Cinta menyesal tidak menghabiskan makan paginya, gadis itu merasa telah kualat karena membuang makanannya tadi pagi. Kini dia harus menahan lapar karena di jam makan siangnya, Damar melakukan rapat secara mendadak. Siang ini Damar mengumpulkan beberapa kepala bagian di ruang rapat. Seperti biasa, untuk bagian desain meskipun bukan kepala bagian tetapi Cinta tetap ikut untuk rapat.Cinta menyibukkan diri dengan kertas yang ada di depannya dengan coretan-coretan yang random dan tidak jelas. Sungguh tidak nyaman harus terjebak dalam situasi yang mengingatkan pada masa lalu saat masih bersama dengan Damar. Berulang kali Cinta harus menghela napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya saat tanpa sengaja harus saling menatap dengan Damar.Belum lagi saat Cinta harus beradu pandang dengan Tegar, pria dari Solo itu sedari tadi menatap ke arah Cinta. Bukan tatapan meremehkan, tetapi dari tatapan mata itu ada kesan jika Tegar ingin mengungkapkan jika Cinta tidak akan bisa menghalangi apa yang m
Durjana.Hanya sebutan itu yang terlintas di pikiran Cinta untuk menggambarkan sosok Tegar. Memang apa yang baru saja terjadi tidak luput dari tindakan Cinta yang terlalu sembrono hingga membuat dirinya terjebak berada di dalam toilet bersama Tegar. Cinta merutuk dirinya yang terlalu naif menilai Tegar, seolah melupakan apa yang telah terjadi antara Tegar dengan Aura, hingga adiknya itu mengandung.Cinta hanya bisa mengumpat dalam hati sambil melangkah meninggalkan Tegar. Beruntung Bella datang tepat waktu menyelematkan Cinta, hingga akhirnya bisa terbebas dari Tegar.“Itu karyawan baru?” tanya Bella sambil berbisik.“Ya,” jawab Cinta dengan singkat karena masih tertekan oleh perbuatan Tegar.“Cakep,” ucap Bella sambil menoleh ke belakang untuk melihat Tegar yang masih berdiri di depan pintu.Cinta hanya menggelengkan kepalanya mendengar sahabatnya yang sepertinya tertarik kepada Tegar. Seandainya Bella mengetahui siapa Tegar yang sebenarnya, mungkin dia akan merasakan jijik dan muak
Tatapan mata Damar seakan tidak sudi untuk berpindah, dilihatnya dengan saksama inchi demi inchi wajah Cinta. Jika dahulu bersama dengan Cinta adalah suatu hal yang biasa terjadi, tetapi untuk saat ini hal itu adalah seuah kesempatan yang sangat langka bagi Damar. Dan untuk saat ini Damar tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Suara Cinta yang sedang memberikan penjelasan kepada Tegar terdengar mendayu-dayu layaknya lagu nina bobo yang merdu.“Sanjaya juga menerima proyek untuk desain interior?” tanya Tegar saat melihat desain untuk sebuah kafe.“Ya, selain memproduksi masal beberapa desain unggulan, kita juga melayani customer yang memesan desain khusus. Biasanya itu kafe, resto, kantor, ada juga rumah pribadi. Dan itu adalah salah satu keahlian Cinta, karena dia lulusan desain interior,” terang Damar, sambil menyisipkan pujian untuk mantan kekasih yang berstatus sebagai kakak ipar.“Untuk bahan baku, kita memang menyesuaikan dengan target pasar dan permintaan customer. Untu
@Cinta[Pulang terlambat, masih ada urusan pekerjaan. Ibu makan dulu saja.]Cinta mengirim pesan kepada Utari agar tidak cemas menunggu kedatangannya. Menjaga suasana hati sang ibu agar selalu tenang dan bahagia adalah salah satu cara yang Cinta yakini bisa membuat ibunya tetap sehat dan bisa bertahan hidup lebih lama.Jika dibilang terpaksa, sebenarnya tidak ada yang memaksa Cinta untuk turut serta ke rumah Keluarga Sanjaya. Tetapi Cinta memaksa dirinya sendiri untuk tetap bersama dengan dua pria yang telah menjalin hubungan dengan adiknya. Cinta hanya ingin menepati janjinya kepada sang ibu untuk selalu menjaga Aura, dia hanya ingin memastikan jika Aura dalam keadaan yang baik-baik saja setelah bertemu dengan Tegar.Selama perjalanan menuju ke rumah Keluarga Sanjaya, terdengar obrolan ringan antara Tegar dan Damar. Di seat depan tampak Damar yang sedang mengemudi mobil dan Tegar duduk di sampingnya. Seolah tiada habis bahan yang mereka perbincangkan meskipun random dan berganti-gant
“Kau ….” Hesti menggantungkan ucapannya, amarah jelas terlihat saat melihat Tegar berdiri di hadapannya. “Bagaimana dia bisa ada di sini?” tanya Hesti dengan sorot mata tajam yang membidik ke arah Tegar.“Saya yang mengajaknya ke sini, Ma!” jawab Damar dengan jujur, karena merasa tidak ada yang perlu untuk ditutupi lagi.“Siapa yang menyuruhmu membawa anak haram itu datang ke rumah kita?” tanya Hesti sambil berteriak hingga memperlihatkan urat-urat lehernya.“Ma!” sergah Damar sambil mengalihkan pandangan ke arah Cinta, seolah memberi kode kepada Hesti jika ada orang lain yang sedang mendengarkan pembicaraan mereka saat ini.“Siapa yang menyuruhmu membawa anak haram itu datang ke rumah kita?” Seolah tidak mempedulikan kode dari Damar, Hesti justru mengulangi lagi pertanyaannya.“Tidak ada, Ma! Itu murni inisiatif saya sendiri, karena saya membutuhkan bantuannya di Sanjaya.”Damar sudah menduga jika kehadiran Tegar akan mendapat penolakan dari Hesti, sehingga sejak awal dia sudah mempe
Di sebuah ruang tidur yang mewah, tampak Aura sedang rebahan sambil memainkan ponselnya, hingga dia tidak mengetahui apa pun yang sedang terjadi di rumah tempat dia tinggal. Menghabiskan waktu berchatting ria dengan teman onlinenya dan menonton web series terbaru menjadi kegiatan Aura setelah menikah dengan Damar.Sebagai suami, Damar memberi kebebasan kepada Aura untuk melakukan apa pun yang dia inginkan, tanpa pernah menegur atau memberi larangan kepada sang istri. Bahkan Damar memberikan ATM dan juga kartu kredit kepada Aura untuk memenuhi segala kebutuhannya, asalkan Aura tidak mengganggu hidupnya lagi. Ya, dengan kata lain Damar tidak peduli dengan apa pun yang dilakukan oleh Aura.Jenuh dan bosan pun sering menghinggapi Aura kala tidak ada yang mempedulikan dirinya. Seperti apa yang menjadi tujuan awal Aura, hanya kemewahan yang Aura dapatkan dari pernikahannya dengan Damar. Pernikahan yang harus Aura jalani, sebuah pernikahan tanpa cinta dari sosok yang bergelar suami, dan tan
“Aku tidak apa-apa,” lirih Aura berucap setelah siuman dari pingsannya sambil membuang muka karena merasa bingung harus berbuat apa saat menghadapi Tegar nanti. “Istirahatlah! Kakak pulang dulu, kasihan ibu sendiri di rumah,” ucap Cinta sambil merapikan selimut yang menutupi tubuh Aura. “Jaga dirimu baik-baik!” lanjut Cinta sebelum mulai melangkahkan kakinya. “Kak!” panggil Aura dengan meraih tangan sang kakak. “Bantu aku, Kak!” pinta Aura dengan lelehan air mata yang mulai membasahi pipinya. “Apa kau bahagia menjadi istri Damar?” tanya Cinta dengan menatap tajam mata Aura. Masih lekat dalam ingatan Cinta bagaimana Hesti menghina Aura di depan matanya. Bahkan sebagai seorang suami, Damar tidak membelanya sama sekali. “Ya,” jawab singkat Aura dengan kepala yang tertunduk. Dalam hal cinta dan kasih sayang, tentu Aura merasa tidak bahagia, tetapi kemewahan dan harta benda yang sangat mudah dia dapatkan seolah menutup semua kekurangan tersebut. Cinta menghembuskan
“Kau tidak apa-apa?”Tegar menatap Cinta yang terdiam dengan pandangan lurus ke depan, napasnya tidak beraturan karena kaget saat mobil yang mereka tumpangi hampir menabrak mobil yang berada di depannya.Tegar memukul kemudi dengan keras, dia menyadari kesalahannya yang kurang berhati-hati saat mengemudi. Pengalaman pertama mengemudi di kota besar, Tegar langsung membawa sebuah mobil merah yang pijakan gasnya tidak seberat truck engkel yang biasa dia bawa untuk mengantarkan mebel-mebel kepada pelanggan.Mungkin karena sudah mengenal kota Solo sehingga Tegar bisa mencari jalur alternative untuk mencapai tujuannya dengan lebih cepat. Sedangkan dalam perjalanan kali ini Tegar hanya mengandalkan sebuah aplikasi penunjuk jalan yang ada di ponselnya. Hingga saat tiba-tiba jalanan macet Tegar pun langsung menjadi bingung.“Maaf,” ucap Cinta dengan suara yang nyaris tidak terdengar.Kakak kandung Aura itu pun merasa bersalah karena menyudutkan Tegar, dan dia menduga hal itulah yang membuat Te