau apa ketakuta
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status