Bab 57. Maaf Untuk Deva“Maaf, Mas! Aku mau istirahat! Selamat malam!” ucap Alisya menutup pintu kamar.Deva tersentak, mematung di luar kamar. Ternyata Alisya belum mengijinkannya tidur sekamar. Alisya menguncinya dari dalam.“Mas Deva, sedang apa di situ? Mas butuh sesuatu?”Deva kembali tersentak. Kali ini lebih kaget lagi. Sonya sudah berdiri tepat di sampingnya, tanpa dia sadari. “Kamu? Kenapa masih di sini? Ini udah jam sebelas malam, lho? Kenapa tidak pulang?” tanya Deva dengan dahi mengernyit kencang.“Aku sebenarnya mau pulang setelah amkam malam tadi, Mas. Tapi Tasya merengek aja, aku gak dibolehin pulang. Dia minta aku sesekali nginap di sini,” jawab Sonya dengan santainya.“Kamu itu aneh, Sonya! Apa kata orang kalau tahu kamu tidur di rumah mantan suamimu. Tolong kamu pulang sekarang!” tegas Deva.“Aku enggak tega ninggalin Tasya, Mas. Seisi rumah ini menyudutkan dia. Jiwanya sedang tertekan. Ok, dia salah karena telah mengunci Rena di dalam toilet, tapi dia kan khilaf, M
Bab 58. Sentuhan Pertama Setelah Berbaikan“Sya, beri aku kesempatan sekali lagi, aku mohon! Ya?” pinta pria itu semakin memelas.Alisya mencoba menentramkan jiwanya yang mulai gundah. Merayu hati lembutnya agar mau menerima kata maaf dari bibir sang suami.“Baiklah, tapi, tolong lepaskan pelukan ini!” ucapnya kemudian.Deva melonjak kegirangan. Sorot mata sayu berubah begitu berbinar, meski kedua mata elang itu mengembun di sudutnya karena menahan haru. “Terima kasih, Sayang!” ucapnya melepas pelukan, lalu mengecup dalam jemari Alisya.“Tidurlah di sini, jangan di sofa! Aku janji tak akan macam-macam!” ucap Deva segera menyisi, lalu menepuk kasur di sampingnya.“Baik. Besok pagi aku mau melihat sekolah baru Rena. Mas Deva tidak keberatan, kan? Aku enggak apa-apa, meski harus dikawal oleh salah seorang anggota kamu,” jawab Alisya langsung menodong dengan satu permintaaan yang begitu sulit untuk Deva kabulkan.Pria itu tercekat.“Aku hanya akan melihat dari kejauhan, dan kembali men
Bab 59. Akting Sonya Gagal Total“Aaaaauw …. Tolooooong …!”“Sonya, kenapa dia?” tanya Deva menahan kecewa.“Lihat dulu, Mas!” usul Alisya seraya mengancingkan kembali gaunnya yang sudah terbuka di bagian dada.Deva beringsut turun, lalu berjalan menuju pintu kamar dengan perasaan yang tak karuan. Pening di kepala menyerang, aliran darah sangat tidak normal. Beberapa saat lagi, hasratnya akan tersalurkan, Alisya juga sudah siap menerimanya. Namun, terpaksa semua tertunda. Dengan enggan dia membuka pintu kamar.Bik Iyah yang juga terbangun karena suara jeritan tadi datang tergopoh-gopoh.“Kamu? Kenapa kamu?” Deva tersentak kaget saat melihat sesosok tubuh perempuan tergeletak di depan pintu.“Sonya? Dia … kenapa, Mas?” Alisya terpaksa menghampiri juga.“Enggak tahu ini, kenapa dia tidur di sini?” sergah Deva bingung. “Eh, Sonya! Bangun! Kenapa kamu ini! Bangun!” Deva menyepak kaki Sonya.“Jangan kasar gitu, Mas! Biar aku yang lihat.” Alisya berjongkok. “Sonya! Kamu kenapa? Sonya! Ba
Bab 60. Ada Apa Dengan Perusahaan Haga Wibawa?“Aku duluan, ya! Majikanku akan diangkat menjadi manager keuangan jam sepuluh nanti, permisi!” ucap Fajar lalu pergi.Alisya tersentak. Manager Keuangan? Bu Mawar? Di Mana? Alisya segera masuk ke dalam mobil. “Ke kantor, ya, Pak!” perintahnya kepada Pak Dadang. Setengah jam perjalanan, mobil yang dikemudikan oleh sang supir memasuki areal parkir gedung perkantoran di mana kantor milik perusahaan sarung tangan itu berada.Para karyawan yang berpapasan dengan Alisya mengangguk sopan saat wanita itu memasuki gedung. Alisya langsung menuju lif. Beberapa orang pengguna lif langsung menyisi memberi kesempatan untuk sang nyonya direktur untuk memakai lif duluan.“Bareng aja, ayo, masuk!” Alisya berkata dengan ramah. Namun hanya dijawab dengan anggukan penuh kesopanan, Alisya sendirian di dalam.Namun, saat pintu lif hampir tertutup, seseorang meneriaki namanya.“Tunggu Bu Alisya!”Sontak Alisya menekan tombol, menahan pintu agar kembali terb
Bab 61. Senjata Besar Andalan Fajar“Alisya? kenapa bengong di sini?” Alisya tersentak. Fajar dan Mawar baru saja keluar dari dalam lif. Mawar, ibu tiri Sonya terlihat berpakaian sangat rapi. Setelan blezer dan rok span pendek di atas lutut. Wajah lumayan cantik itu dipoles make up tebal. Semprotan parfum di seluruh tubuh menguar ke seluruh ruangan. Senyum merekah di bibir bergincu warna merah darah. Mawar tampil persis seperti sekuntum mawar yang sedang mekar-mekarnya.Alisya menelan ludah. Otaknya sibuk berpikir. Buat apa mereka datang ke kantor ini? Tadi, Fajar sempat mengatakan kalau dia buru-buru karena hari ini majikannya disahkan menjadi seorang manager keuangan.Sempat Alisya curiga karena kebetulan di kantor ini akan ada serah terima jabatan yang sama. Dan sekarang, setelah melihat keberadaan mereka di kantor ini, kecurigaan Alisya semakin besar. Mawar adalah pengganti dirinya.Tetapi, ini sungguh tak masuk akal. Bagaimana bisa ibu mertuanya memilih wanita ini menjadi man
Bab 62. Perusahaan Sedang Tidak Sehat“Tisyu!” Seseorang mengagetkannya sambil menyodorkan selembar tisyu.Repleks Fajar menoleh ke arah samping. “Mbak Sonya? Eh, maaf … sejak kapan Mbak ada di sini?” tanya Fajar gugup.“Baru saja, tepat saat perempuan angkuh itu menampar dan meludahi wajah Mas Fajar. Ini tisyunya, bersihkan dulu wajah kamu!”“Ya, terima kasih. Sepertinya aku akan ke toilet saja.”“Ya, itu lebih baik. By the way, sabar, ya! Meski aku tak tahu kenapa Alisya menampar dan meludahi Mas Fajar, tapi aku tetap ikut ikut prihatin.”“Ya, terima kasih, Sayang!”“Ups! Ini kantor, jangan panggil ‘Sayang’! Nanti yang lain curiga!”“Oh, iya, aku lupa. Baik, Mbak Sonya, permisi!”“Ya, tetap semangat, ya!”“Ok!”Fajar berbalik menuju toilet yang tersedia di lantai tiga itu, sementara Sonya melanjutkan pekerjaannya. Wanita itu tengah mempersiapkan aula, tempat acara serah terima jabatan akan dilangsungkan. Ada waktu sekitar setengah jam lagi. Dia harus menyiapkan segala sesuatunya.
Bab 63. Deva Takut Kehilangan AlisyaAlisya tercekat. Wanita itu kesulitan untuk meneruskan kalimat.“Sepertinya kamu sudah tahu kepada siapa jabatan manager keuangan akan dia serahkan? Betul begitu?” selidik Deva menyipitkan kedua kelopak mata.“Ya, aku bertemu dengan Bu Mawar. Mantan Ibu mertua Mas Deva? Aneh aja, kok bisa mama memilih dia, coba? Apakah dia bisa diandalkan mengelola keuangan perusahaan ini, Mas? Apalagi dengan kondisi saat ini? Harusnya manager yang dia pilih itu adalah orang yang benar-benar kompeten yang bisa menjaga keberlangsunan perusahaan ini, sedikit demi sedikit mengembalikan saham yang sudah terlanjur terjual. Aku khawatir, perusahaan akan tambah kacau dan bisa-bisa pailit nanti, Mas! Bila berada di tangan orang tak benar!”“Oh, ya! Jadi kau meragukan kemampuan bisnisku, hem?”Alisya dan Deva sontak terkejut, mereka menoleh ke arah pintu ruangan. Alina berdiri tegak dengan mata mendelik tajam ke arah Alisya.“Dengar Alisya! Aku pemilik perusahaan ini! Aku
Bab 64. Sonya Berdarah“Bapak di sini? Bu Alina dan yang lainnya sudah menunggu di aula!” lapor Sonya dengan suara serak menahan murka. Apalagi saat melihat gaun Alisya yang berantakan di bagian dada. Makin terbakar saat melihat jemari Alisya kembali mengancingkan gaunnya satu persatu karena perbuatan Deva.“Tak bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu? Di mana tata kramamu?” Deva mendelik tajam. Mata elang yang tadi sempat begitu sayu berubah nyalang.“Maaf, Pak. Saya sudah mengetuk berulang kali, tapi tidak ada sahutan, itu sebab saya nekat membuka pintu. Maaf, saya lancang!” ucap Sonya menundukkan kepala.“Kalau kau ketuk, dan tidak ada sahutan, itu artinya kau tidak diizinkan masuk! Paham!” bentak Deva dengan kasar.Sonya bergeming.“Mana flasdisc-nya, Sayang? Lalu kamu pulang, ya! Kalau mau ngeliat Rena dulu baru pulang ke rumah juga boleh. Asal kamu tidak pergi sendirian, aku akan tenang. Pak Dadang masih nunggu di bawah, kan?” tanya Deva menoleh ke arah Alisya.Alisya mengan