“Tenanglah Do, kita sedang menghadapi seorang perempuan. Jangan kotori harga diri laki-lakimu dengan membentaknya,” ujar Alex menenangkan Faldo. Bagi Alex menyakiti seorang wanita adalah haram hukumnya. Meskipun wanita itu menyebalkan.
“Aku hanya kesal saja dengannya. Situasi seperti ini membuatku mudah terpancing,” Faldo adalah tipe orang yang tidak bisa menahan emosi. Mau dia seorang wanita, Faldo dengan tega akan membentaknya.
“Melia, sebetulnya bukti terkuat ada di tangan ayah kamu. Dalam bukti itu terdapat bukti CCTV ketika Alex memutus rem mobil om Hary. CCTV lainnya menampilkan pertemuan Alex dengan ayah kamu ketika di kantor. Dan ada bukti lain mengenai dokumen asli kerja sama antar perusahaan yang mengakibatkan om Hary di tuduh korupsi,” jelas Arka pada Melia. Melia mendengarkan penjelasan itu dengan baik. Melia mencoba menelaah setiap kalimat yang Arka utarakan.
“Bukti terkuat itu sangat sulit untuk kita
Seorang wanita berparas cantik mengenakan dress navy selulut dengan balutan blazer berwarna senada sedang berjalan memasuki gedung berlantai tiga puluh satu milik perusahaan City Grup. Senyum manis itu menyapa karyawan dengan ramahnya. Wanita berkulit putih itu memasuki lift dan menekan angka dua puluh delapan. Tingg … Terdengar bunyi berdenting, yang menandakan pintu lift terbuka. Setelah pintu terbuka wanita itu berjalan santai menuju ruang Manager. Kemudian dia membuka pintu lalu menuju meja kerja dan meletakkan tas miliknya. Ruangan yang luas dan nyaman itu menjadi tempat kerjanya untuk mengeluarkan ide briliant. Wanita cerdas dan ulet itu saat ini menduduki posisi Manager di perusahaan tersebut. Jejak karir yang cermelang di usianya yang masih dua puluh lima tahun. “Banyak juga dokumen yang harus aku cek hari ini.” gumam Dila sambil menatap beberapa dokumen di mejanya. Wanita itu lalu
Saat itu perwakilan dari PT. Mahendra Sejahtera sedang menjelaskan poin demi poin kerjasama dengan amat meyakinkan dan terperinci. Mereka menjelaskan dengan rapi dan apik, penjelasan yang menurut Dila sangat baik dan mampu membuat orang tidak berfikir lama untuk menyetujui kerjassama itu. Namun Dila sangat mengerti tentang nasib perusaahan itu, sebelum berangkat metting, Dila mencari tahu informasi permasalahan yang di hadapi perusahaan tersebut. “Apa yang membuat kalian begitu yakin jika kami mau berkerjasama dengan perusahaan kalian. Sedangkan yang saya tahu perusahaan kalian saat ini sedang mengalami penurunan baik itu produksi, pelayanan dll," "Bahkan saat ini perusahaan PT. Mahendra Sejahtera sedang di landa hutang yang besar dan bahkan rumornya ada kasus korupsi yang melanda. Sehingga banyak investor yang membatalkan kontrak sampai banyak karyawaan perusahaan yang di PHK.” Ucap Dila menjelaskan dengan gamblang tentang perusahaan it
Setelah tiket pesawat sudah di pesan, kini giliran untuk beres-beres barang yang akan di bawa. Dua koper berwarna hitam dan abu telah selesai di isi baju, oleh-oleh yang kemarin sempat ia beli dan beberapa dokumen. Jam menunjukan pukul 11.00 dan jadwal pesawatnya terbang pukul 21.00 waktu Inggris. Disisa waktunya dia gunakan di luar apartemen untuk menikmati suasana Inggris sebelum dia pulang. Suasana kota Inggris dengan semilir angin yang menerpa wajah tampan dan hidung mancungnya, membuat dia betah menikmatinya. Berat ia rasa saat akan meninggalkan Inggris setelah empat tahun berada di kota itu, namun kehidupan terus berjalan dan Arka harus menjalani kehidupan setelahnya. Tak terasa langit berubah menjadi gelap yang menandakan waktu malam tiba. Semakin larut pengunjung yang datang semakin ramai, membuat pria tinggi itu meninggalkan tempat dan memilih pulang untuk bersiap berangkat ke bandara.
Sebuah mobil Civic berwarna putih baru saja memasuki area parkiran kantor City Grup, pintu sisi pengemudi sebelah kanan terbuka dan Dila terlihat keluar dalam mobil tersebut dan di susul Heni. Heni yang merasa aneh dengan Dila karena sedari tadi hanya diam, ia mencoba bertanya dengannya apa masalah yang terjadi. “Dil kamu kenapa, muka di tekuk gitu abis metting?” ucap Heni penasaran. Mendengar pertanyaan Heni, Dila menghembuskan napas kasar. “Aku tidak mood Hen, habis bertemu dengan Melia tadi,” jawab Dila lesu. “Memangnya kenapa dengan dia?” tanya Heni penasaran. “Nanti ya aku ceritain kalau moodku sudah pulih,” jawab Dila yang terlihat tak bersemangat. “Oke deh kalau begitu.” Jawab Heni mengerti. Dila dan Heni melangkahkan kakinya menuju lift menuju lantai dua puluh delapan. Mereka kembali ke kantor setelah metting dengan PT. Mahendra Sejahtera
Jam menunjukkan angka 08.00 WIB yang bearti tes beasiswa pun di mulai. Semua siswa masuk ke dalam kelas dengan rapi. Soal dan lembar jawab siap untuk di bagi. Siswa mengerjakan soal dengan tenang dan serius. Setelah dua jam mengerjakan akhirnya bel berbunyi yang bertanda waktu mengerjakan selesai. Semua siswa satu persatu keluar ruangan dan Dila keluar paling belakang karena malas berdesak desakan. Saat Dila berada di luar kelas, banyak murid yang berkerumunan dan berteriak Dila curang. Mendengar namanya di sebut dia langsung menghampiri kerumunan itu dengan perasaan tidak enak. Dan benar saja dia di jebak seakan-akan telah melakukan kecurangan dengan mencuri soal untuk tes beasiswa. Banyak siswa yang berkata tidak pantas pada Dila, sampai akhirnya air matanya tidak tertahan dan membasahi pipinya. “Aku tidak melakukan itu, aku di jebak!” teriak Dila mengelak sambil menangis.
Dering telefon menyadarkannya dari lamunan Dila, lalu ia mengangkat telfon itu. “Dila hari ini kamu siapkan berkas untuk besok metting dengan Investor Jepang ya, saya hari ini tidak berangkat kekantor karena anak saya baru pulang dari Inggris,” ucap Pak Dhanu menyampaikan pesannya. “Oke Pak siap laksanakan, sampaikan salam saya sama anak Bapak ya hehe,” kekeh Dila. “Hahaha dasar kamu, buat sebaik mungkin Dil, saya percayakan semuanya sama kamu. Besok pagi saya ke kantor untuk mengecek semuanya, baru kita berangkat untuk metting,” sambung Pak Dhanu.
Wanita bernama Ardila Kartika Wijaya, dia merupakan wanita yang sederhana tapi perjuangan untuk meraih cita-citanya membuat Arka kagum. Kepribadian yang menyenangkan membuat Arka diam-diam memperhatikannya dan ingin tahu lebih dalam tentangnya. Sudah lama Arka tak mendengar kabar darinya dan ternyata saat ini dia bekerja di kantor Papanya, Dila terlihat tambah cantik dan dewasa saat mengenakan baju kerjanya. “Oke Dila, saya rasa sudah lengkap dan kita bisa berangkat sekarang.” Ucap Pak Dhanu. Merasa Dila melamun, Pak Dhanu berbicara dengan Dila dengan suara yang lebih keras untuk menyadarkan Dila,“Dila ayo kenapa kamu melamun, apa yang kamu pikirkan?”
Tak terasa mereka sudah sampai di restoran tempat metting, mereka duduk di meja no lima belas. Kebetulan dari kemarin Dila sudah memesan tersebut sehingga mereka tidak perlu lagi mengantri. Mereka menunggu sekitar lima menit sampai akhirnya investor Jepang itu datang. Mereka menyambutnya dengan hangat lalu mempersilahkan untuk duduk. Metting langsung di mulai karena memang orang Jepang sangat menghargai waktu. Dila menyiakan beberapa dokumen yang di berikan pada investor tersebut agar bisa melihat gambaran kerjasama di antara kedua belah pihak. Dila menjabarkan poin demi poin yang akan menjadi kesepakatan kerjasama itu dan tak lupa dia menjelaskan keuntungan apa yang di dapat jika mereka menerima kerja