KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 50POV Naya"Kamu harus percaya sama aku, Mas. Kalaupun aku nanti tergoda sama dia, aku akan jujur juga sama kamu," jawabku asal.Ciittt!"Aduh, Mas. Kamu kok ngerem mendadak sih? Kepalaku hampir kejedot ini!" teriakku ketika Mas Arman menginjak rem tiba-tiba.Tapi wajah Mas Arman malah datar dan terkesan masam. Apa aku salah bicara?Mas Arman tidak menjawab pertanyaanku, dia langsung membuang muka ke arah jalanan. Kemudian kembali mengemudikan mobil seperti biasa. Aku hanya bisa mengelus kepalaku dengan tangan karena sakit. Padahal tadi aku hanya bercanda, tapi asik juga sih lihat wajah Mas Arman yang tegang karena cemburu. Aku tertawa jahat di dalam hati."Mas, aku berencana untuk buat rumah aja di samping rumah Abi dan Umi. Kan di sana ada halaman yang luas, jadi kita minta tanah itu aja untuk kita," ucapku pada Mas Arman yang dari tadi masih terdiam."Aku ikut aja, yang penting kamu dan Daffa senang dan bahagia. Lagian biar ada yang jagain Daffa j
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 51POV NayaBukankah wanita itu wanita yang sama dengan yang membeli rumahku kemarin? Jadi dia mantan istrinya Pak Wira. Berarti laki-laki kemarin adalah selingkuhannya."Nay, masuk. Nanti kena masalah lagi kita." Nisa menarik paksa tanganku agar aku segera mengalihkan pandangan ke arah lain. Aku mengikuti langkah Nisa dengan tergesa. Tidak habis pikir ternyata wanita itu adalah wanita yang sama. Entah mengapa aku seperti tidak rela menjual rumahku pada tukang selingkuh.Aku dan Nisa sama. Sama-sama benci dengan orang yang dengan mudah jatuh hati pada orang lain. Mungkin bukan aku dan Nisa saja. Semua wanita di bumi ini juga sama sepertinya dengan kami. Benci melihat perselingkuhan dan pengkhianatan. Apalagi sampai membuat anak meninggal, tidak bisa kubayangkan."Sorry, tadi aku kayak kenal aja sama mantan istrinya Pak Wira," ucapku sedikit berbisik pada Nisa. Kami sudah duduk seperti karyawan yang lain, hanya saja Pak Wira yang belum datang."Nanti a
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 52"Astagfirullah…." Aku menutup mulut dengan tangan kiri. Mataku seketika membulat ketika melihat rentetan bab yang sangat banyak.Benar yang dikatakan oleh Nisa. Pak Putra tidak segan-segan memberikan aku hukuman seberat ini. Hampir ada seratus lima puluh bab dalam satu naskah ini. Dan aku harus menyelesaikan semuanya dalam satu hari. Karena besok kami akan disibukan dengan pekerjaan event. Tapi aku tidak akan menyerah begitu saja. Lagipula aku juga sering menulis dan mengedit naskahku sebelum akhirnya berada di berbagai platform online.Aku pasti bisa melakukannya, dan besok akan aku serahkan semuanya pada Pak Putra. Kepalaku rasanya berdenyut saat melihat naskah yang isinya lumayan membuatku sakit kepala. Berarti nanti malam aku harus lembur. Aku menghembuskan nafas berat, semoga Daffa nanti malam bisa aku ajak kerja sama.Tidak terasa jam makan siang, aku segera mengambil paper bag yang isinya mukenah. Aku akan shalat Zuhur dulu sebelum makan."N
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 53POV NayaSetelah kejadian tadi di kantin, aku benar-benar diawasi oleh Pak Putra. Karena sikapku yang menurutnya semena-mena, jadi bisa dipastikan aku akan dipersulit lagi olehnya."Kamu belum pulang, Nay? Ini udah jam pulang kerja lho," tanya Nisa saat aku sedang fokus mengedit naskah tugas dari Pak Putra."Tanggung nih, soalnya aku nggak ada laptop dirumah. Kalau laptop dulu udah rusak," jawabku tanpa mengalihkan pandangan dari depan layar komputer."Tapi bentar lagi suami kamu bakalan jemput kan?" tanya Nisa lagi. Aku mencoba melihat ke arahnya. Terlihat ruangan ini sudah kosong, tinggal aku sama Nisa. Dia juga sudah bersiap-siap untuk segera pulang kerja."Iya sih. Tapi aku belum punya laptop. Belum sempat beli, jadi gimana dong. Ini tinggal beberapa bab doang sih," jawabku lesu. Karena kemarin aku sempat ingin membeli laptop agar mudah bekerja juga mudah saat aku menulis novel. Hanya saja uang itu sudah aku pakai untuk menyewa rumah untuk Ibu
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 54POV Naya"Itu, Mas!" tunjukku pada Mas Arman. Di depan sana terlihat Ibu yang sedang duduk di tikar lusuh. Sambil menengadahkan tangannya pada orang-orang yang lewat.Jika dilihat seperti itu memang nasib Ibu sangat memperhatinkan. Tapi jika aku mengingat sifatnya, aku sangat membencinya."Mas!" aku menepuk pundak Mas Arman yang terdiam melihat kondisi Ibu. Dari raut wajahnya terlihat sedikit kekhawatiran dan entahlah. Aku tidak bisa menebak isi hatinya."Eh, iya," jawab Mas Arman yang tersentak kaget karena melamun. Aku menatapnya dengan tatapan penuh pertanyaan, semoga dia paham maksud tanpa harus aku jelaskan."Kamu mau turun?" tanyaku masih menatap matanya dalam."Tidak, Nay. Mas hanya tidak menyangka akan seperti ini jadinya," jawab Mas Arman lesu. Dia merebahkan punggungnya pada sandaran kursi. Setelah melihat Ibu tadi, Mas Arman memarkirkan mobilnya di tepi jalan. Dari sini kami bisa melihat dengan jelas Ibu yang sedang memohon belas kasihan
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 55POV NayaTidak terasa aku sudah berkutat dengan pekerjaan selama sembilan jam. Punggungku terasa remuk karena duduk dari pagi. Banyak sekali pekerjaan yang harus kami kerjakan. Apalagi ini hampir event, jadi pekerjaan yang harusnya dikerjakan besok harus dikerjakan hari ini.Aku mematikan komputer kemudian mengangkat kedua tangan ke atas. Berusaha merenggangkan otot-otot yang kaku."Nis, kamu mau lembur?" tanyaku saa melihat Nisa yang masih menatap layar komputer. Dia menoleh sebentar, kemudian langsung fokus lagi pada pekerjaannya."Rencananya gitu, soalnya masih banyak kerjaan," jawabnya sambil terus mengetik. Aku merebahkan punggung pada sandaran kursi. Memejamkan mata sejenak, mengistirahatkan mata yang perih."Aku harus pulang cepat kayaknya," ucapku lesu. Mengingat sebentar lagi aku harus menjenguk Lela yang sakit. Sekalian aku juga mau tanyakan kebenaran atas video meresahkan yang Ibu buat."Semangat para pejuang nafkah. Semoga lelah kita me
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 56POV Naya"Anak Ibu kalian yang murahan itu sudah merebut suami kami. Dengan jal*ang dia memberikan tubuhnya pada suami-suami di sini. Dan sampai sekarang suami saya itu pergi dari rumah, saya yakin dia pergi sama sama perempuan murah*an itu!" Aku dan Mas Arman sangat terkejut dengan semua kenyataan yang terjadi. Banyak sekali kejutan yang diberikan oleh Ibu pada kami. Bukankah Lela sedang sakit, bagaimana bisa dia melakukan semua ini. Apakah Ibu memaksa Lela untuk mencari uang dengan cara yang tidak halal seperti ini?"Jangan fitnah kamu! Bisa saya laporkan dengan tuduhan pencemaran nama baik!" ancam Ibu lagi sambil menunjuk-nunjuk ke arah Ibu-ibu tadi.Aku dan Mas Arman hanya saling pandang, tidak tau harus bersikap bagaimana. Karena kami sama sekai tidak tau jalan ceritanya bagiamana. Apalagi tadi ketika kami menanyakan pada Ibu kemana Lela. Ibu sama sekali tidak menjawab pertanyaan kami.Terlihat sekali tadi Ibu berusaha menutupi keberadaan Lel
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 57POV Ibu Jubaidah"Sebab kebahagiaan itu letaknya di dalam hati dan hati itu milik Allah. Dialah yang mampu membolak-balikkan isi hati. Jika Ibu merasa hidupnya tidak bahagia, bisa jadi itu karena kedekatan Ibu dengan Allah kurang baik. Jadi kalau Ibu pengen bahagia, perbaiki hubungan Ibu dengan Allah."Mendengar perkataan Naya barusan semakin membuatku berang. Aku sangat sensitif jika ada orang yang berusaha mengingatkan aku tentang Tuhan. Apalagi jika yang mengingatkan adalah anak yang masih bau kencur. Hidup baru kemarin sudah sok mengajari tentang hidup."Diaaammm! Diam kamu wanita kurang ajar!"Plak! Aku menampar wajahnya dengan keras. Terbukti tanganku sampai bergetar dan perih saat ini. Arman dan wanita sialan itu sangat terkejut dengan perlakuanku barusan. Arman segera bangkit dari duduknya dan berlari ke arah Naya. Dia berkali-kali mengusap lembut pipi istrinya itu."Kenapa Ibu menampar, Naya? Dia cuma berusaha mengingatkan Ibu. Agar tidak