Share

Bab 4. Kau Hamil?

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-09 02:28:49

“Kau harus bertanggung jawab padaku untuk kejadian malam itu di hotel,” ucap Belva lagi, dengan nada tegas dan sedikit penuh tuntutan pada sang dokter tampan yang ada di hadapannya.

Ya, Belva mengakui dirinya memang sudah kehilangan akal sehatnya. Namun, dalam kondisi hamil seperti ini dia bingung harus bagaimana. Seakan takdir menuntunnya, dia kembali bertemu dengan pria yang menjadi cinta satu malamnya.

Hening sejenak, beberapa orang terlihat sedang menengok pada mereka, sementara sebagian lagi tidak peduli dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Belva. Tampak kening dokter tampan mengerut dalam. Dalam ketenangannya, dokter tampan itu terkejut.

“Kau tidak mungkin lupa denganku, kan?” Nada bicara Belva sedikit menurun, agar aman tak didengar oleh orang lain. Sebab, dia tak ingin menjadi pusat perhatian.

Dokter tampan itu masih tetap tenang meski terkejut akan ucapan Belva yang meminta pertanggung jawabannya. Dalam keheningan yang membentang, Belva tak sengaja melihat name tag di sneli dokter tampan itu.

Seketika jantung Belva ingin lepas dari tempatnya di kala melihat name tag yang tertulis di sana ‘Ares Ducan’. No way! Sangat tidak mungkin! Belva terus mengatakan dalam hatinya bahwa pria itu tidak mungkin salah satu dari anggota keluarga Ducan. Sekali lagi dia membaca nama yang tertera di sana, berharap jika di awal dia telah salah lihat. Namun sangat jelas bahwa nama Ducan tersemat di belakang nama pria itu.

Gawat! Urusannya akan menjadi panjang dan rumit jika menyangkut keluarga Ducan. Khawatir orang-orang yang berada di sekitar mereka mendengar atau salah sangka terhadap permintaan tanggung jawab dari Belva yang terdengar sangat menuntut, membuat dokter tampan bernama Ares itu menarik tangan Belva menghindari dari tempat itu.

Mereka berjalan cepat melintasi beberapa lorong rumah sakit. Beberapa kali Belva harus sedikit berlari kecil karena harus mengimbangi langkah Ares yang panjang. Tampak jelas wajah Belva menjadi sangat pucat!

 Kemudian, di sinilah tujuan mereka berakhir. Ares membawa Belva menuju ke area tangga darurat, satu-satunya tempat sepi yang aman untuk berbicara secara empat mata.

“Apa maksudmu?” tanya Ares dingin, dengan sorot mata menatap tajam pada Belva.

Nyali perempuan itu sedikit menciut karena melihat tatapan Ares. Dia sering mendengar tentang pria keluarga Ducan yang terkenal dingin dan menakutkan, tapi dia tidak pernah melihatnya secara langsung. Kali ini, dirinya bisa mengerti kenapa rumor itu tersebar kuat di kalangan para pekerja yang berhubungan dengan keluarga itu.

Aura dingin Ares tidak main-main. Jika saja Belva tidak memiliki kepentingan dengannya, dia pasti akan menghindari pria itu. Sayangnya, logika Belva tidak aktif saat dia sedang dalam posisi mabuk berat, seperti waktu itu.

“Maaf membuatmu terkejut, tapi aku yakin seratus persen kau mengingatku,” kata Belva sedikit memberanikan diri. Meski takut, tapi jika dia tak berani bagaimana caranya untuk bicara dengan sosok pria di hadapannya ini?

Ares terdiam belum bersuara. Matanya menyipit berusaha mengingat perempuan gila di hadapannya ini. Harus dia akui, dia tak asing melihat perempuan di hadapannya ini. Namun, otaknya belum bisa mengingat jelas perempuan itu.

“Aku tidak memiliki waktu untuk meladeni omong kosong seperti ini, Nona. Silakan kau pulang, dan jangan ganggu aku,” ucap Ares dingin, dengan aura wajah penuh ketegasan.

Ares berbalik, bersiap untuk melangkahkan kakinya menuju ke arah pintu. Akan tetapi gerakannya dicegah oleh Belva dengan menarik ujung snelli milik pria itu. Dengan terpaksa, Ares menoleh dan menuntut jawaban dari sikap perempuan itu dengan sorot tajam kedua matanya.

“Apa yang kau lakukan?!” sentak Ares, membuat Belva berjingkat terkejut.

“Tolong jangan pergi dulu. Aku tidak mengucapkan omong kosong padamu, dan aku juga tidak sedang bercanda untuk saat ini.” Belva nyaris putus asa mengatakan demikian.

Belva mengeluarkan print hasil USG yang baru saja dia lakukan, lalu memberikannya pada Ares. “Itu adalah anak kita. Dia sangat sehat.”

Ares berdecak kesal tak sanggup lagi menahan emosinya. “Pergilah ke psikiater. Kurasa kau perlu mendapatkan perawatan di sana.”

Belva menyadari, jika dia berada di posisi Ares, tentu dia juga akan mengeluarkan respon  yang sama. “Ares, dengarkan aku dulu! Maksudku, Dokter Ares, tolong dengarkan penjelasanku dulu, please.”

Ares masih memasang sorot tajam untuk memandang Belva. “Waktumu tidak lebih dari satu menit.”

Belva tersenyum lebar, lega karena dia diberi kesempatan untuk menjelaskan.

“Malam itu, di Ritz Hotel dua bulan yang lalu. Kita bertemu di sana,” ucap Belva mulai menjelaskan. “Karena mabuk berat, aku salah masuk ke dalam kamar yang telah kau sewa. Aku merasa bahwa itu adalah mimpi, jadi aku mulai merayumu dan akhirnya, kita melakukan hubungan seks. Apakah kau sudah mengingatnya?”

Raut wajah Ares masih terlihat kaku, bahkan lebih kaku dari sebelumnya. Sorot matanya berusaha untuk menelisik lebih jauh dari maksud Belva yang masih menatapnya dengan penuh harap.

Sementara itu, detak jantung Belva berdebar sangat kencang. Mungkin jika saat ini dia mengenakan jam tangan untuk mendeteksi ritme jantung, dia yakin sinyal bahayanya akan terus berkedip merah.

Tanpa mengatakan satu kata pun, Ares akhirnya pergi, meninggalkan Belva sendirian di tangga darurat itu.

Belva menghela napas. Tubuhnya terasa lemas saat melihat respon Ares yang berhasil menyakiti hatinya. Perlahan, Belva duduk di anak tangga dengan tatapan kosong mengarah ke depan.

Belva mulai bertanya-tanya, kesalahan besar apa yang telah dia lakukan sampai Tuhan menghukumnya seperti ini. Banyak orang lain yang mabuk, bahkan lebih parah dari dirinya di malam itu, tapi mereka baik-baik saja. Kenapa justru Belva yang mengalami hal menyedihkan seperti ini?

Apa  yang harus dia lakukan saat ini? mungkin, apakah lebih baik dia menggugurkan kandungannya saja? Dengan begitu, dia akan bisa kembali meneruskan untuk meraih cita-citanya, dan janin yang sedang dia kandung juga tidak akan pernah lahir dengan situasi yang tidak menyenangkan seperti ini.

Belva mengerang frustrasi. Dia bahkan tidak memiliki keberanian untuk melakukan hal itu. Moral di dalam dirinya sangat menentang pemikiran sesaat itu. Alih-alih terus memikirkan tentang menggugurkan kandungan, saat ini dia mulai berpikir mengenai kebodohan yang telah dia lakukan.

Tampaknya, setiap hari dia akan selalu ada masa di mana dirinya akan berdiam, tanpa ekspresi dan tatapan matanya yang kosong. Dari banyaknya pria yang ada di Manhattan, kenapa harus seorang Ares Ducan yang menjadi ayah dari anaknya?

Jika ibunya sampai tahu, riwayat Belva pasti akan tamat. Oleh karena itu, dia harus memastikan bahwa ibunya untuk sementara waktu ini tidak akan pernah tahu kondisinya. Belva tidak memiliki kesulitan yang besar. Disebabkan kesibukan, keduanya menjadi jarang bertemu. Ditambah lagi, sudah beberapa tahun ini Belva berada di Inggris. Untuk beberapa bulan tidak bertemu lagi, akan menjadi hal yang normal bagi ibunya.

Sementara yang menjadi beban pikiran Belva saat ini adalah, bagaimana dia menemukan pekerjaan dengan kondisi seperti ini? Belva menghela napasnya dalam-dalam. Mengeluhkan masalahnya di sini tidak akan membuatnya menjadi lebih baik. Perempuan itu berdiri, menyeka air matanya yang tadi sempar turun. Kedua pipinya terasa sangat lembap. Setelah memastikan penampilannya kembali rapi, dia keluar dari tempat tangga darurat itu.

Sekali lagi, Belva berusaha mencari sosok Ares. Namun, dia telah kehilangan jejak. Desahan frustrasi mengiringi langkah kakinya yang berat. Jujur saja, dia tidak bisa menghadapi ini sendirian. Namun sekali lagi, tak ada satu pun orang yang dia percaya untuk mendengarkan masalahnya.

Belva menghela napasnya kuat kuat. Pikiran positifnya mulai berusaha untuk menyingkirkan prasangka buruk yang demi apa pun hampir menguasai seluruh bagian otak dan perasaannya.

Besok, Belva berniat untuk kembali lagi ke sini, dan mencoba untuk menemui Ares, kemudian membicarakan masalah ini lagi dengannya. Sebab bagaimanapun, anak yang ada di kandungannya adalah anak Ares.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ketika Bertemu Denganmu    Extra Chapter 5. Hadiah Kehidupan (ENDING SCENE)

    Tiga Tahun Kemudian,Hari ini adalah ulang tahun Vintari, ibunya Ares. Seluruh keluarga diundang oleh Zeus untuk merayakan ulang tahun istrinya tersebut dengan acara makan malam bersama. Ares dan Belva saat ini baru saja keluar dari mobil yang telah terparkir di tempat parkir mansion mewah itu.Charels langsung berlari menuju ke dalam mansion, sementara Chloe berjalan pelan bersama dengan Belva sambil menggenggam erat tangan ibunya tersebut. Ketika masuk ke dalam mansion, Chloe segera diculik oleh Viona untuk bermain bersama. Mereka kejar-kejaran di taman bersama dengan Charles, dan saling tertawa gembira.Zeus dan Ares terlihat sedang membicarakan sesuatu yang tidak diketahui oleh Belva. mungkin tentang urusan pekerjaan di rumah sakit, atau isi berita terkini yang terkadang mereka bahas saat sedang bersama. Sedangkan Belva bersama dengan Vintari membantu para pelayan mansion yang sibuk di dapur,Tidak banyak yang mereka kerjakan sebenarnya, karena semuanya dilakukan oleh pelayan mans

  • Ketika Bertemu Denganmu    Extra Chapter 4. Kehadiran Anggota Baru

    Pernikahan Neil dan Elea dilangsungkan hari ini. Alih-alih mengadakan pesta di indoor, mereka lebih memilih mengadakan pernikahannya di halaman sebuah villa yang dengan cantiknya telah disulap menjadi suasana pernikahan yang seperti pada umumnya. Wedding aisle, deretan kursi di kiri kanannya, dan juga sebuah altar di depan dengan background penuh beraneka macam bunga dengan nuansa putih. Semuanya terlihat sangat cantik dan mewah.Belva dan Ares datang berdua saja. Hari ini Charles lebih memilih untuk ikut pergi piknik bersama dengan kedua neneknya, Zelda dan Vintari. Setelah itu dia akan memilih untuk tidur di mansion Vintari karena besoknya akan berenang dengan Viona—adiknya Ares. Belva dan Ares tidak mempermasalahkannya. Justru mereka melihat sebuah kesempatan untuk bisa menghadiri pernikahan ini dengan lebih fokus pada setiap momen yang ada, dan juga bisa menikmati waktu quality time berdua.Belva berdiri dengan penuh antusias saat acara dimulai. Elea berjalan di wedding aisle deng

  • Ketika Bertemu Denganmu    Extra Chapter 3. Malam Panas

    Belva berdiri di belakang panggung Fashion Week dengan rasa gelisah dan gugup yang bercampur menjadi satu. Dia tidak henti-hentinya menatap monitor kontrol yang tersedia di sana untuk melihat jalannya acara di panggung. Setiap sorakan dari penonton ketika model yang membawakan hasil rancangannya semakin membahana, akhirnya membantunya untuk mengurangi sedikit demi sedikit rasa gelisahnya itu.Dedikasinya yang dicurahkan untuk dunia pekerjaan yang dicintainya ini membuahkan hasil yang sangat bagus. Sorakan penonton semakin ramai saat nama Belva dipanggil untuk naik ke atas panggung sebagai sang desainer. Langkah kaki yang sedikit gugup, dia menapaki runway dengan senyum mengembang dan lambaian tangan ke arah penonton.Sampai di ujung panggung, dia berhenti dan membungkuk untuk menunjukkan rasa hormat dan terima kasihnya sebelum menerima buket bunga besar dari salah satu model yang mengenakan rancangan bajunya.Beberapa staff kantornya yang ikut dalam acara ini terlihat mengacungkan jed

  • Ketika Bertemu Denganmu    Extra Chapter 2. Perpisahan dan Awal Baru

    Siang ini di kantin rumah sakit khusus karyawan, tampaknya Ares tidak bisa menikmati makan siangnya dengan tenang lagi. Dari arah pintu masuk sudah terlihat Tom yang berjalan tergesa-gesa menuju mejanya. Dari raut wajah yang ditunjukkan oleh pria itu, jelas kalau ada sesuatu hal yang ingin dia ceritakan padanya.“Hei, kau dengan sebuah berita hari ini?” tanya Tom penasaran.Ares menatap Tom tanpa berekspresi. Dugaannya benar, pria itu sedang di hadapannya dengan sorot mata penuh informasi yang sebentar lagi pasti akan dia ceritakan padanya. Sering orang merasa heran dengan persahabatan mereka. Ketika seorang yang terlihat cuek dan dingin seperti Ares bisa bersahabat dengan Tom yang super extrovert dan suka beramah tamah dengan siapa saja.Belva pernah mengatakan bahwa itu seperti yin & yang. Sosok seperti Ares memang selalu membutuhkan sosok seperti Tom dalam hidupnya. Ketika awalnya Ares denial tentang hal itu, tapi jika dipikir lagi memang benar. Hidupnya menjadi lebih mudah karena

  • Ketika Bertemu Denganmu    Extra Chapter 1. Dukungan dan Sebuah Kabar

    Lima tahun berlalu. Banyak yang yang telah terjadi pada kehidupan Belva dan Ares. Tentang Charles, putra mereka yang sekarang telah tumbuh menjadi anak yang cerdas dan sangat sayang pada keluarga. Pun sekarang Ares sedang disiapkan untuk menggantikan Zeus sebagai direktur utama rumah sakit, begitu juga dengan Belva yang akhirnya menempuh impiannya sendiri menjadi seorang Fashion Designer.Malam ini, Belva masih sibuk di ruang kerja pribadinya di penthouse. Dia sengaja membawa pekerjaanya ke rumah agar bisa menyelesaikanya lebih cepat dari tenggat waktu yang telah ditetapkan. Banyak desain baju yang dia ciptakan untuk acara Fashion Week besar yang dilangsungkan dua bulan lagi. Brand miliknya akan dipamerkan di sana, bersanding dengan brand ternama yang jauh lebih senior dari miliknya.Semenjak dia meluncurkan brand miliknya sendiri, angka penjualannya langsung melejit tinggi. Target utamanya yang ditujukan untuk para dewasa muda disambut hangat dan menjadi trend baru di New York. Seler

  • Ketika Bertemu Denganmu    Bab 76. Perfect Ending

    Ares dan Belva mendapatkan kado pernikahan dari David Ducan—kakek Ares, untuk pergi honeymoon ke Hawaii. Tiket pesawat pulang pergi telah disiapkan. Mereka hanya tinggal berangkat dan bersenang-senang.Sebelum mereka menginjakkan kaki di bandara saat ini, tentu saja ada sedikit perdebatan dengan Belva yang ragu karena harus meninggalkan Charles. Meskipun ada Zelda dan Vintari yang sangat senang untuk membantu menjaga Charles, tapi sebagai seorang ibu pasti ada rasa khawatir saat meninggalkan anaknya.Ares berkali-kali meyakinkan bahwa Charles akan baik-baik saja, begitu juga dengan Zelda dan Vintari. Mereka bahkan sampai membuat jadwal kegiatan agar Belva bisa mengetahui kegiatan apa saja yang akan Charles lakukan bersama dengan mereka.Sampai akhirnya, Belva merasa tenang dan di sinilah mereka saat ini berada. Ruang boarding mulai ramai. Beberapa menit lagi mereka akan masuk melalui garbarata menuju ke pesawat. Ini adalah pertama kalinya Belva akan pergi ke Hawaii.Belva tersenyum sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status