Bab 27. Sonya Dimangsa“Selamat datang cantik!”Sonya disambut dengan sapaan itu, saat tubuhnya di dorong kasar masuk ke dalam sebuah ruangan. Dia terjatuh dan terduduk di hadapan seorang pria. Pintu ruangan kembali ditutup rapat oleh dua orang sangar yang tadi menyeretnya paksa masuk ke dalam Avanza putih.“Kamu?”Wanita itu terperanjat kaget. Pria yang tadi bertemu dengannya secara tak sengaja di café langganannya, tengah duduk bersender di sebuah kursi besar. Asap mengepul dari mulut dan hidung pria bertato itu. Ruangan ini dipenuhi oleh asap rokok.“Ya, aku. Maaf, aku harus mencurimu dengan cara seperti ini.” Alex menghisap rokoknya dalam-dalam, lalu bangkit perlahan. Pria itu berjalan menghampiri Sonya lalu berjongkok. Asap rokok yang telah dia permainkan di dalam rongga mulut, perlahan diembuskan tepat di wajah Sonya.“Apa maksudmu menculikku ke sini, Lex!” tanya Sonya resah. Ketakutan saat diculik tadi, kini berganti menjadi khawatiran yang amat sangat.“Aku sengaja menculi
Bab 28. Hasil Liburan di VillaDengan tangan kanan Alex menahan agar Sonya tak bisa melawan. Sementara tangan kiri pria itu mulai sibuk melepas pakaian mangsanya satu persatu.“Lepaskan aku, Lex! Aku mohon, jangan begini!” pinta Sonya saat wanita itu sudah bisa bersuara karena Alex sudah melepas mulutnya.Alex tak menghiraukan. Pria itu meremas dan mengulum bagian tertentu tubuh Sonya dengan penuh napsu. Wanita yang telah lama dia rindukan. Wanita yang telah lima tahun ini tak pernah lagi dia sentuh dan tundukkan.“Aku sangat merindukanmu, Sonya! Jangan meronta, Sayang! Kita lakukan saja seperti dulu kita selalu melakukannya di belakang suamimu. Bahkan setelah aku memuaskanmu, kau suguhkan lagi kepada Deva si bodoh itu. Itu sangat luar biasa, Sayang. Sensasinya masih terasa hingga kini,” gumam Alex kini fokus di bagian bawah tubuh Sonya.“Auuu! Sakit, Lex …!” teriak wanita itu saat Alex menghujamkan paksa miliknya di tubuh Sonya.*Ketukan terdengar halus di pintu kamar. “Ya!” sa
Bab 29. Tangisan Pilu Sang Adik Tiri“Ini semua milikku! Kau hanya anak tukang kebun yang sudah dipecat oleh papaku! Awas kalau kau berani ngadu sama Alisya, mamamu yang munafik dan pencuri itu, awas kau!” ancamnya lalu berlalu.Rena menatap nanar bontot makananya yang tergeletak di atas tanah. Isinya sebagian telah berhamburan keluar. Debu menempel di wadah bontot yang tercampak itu.“Kak!” panggilnya kemudian. Tapi Tasya tak menghiraukan. “Kak Tasya! Tunggu!” panggil Rena makin kencang.“Stop memanggilku kakak! Aku bukan kakakmu! Mamaku tak pernah melahirkan kau!” sergah Tasya berbalik, lalu meneleng kepala Rena.“Tasya, ada apa? Kenapa bontot adikmu?” beberapa teman sekelas Tasya menghampiri mereka.“Gak apa-apa, tapi dia bukan adikku! Dia hanya numpang di rumahku. Udah, ah, yuk ke kelas!” sanggah Tasya hendak pergi. Namun, Rena kembali memanggilnya.“Pinjam hape Kakak! Aku mau nelpon Mama biar ngantarin bontot makan siang aku. Nanti kalau lapar, gimana?” Rena memohon. Wajah sedi
Bab 30. Semburan Ludah Alisya di Wajah FajarAlisya tengah menyuapi putra bungsunya dengan semangkuk bubur. Dante tengah berlarian di halaman samping rumah megah mereka. Bocah tiga setengah tahun itu memang tak pernah bisa diam. Saat makan seperti inipun dia tetap beraktivitas dengan mainannya.Sejak Alisya resign, dia yang menyuapi Dante makan. Sebisa mungkin dia mengasuh anak-anaknya. Babysitter dia tugasi mengurus Dante saat dia sangat sibuk saja.Sebuah notifikasi pesan masuk terdengar dari ponselnya. Alisya merogoh saku dan mengeluarkan benda itu dengan tangan kiri. Sebuah pesan masuk dari nomor baru, nomor tak dikenal. Sebenarnya Alisya ragu untuk menerimanya. Namun, khawatir kalau itu dari sekolah putri-putrinya, terpaksa dia buka juga.Sebuah kiriman video. Terlihat wajah kedua putrinya di layar, meski Alisya belum mengunduhnya.“Mbak Ayu, tolong gantikan saya suapin Dante!” titahnya kepada sang Babysitter. Lalu mengunduh video yang masuk.Kaget luar biasa, Alisya sungguh
Bab 31. Kecupan Fajar Menyulut Murka DevaAlisya bergeser pelan. Mobil melaju perlahan. Anak buah Deva mengiring di belakang. Tinggalkan Fajar yang teronggok tak berdaya di pinggir gerbang sekolahan.“Bu Alisya baik-baik saja? Atau kita langsung ke dokter?” Sang Bodyguard melirik sekilas.“Saya baik-baik saja! Kita langsung pulang saja!” titah Alisya memejamkan mata.“Baik.” Mobil melaju makin kencang.Security langsung membuka gerbang begitu mobil Alisya mendekat. Beberapa pria berpakaian safari terlihat berdiri di halaman. Mobil Deva sudah terparkir di sana. Pintu mobil Alisya langsung dibukakan oleh salah satu pria itu.“Langsung ke kamar utama, Bu! Pak Deva sudah menunggu!” perintahnya dengan wajah tegang. Alisya merasakan ketegangan itu. Tak terdengar celoteh Dante yang biasanya bermain di halaman samping. Ke mana Ayu membawanya?Ada apa sebenarnya ini? Kenapa suasana di rumah ini sangat tegang? Bukankah Fajar sudah babak belur karena perbuatannya? Lalu, apa lagi masalahnya? Kena
Bab 32. Mawar Memecat Fajar“Panggil ke sini anak buahmu yang telah mengirim foto itu kepadamu! Kenapa dia tidak mengirim foto keseluruhan! Kenapa dia tidak mengirim foto saat aku meludahi wajah Fajar karena meronta dan minta dilepaskan oleh pria bajingan itu …!” Alisya balas berteriak.“Apa? Kau meludahi wajah selingkuhanmu itu? Kau pikir aku bodoh, Alisya, hem? Jangankan ludahmu, lendir paling menjijikkan di tubuhmu sekalipun akan akan dijilat oleh mantan narapidana itu, aku tau itu!” Deva kembali mencengkram bahu Alisya.“Kau salah, Mas! Aku meludahi wajahnya karena aku minta dilepaskan! Dia membuat aku terperangkap di dalam mobilku sendiri. Aku tidak bisa menghindar, itu sebab aku meludahinya. Tolong pahami posisiku, Mas!”“Alasan! Kau sangat pintar mencari alasan, Alisya! Dengar! Mulai detik ini, sedikitpun aku tak percaya lagi padamu. Laki-laki itu sudah menyentuhmu! Aku jijik padamu! Kau menjijikkan! Kau membuatku …. Aaaarrrgh …!”Kembali Deva mencampakkan tubuh Alisya ke a
Bab 33. Berita Bagus Dari AlinaPukul lima sore, jam tutup kantor. Sonya sedang membereskan meja kerja saat ponselnya berdering. Alex memanggil. Dengan lesu wanita itu mengusap layar.“Ya, Lex,” sapanya dengan nada malas.“Sudah kelar kerjanya, bukan, Sayang? Segera ke markas, ya! Aku kangen!”“Maaf, Lex! Hari ini aku capek banget. Aku langsung pulang aja, ya!” Sonya merendahkan suaranya.“Hemm, begitu? Ya, sudah. Jangan macam-macam, ya! kalau pulang-pulang saja! Aku tidak suka perempuan pendusta! Kau tahu itu, kan?”“Iya, Lex. Aku langsung pulang, kok!”“Hemm!”Sedikit lega, Sonya langsung bergerak turun. Buru-buru menuju mobil miliknya di areal parkir khusus karyawan, lalu segera pulang. Mawar menyambutnya di teras depan. Wajah wanita yang hanya terpaut beberapa tahun darinya itu terlihat sangat kusut. Wanita itu telah menunggunya sejak setengah jam lalu.“Mama mau bicara, sebentar, boleh?” tanya Mawar langsung tanpa basa basi.“Ya, Ma. Apakah ada masalah? Papa baik-baik saja
Bab 34. Alisya Tidak Pasrah“Ada berita bagus, Alisya disiksa dan dikurung Deva di dalam kamar!” kata Alina dari seberang sana.“What!” pekik Sonya keget. “Ini … ini benerankah, Tan?” serunya dengan mata membola seraya menatap Fajar. Yang ditatap mendadak gelisah. Pria itu membayangkan Alisya yang tengah menderita.“Benar. Bik Iyah menelpon Tante. Dia mengadu kalau sempat mendengar suara jeritan dan tangisan Alisya dari dalam kamar. Lalu Deva pergi setelah mengunci kamar itu dari luar. Bik Iyah meminta Tante agar segera datang.”“Terus, Tante mau ke sana?”“Enggaklah. Buat apa? Buat belain Alisya? Malas banget! Biar saja! Biarkan Deva melampiaskan kemarahannya. Besok pagi paling lama pasti dia sudah menjatuhkan talak pada Alisya. Kita tunggu saja perkembangannya.”“Besok pagi! Tante yakin?”“Yakin. Kamu ingat tidak saat dia cemburu sama kamu dulu. Dia langsung talak kamu, kan?”“Iya, sih, Tan. Semoga Mas Deva juga berbuat yang sama kali ini, ya?”“Ya, tapi Tante salut sama kamu, S