KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 47POV NayaSetelah meminumkan air yang aku berikan, Lela tertidur dengan wajah yang sangat pucat. Darah berceceran di teras rumah, membuatku bergidik ngeri. Sebenarnya penyakit apa yang diderita oleh Lela. Kenapa dia bisa muntah darah seperti tadi, apalagi di dalam darahnya ada belatung dan rambut. Aku mual memikirkan bagaimana rasa sakit yang Lela derita."Mas, sebaiknya kamu ambil air biar kita bersihkan lantai ini," ucapku pada Mas Arman yang masih berdiri mematung melihat Lela yang dipangku oleh Ibu."Eh, iya. Sebentar Mas ke dalam dulu," jawabnya lalu mengambil kunci rumah kemudian masuk mengambil air. Untung saja pembelinya belum datang, jadi aku bisa membersihkan dulu sisa darah yang berceceran di lantai."Ini, Nay." Mas Arman menyodorkan satu ember air beserta alat pel. Aku mengambil pelajaran kemudian Mas Arman yang menuangkan airnya ke lantai. Aku berusaha membersihkannya hingga tidak ada yang tersisa."Mas, sebaiknya kamu bawa pergi Ibu da
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 48POV ArmanSetelah Naya memberikan aku kesempatan kedua, rasanya duniaku kembali lagi. Memang banyak sekali kesalahan yang sudah aku lakukan pada Naya dan Daffa. Inilah saatnya aku memperbaiki semuanya. Semoga saja aku masih diberikan kesempatan agar bisa membahagiakan Naya dan Daffa.Karena setelah beberapa hari aku tinggal di rumah Abi dan Umi aku mengikuti beberapa pengajian dan kajian di pesantren. Banyak sekali hal yang bisa aku ambil hikmah. Terutama bagaimana caranya agar kita bisa menjadi imam yang baik bagi Istri.Makanya jika sekarang Naya bersikap cuek dan acuh padaku. Dengan sekuat hati aku mencoba untuk memahaminya. Aku juga tidak pernah lagi memaksakan kehendak pada Naya. Juga lebih sering menggendong Daffa. Karena akhir-akhir ini aku tau, jika mengasuh bukan hanya kewajiban Istri. Tapi juga aku sebagai suami.Aku harus sabar menghadapi tingkah Naya sekarang. Apalagi ketika Naya bilang dia akan bekerja. Sebenarnya aku tidak bisa mengij
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 49POV Naya"Kami pergi dulu, Bu. Semoga Lela cepat sembuh," pamit Mas Arman saat kami akan pulang.Saat Ibu dan Lela sudah berada di rumah kontrak yang baru. Rumahnya memang tidak besar, tapi juga tidak terlalu kecil. Rumah ini memiliki dua kamar, satu dapur, satu kamar mandi dan ada ruang tamunya juga. Jadi jika ada yang berkunjung bisa duduk di sana.Rumah ini setahun sewanya sebanyak lima juta. Hanya saja kami mengambil rumah ini hanya setengah tahun saja. Jadi sisa uangnya bisa Ibu gunakan untuk membuka usaha. Terserah mau jualan apa, karena aku lihat di daerah sini juga banyak anak-anak. Ada teras rumah juga yang bisa dibuat untuk membuka kios.Aku dan Mas Arman sudah berjanji untuk menyewa orang memindahkan semua barang-barang Ibu dari rumah lamanya kesini. Jadi untuk bahan-bahan rumah dan peralatan dapur tidak harus membeli lagi.Sebenarnya jika kami pergi begitu saja bisa. Hanya saja hati nuraniku menolak untuk membalas semua yang telah merek
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 50POV Naya"Kamu harus percaya sama aku, Mas. Kalaupun aku nanti tergoda sama dia, aku akan jujur juga sama kamu," jawabku asal.Ciittt!"Aduh, Mas. Kamu kok ngerem mendadak sih? Kepalaku hampir kejedot ini!" teriakku ketika Mas Arman menginjak rem tiba-tiba.Tapi wajah Mas Arman malah datar dan terkesan masam. Apa aku salah bicara?Mas Arman tidak menjawab pertanyaanku, dia langsung membuang muka ke arah jalanan. Kemudian kembali mengemudikan mobil seperti biasa. Aku hanya bisa mengelus kepalaku dengan tangan karena sakit. Padahal tadi aku hanya bercanda, tapi asik juga sih lihat wajah Mas Arman yang tegang karena cemburu. Aku tertawa jahat di dalam hati."Mas, aku berencana untuk buat rumah aja di samping rumah Abi dan Umi. Kan di sana ada halaman yang luas, jadi kita minta tanah itu aja untuk kita," ucapku pada Mas Arman yang dari tadi masih terdiam."Aku ikut aja, yang penting kamu dan Daffa senang dan bahagia. Lagian biar ada yang jagain Daffa j
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 51POV NayaBukankah wanita itu wanita yang sama dengan yang membeli rumahku kemarin? Jadi dia mantan istrinya Pak Wira. Berarti laki-laki kemarin adalah selingkuhannya."Nay, masuk. Nanti kena masalah lagi kita." Nisa menarik paksa tanganku agar aku segera mengalihkan pandangan ke arah lain. Aku mengikuti langkah Nisa dengan tergesa. Tidak habis pikir ternyata wanita itu adalah wanita yang sama. Entah mengapa aku seperti tidak rela menjual rumahku pada tukang selingkuh.Aku dan Nisa sama. Sama-sama benci dengan orang yang dengan mudah jatuh hati pada orang lain. Mungkin bukan aku dan Nisa saja. Semua wanita di bumi ini juga sama sepertinya dengan kami. Benci melihat perselingkuhan dan pengkhianatan. Apalagi sampai membuat anak meninggal, tidak bisa kubayangkan."Sorry, tadi aku kayak kenal aja sama mantan istrinya Pak Wira," ucapku sedikit berbisik pada Nisa. Kami sudah duduk seperti karyawan yang lain, hanya saja Pak Wira yang belum datang."Nanti a
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 52"Astagfirullah…." Aku menutup mulut dengan tangan kiri. Mataku seketika membulat ketika melihat rentetan bab yang sangat banyak.Benar yang dikatakan oleh Nisa. Pak Putra tidak segan-segan memberikan aku hukuman seberat ini. Hampir ada seratus lima puluh bab dalam satu naskah ini. Dan aku harus menyelesaikan semuanya dalam satu hari. Karena besok kami akan disibukan dengan pekerjaan event. Tapi aku tidak akan menyerah begitu saja. Lagipula aku juga sering menulis dan mengedit naskahku sebelum akhirnya berada di berbagai platform online.Aku pasti bisa melakukannya, dan besok akan aku serahkan semuanya pada Pak Putra. Kepalaku rasanya berdenyut saat melihat naskah yang isinya lumayan membuatku sakit kepala. Berarti nanti malam aku harus lembur. Aku menghembuskan nafas berat, semoga Daffa nanti malam bisa aku ajak kerja sama.Tidak terasa jam makan siang, aku segera mengambil paper bag yang isinya mukenah. Aku akan shalat Zuhur dulu sebelum makan."N
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 53POV NayaSetelah kejadian tadi di kantin, aku benar-benar diawasi oleh Pak Putra. Karena sikapku yang menurutnya semena-mena, jadi bisa dipastikan aku akan dipersulit lagi olehnya."Kamu belum pulang, Nay? Ini udah jam pulang kerja lho," tanya Nisa saat aku sedang fokus mengedit naskah tugas dari Pak Putra."Tanggung nih, soalnya aku nggak ada laptop dirumah. Kalau laptop dulu udah rusak," jawabku tanpa mengalihkan pandangan dari depan layar komputer."Tapi bentar lagi suami kamu bakalan jemput kan?" tanya Nisa lagi. Aku mencoba melihat ke arahnya. Terlihat ruangan ini sudah kosong, tinggal aku sama Nisa. Dia juga sudah bersiap-siap untuk segera pulang kerja."Iya sih. Tapi aku belum punya laptop. Belum sempat beli, jadi gimana dong. Ini tinggal beberapa bab doang sih," jawabku lesu. Karena kemarin aku sempat ingin membeli laptop agar mudah bekerja juga mudah saat aku menulis novel. Hanya saja uang itu sudah aku pakai untuk menyewa rumah untuk Ibu
KETIKA ISTRI BERHENTI PEDULIPart 54POV Naya"Itu, Mas!" tunjukku pada Mas Arman. Di depan sana terlihat Ibu yang sedang duduk di tikar lusuh. Sambil menengadahkan tangannya pada orang-orang yang lewat.Jika dilihat seperti itu memang nasib Ibu sangat memperhatinkan. Tapi jika aku mengingat sifatnya, aku sangat membencinya."Mas!" aku menepuk pundak Mas Arman yang terdiam melihat kondisi Ibu. Dari raut wajahnya terlihat sedikit kekhawatiran dan entahlah. Aku tidak bisa menebak isi hatinya."Eh, iya," jawab Mas Arman yang tersentak kaget karena melamun. Aku menatapnya dengan tatapan penuh pertanyaan, semoga dia paham maksud tanpa harus aku jelaskan."Kamu mau turun?" tanyaku masih menatap matanya dalam."Tidak, Nay. Mas hanya tidak menyangka akan seperti ini jadinya," jawab Mas Arman lesu. Dia merebahkan punggungnya pada sandaran kursi. Setelah melihat Ibu tadi, Mas Arman memarkirkan mobilnya di tepi jalan. Dari sini kami bisa melihat dengan jelas Ibu yang sedang memohon belas kasihan