Bab 50. Anak-anak Diculik
*****
“Embun, Boleh aku masuk? Ada Mas Darry juga ini, katanya penting banget mau ketemu kamu?”
Itu suara Dian. Mas Darry ada di luar? Bagaimana bisa dia menyusul ke sini? Oh, Dea. Pasti gadis itu yang melapor padanya. Bukankah Mas Ray telah mengancamnya agar jangan mendekatiku? Ah, persetan semua ancamannya.
“Masuk!” perintahku tanpa berpikir panjang.
Mas Darry masuk diiringi Dian dan Om Ramlan.
“Oh, jadi ini yang namanya Surty, OG kesayangan Mendiang Tante Ridha? Orang terakhir yang berinteraksi dengan Mendiang. Dengan memberikan segelas air teh manis hangat? ”Mas Darry langsung memberondong.
Surty mendongah. Menatap Mas Darry dengan wajah pucat.
“Telpon polisi dan pengacara Embun, sekarang juga!” perintah laki-laki itu&nbs
Bab 51. Siapa Yang Menculik Anak-anakku?****Rasa takut mencekik, aku tak bisa bernapas lagi. Tak sanggup menahan bobot tubuh, jatuh luruh badan ini ke lantai. Namun segera ditangkap oleh Mas Darry, memeluk, untuk menahan tubuhku.“Tenang! Tenang, Embun! Kalau kau panik, tidak akan bisa menyelesaikan masalah! Tennag, ya! Mereka pasti baik-baik saja! Anak-anakmu pasti selamat. Kamu tenang! Agar kita bisa berpikir dengan jernih! Yang kuat, ya!” Mas Darry mendudukkanku di bibir ranjang.“Ini pasti perbuatan Mas Ray. Atau Mama Siska! Mereka jahat! Anak-anakku tak tahu apa-apa ….” Sesegukanku masih berlanjut.“Kalau memang pelakunya suamimu atau mamamu, berarti keselamatan anak-anak malah terjamin, kan? Karena tak mungkin mereka menyakiti darah dagingnnya sendiri, kamu tenang aja, ya!”“Bagaimana kalau me
Bab 52. Janji Bertemu Tante Girang******“Baik, kamu jagain Bik Las dan Bik Anik sekalian, ya!” titahku melepas genggaman.“Baik, Buk.”Melangkah ke luar ruangan, kudapati Mas Darry tengah menerima telepon. Dia tak menyadari kehadiranku, pelan kudekati, tak sengaja menguping pembicaraannya.“Maksud Tante, apa?” tanyanya pada seseorang, temannya berbincang di telepon pintar miliknya.“Apa? Aku harus menemui Tante? Di hotel itu?”Aku terkjut, sama seperti terkejutnya dia. Bertemu tante-tante di sebuah hotel, apa maksudnya? Siapa Tante-tante yang ngajak Mas Darry ketemuan?“Jangan gitu, dong, Tante! Masak sekejam itu, sih?” ucap Mas Darry lagi. Aku tak ingin berprasangka buruk. Mungkin saja ada sesuatu yang tengah mereka perbincangkn. Aku tak bo
Bab 53. Telepon Dari Mantan Baby Sitter******“Embun, aku tak punya hubungan dengan Mamamu, ok! Aku tak pernah berzina dengannya. Kau tentu tahu aku siapa? Apakah kira-kira aku type lelaki seperti itu? Tapi, jika kau tak percaya, terserahlah! Saat ini, aku sedang tak ingin membahas hal itu. Rasa cemburumu, simpan saja dulu.”Gila! Dia malah menuduh aku cemburu. Apakah memang aku cemburu? Tidak! Tidak mungkin aku sempat merasakan perasaan seperti itu, di tengah suasana genting seperti ini.“Aku justruu bingung sekarang, langkah apa yang seharusnya kita tempuh. Tante Siska mengancamku, jika aku lapor polisi, maka dia tidak akan segan-segan menyakit anak-anakmu. Dia memintaku menemuinya di hotel itu, sebagai syarat utama, dia tidak akan menyakiti anak-anakmu. Selanjutnya dia akan bernegosiasi denganmu, melaui perantara aku begitu katanya, Embun. Tapi, jika
Bab 54. Titik Terang Dari Rani*****“Bagaimana keadaan Rika, Bik Anik dan Bik Las, Buk?”“Apa? Kau … kau tahu mereka? Kau tahu apa yang menimpa mereka?” Aku terperanjat.“I iya, Buk. Bapak yang ngasih tahu.”“Bapak? Maksudmu Mas Ray?”“I iya, Buk.”“Kau … kau tahu di mana Mas Ray? Maksudku, kau bertemu Mas Ray? Anak-anak? Anak-anakku, Rani!” Aku tergagap gagap. Kaget, rasa tak percaya, sedikit lega, marah karena curiga dia terlibat, lega karena sedikit ada titik terang, bercampur aduk di dalam benakku. Keringat dingin sekita mengalir deras di setiap pori-pori tubuhku. Berbarengan dengan dentuman jantung dengan irama yang menghentak-hentak.“Ibuk, tolong jangan curiga pada saya. Saya ada di pihak Ibuk. Percaya
Bab 55. Pembalasan Mantan Baby SitterPOV Rani“Hallo Rani manis? Kamu di mana, Sayang?”Aku tercekat. Apakah aku salah dengar? Pak Ray memanggilku ‘Sayang’? Kupastikn sekali lagi siapa yang menelepon aku. Tidak salah, kok. Ini nomor Pak Ray.“Hallo, Rani! Hallo ….”“I-iya, Pak, saya-saya di kos-kosan, Pak. Kenapa? Tumben Bapak nelpon saya?” tanyaku tergagap.“Saya kangen sama kamu, manis.”“Ah, masa, sih, Pak?” sumpah aku merasa melayang saat mendengar kalimatnya. Apa iya, dia kangen? Secara ya, aku memang cantik, manis lagi. Jauh lebih cantic dari pada Rika, si baby sitter bulukan yang sekarang ada di rumahnya. Wajar aja dia kangen sama aku, iya, enggak, sih?“Gimana kabar kamu, Sayang? Udah kerja, belum?”“Belum,
Bab 56. Rani PengkhianatPOV Rani“Pak Ray!” teriakku menghentikan mereka. Spontan saja. Dada ini rasa terbakar karena cemburu. Pintu kamar terbuka.“Kamu, kenapa?” Lelakii itu langsung keluar, Sandra berdiri di belakangnya.“Anu, eh, anu!” Aku bingung mencari alasan kenapa aku berteriak, tak mungkin kukatakan kalau aku cemburu, iya, kan?’“Anu apa? Ada apa?” Sandra mengguncang bahuku. Kulirik kancing blusnya yang sudah terbuka semua. Gila perempuan ini! Darahku kian mendidih melihatnya.“Tadi, ada tetangga yang celingak celinguk di depan pagar. Pas aku tanyain ada apa, dia nanya, ada Pak Ray di rumah ini enggak? Anak Pak Ray diculik. Pak Raynya belum tahu di mana,” jawabku asal.“Terus, kamu enggak bilang, kan, aku di dalam?” Pak Ray terlihat
Bab 57. Perjuangan Seorang Papa Sambung******Aku selalu berusaha memenuhi amanat Almarhum padaku. Aku harus menjadi papa bagi Embun. Kasih sayangku pada Embun, lebih-lebih kasih sayang pada anak kandung, karena aku memang tak punya anak kandung.Demi dia, aku rela menjadi direktur, memimpin dan menjaga perusahaan miliknya. Padahal aku paling malas kerja terikat seperti itu. Kutunggu sampai dia berkenan menyerahkan jabatan itu kepada suaminya. Kutunggu dengan sabar.Siskalah yang tidak sabaran, memaksaku mengundurkan diri, agar segera di serahkan pada Ray, ponakannya. Nyatanya, Embun bukan memberinya jabatan baru, tapi malah memecatnya sekalian. Aku juga tak terima awalnya. Tetapi, setelah melihat watak Siska dan Ray, kini aku paham, kenapa Embun tak mau memberi Ray kekuasaan.Aku mneyesal telah menjodohkan putriku dengan Ray si ber*ngsek itu. Tega dia menerjang pinggangku t
Bab 58. Serangan Mesum si Tante GirangPOV EmbunEntah mengapa pendengaran ini jadi aneh. Selalu saja aku mendengar suara tangis Radit putraku, juga rengekan Raya putriku. Deru mesin mobil, pun kudengar seperti suara tangisan.“Mammmma … owa … Mammmmma … owa … wa ….”Tangsian kedua anakku terdengar silih berganti. Sesak sudah dada ini. Tak normal lagi jalan darah ini. Rasa gemas kutumpahkan pada Dian.“Cepet, dong! Anak-anakku disekap di sebuah kamar, Dian!” teriakku kencang, mengimbangi hingar bingar suara klakson dari kendaraan lain yang marah kepada kami. Bagaimana mereka tak marah, Dian mengemudikan mobil ini tak lagi taat peraturan. Semua kendaraan lain kami salip. Itupun aku masih mengomel panjang pendek.Sumpah, nyawa ini serasa tak berharga, demi mengingat nyawa anak dalam sandera. Ya, nya