"Mas, ini tehnya," ucapku meletakkan secangkir teh hangat untuk Mas Yudi suamiku, dan menjatuhkan bobotku di sampingnya. "Hmm," jawab Mas Yudi tanpa menoleh sedikitpun ke arahku, jemarinya sibuk dengan ponselnya. Seperti biasa usai pulang kerja, selalu aku suguhkan teh panas untuk lelaki yang sudah membersamaiku selama 16 tahun ini. Melihat responnya cuek seperti itu membuatku jadi kikuk sendiri, aku menatap lelaki yang duduk di sampingku ini, namun tak juga bergeming. Bahkan seolah tak menganggapku ada, sepertinya gawainya lebih menarik perhatiannya. "Ya sudah, Aku siapkan makan malam buat Mas, ya!" Aku bangkit, Mas Yudi hanya mengangguk, sepertinya memang dia sedang sibuk, sampai-sampai untuk menjawab ucapanku saja enggan. Segera aku panaskan makanan yang sudah aku masak siang tadi, hari ini sengaja aku masak menu spesial, lain dari hari biasanya, berharap Mas Yudi kembali hangat padaku. Beberapa hari ini memang aku rasakan sikapnya sedikit berubah, entahlah atau mungkin cuma
Bab 2 (Awal Kecurigaan)"Hallo, Assalamu 'alaikum, Mbak Sintya?"Alhamdulillah suara Rizal terdengar dari seberang sana."Halo, Rizal! Iya ini Mbak, cuma mau tanya, kamu sedang sama Mas Yudi?" tanyaku, langsung to the point."Mas Yudi? Nggak Mbak! Kan Mas Yudi pulang sore tadi dari galery." Degh!Seketika hatiku tersentak, mendengar jawaban Rizal.Aku sejenak berpikir, kemana Mas Yudi sebenarnya, jika tidak bersama Rizal sekarang, sedangkan lepas Maghrib tadi ia pamit akan bertemu Rizal, bahkan sampai Rizal menelponnya sebelum ia pergi."Halo, Mbak! Mbak masih dengar saya?" suara Rizal di sambungan telepon mengagetkanku yang tengah sibuk dengan kecemasan."I-iya, Zal! jadi kamu tidak sedang bersama Mas Yudi? Apa setelah Maghrib tadi Mas Yudi menemuimu?" tanyaku yang masih dilanda kecemasan."Nggak, Mbak! hari ini ketemu Mas Yudi ya pas di galery aja Mbak!" ucapnya mantap, meyakinkanku bahwa ia berkata jujur."Oh, begitu ya, terimakasih ya, Rizal!"Aku putuskan sambungan telepon setel
Aku melanjutkan mengecek media sosial berwarna biru akun suamiku, dan berselancar di sana, tak ada postingan Mas Yudi yang ganjal. Ibu jariku kemudian mengarah pada fitur messenger.Seketika mataku membulat sempurna melihat chat suamiku, yang dengan seorang wanita bernama Evalina Yulianti, yang aku yakini dia adalah orang yang sama.[Kapan kamu akan menceraikan istrimu, Mas?][Aku akan memikirkannya nanti, selagi dia belum curiga, tak perlu lah buru-buru menceraikannya][Tapi aku mau memilikimu seutuhnya, Mas!][Iya sayang, kamu sabar ya.][Iya tapi jangan lama-lama.] Itu rentetan isi chat mereka. Hatiku semakin hancur, istri mana yang tak sakit hatinya mendapati suami tercintanya telah berpaling pada wanita lain. Semua bukti ini sudah cukup jelas bagiku, sudah cukup memberi jawaban atas perubahan sikapmu, Mas!Aku segera memotret semua percakapan mereka itu dengan ponsel pintarku.Aku segera masuk ke kamar, dan kuletakkan kembali ponsel Mas Yudi ke tempat semula. Jam di dinding menu
Seketika pandanganku meremang, aku kaget bukan kepalang, mendengar suara seorang perempuan yang mengangkat panggilanku. Asupan oksigen dalam tubuhku seakan menipis, dengan dada naik turun. Aku mencoba tenang, kutarik napas panjang dan menghembuskannya pelan."Halo, Ini siapa? Kenapa ponsel suami saya ada sama kamu! Mana Mas Yudi?" ucapku terang tanpa basa-basi.Tuuut.Aku mendengkus kasar, Ck, dia mematikan sambungan teleponnya. Pasti Mas Yudi sedang bersama perempuan itu, batinku geram.Waktu masih menunjukkan pukul 09.02 itu artinya masih ada waktu untukku sebelum menjemput Rizki. Tanpa pikir panjang lagi, aku raih kunci motor dan melajukan motorku menuju ke Galeri, berharap aku bisa menemui Mas Yudi dan perempuan bernama Eva itu di sana. Lima belas menit waktu yang kutempuh untuk sampai di galeri milik suamiku.Aku langsung mengedarkan pandanganku begitu sampai di parkiran, Namun aku tak melihat motor mas Yudi terparkir di sana. Dengan langkah cepat aku memasuki galeri milik suamik
"Apa?!" teriak Rizal pada Hesti lawan bicaranya di telepon. Aku terkejut, mungkinkah ada terjadi sesuatu di galeri."Oke Hes, aku segera kembali ke galeri sekarang juga!" ucap Rizal lalu mematikan panggilan."Mbak aku harus kembali ke galeri sekarang!" "Ada apa Zal?" tanyaku penasaran."Nanti aku ceritakan via telepon ya, Mbak! Assalamualaikum," ucap Rizal dan buru-buru pergi meninggalkan kami.Rizki yang sedang asyik dengan es krimnya seketika melongo melihat tingkah Rizal yang pergi begitu saja tanpa berpamitan dengannya."Om Rizal kenapa, Mah? Kok tiba-tiba pergi?""Nggak ada apa-apa, Sayang! Om Rizal ada urusan mendadak jadi harus buru-buru pergi, udah habis belum es krimnya?" tanyaku mengalihkan pembicaraan."Belum Mah, ini dikit lagi," jawabnya sambil tangannya mengumpulkan sisa-sisa es krim yang tinggal sedikit."Habiskan terus kita pulang ya, Sayang!"Rizki mengangguk pelan.*********Kami tiba di rumah menjelang tengah hari, Rizki langsung masuk ke kamarnya dan ganti baju se
Baru saja aku ingin beranjak, ponsel di saku gamisku bergetar. Segera aku merogoh benda pipih kesayanganku itu, dan membukanya.Sebuah pesan masuk itu mampu membuat mataku membulat sempurna melihat isi pesan itu.Pesan itu adalah sebuah potongan video yang di kirim Rizal, pada video terlihat jelas Mas Yudi berjalan mesra dengan seorang wanita, aku yakin dia wanita yang bernama Eva. Di video itu terlihat jelas Eva sedang bergelayut manja di pundak Mas Yudi, Mas Yudi pun tampak senang dengan sikap Eva, terlihat sesekali ia mencubit hidung wanita dengan rambut sebahu dan perparas cantik itu.Melihat video itu, hatiku semakin geram, rasanya ingin aku cakar muka perempuan penggoda itu. "Sintya! Aku pergi ke galeri lagi ya!" teriak Mas Yudi, yang sepertinya suaranya dari ruang tamu. Aku tak menjawab, biarlah ia mengira aku tidur siang bersama Rizki, dan seperti kemarin-kemarin ia pergi seperti tak ada beban. Biarlah ia menikmati semua ini, tapi saatnya nanti aku bertindak, kau pasti akan m
Suara seseorang mengetuk pintu, itu pasti Hana pikirku. Segera aku melangkahkan kaki menuju pintu depan, kusingkap sedikit gorden jendela untuk memastikan apakah benar Hana atau bukan. Ternyata benar itu Hana.Hana sudah berada di ambang pintu saat pintu terbuka."Sintya!" teriaknya memelukku dengan hangat, sudah agak lama memang aku kami jarang bertemu, sejak aku mulai sibuk mengurus rumah tanggaku, dan Hana sibuk dengan karirnya."Hana! Masuk, Han!" ucapku tersnyum pada wanita berhijab yang masih betah melajang ini. "Sintya, Rizki lagi tidur?" tanyanya melihat suasana rumahku yang sunyi. Yah, jika ada Rizki suasana rumah selalu ramai oleh tingkahnya. Aku mengangguk. "Ayo kita ngobrol di dalam, Han!" ajakku, dan di angguki olehnya.Kami duduk di sofa ruang tengah, aku melenggang ke dapur untuk mengambil minuman dingin dan beberapa camilan untuk sahabatku ini."Sin, nggak perlu repot-repot lah, kaya sama siapa aja, aku kan udah biasa main kesini. Selalu saja kau merepotkan dirimu se
POV YudiSetelah pulang kerja nanti, aku berniat akan mengunjungi rumah kekasihku Eva. Wanita cantik yang sudah sebulan ini menjalin hubungan denganku.Tak lupa aku mengirim pesan pada istriku Sintya kalau hari ini aku akan pulang malam, dengan alasan ada urusan pekerjaan.Entah mengapa kehidupanku aku merasa hidupku dengan Sintya yang itu-itu saja membuatku sedikit merasa jenuh dan hambar. Dan semuanya terasa berwarna saat dua bulan lalu Eva menjalin kerjasama dengan bisnis dekorku. Eva yang terus menggodaku dengan sikap manis dan manjanya membuat aku terlena dan menjalin hubungan dengannya, dia pun tau aku sudah beristri, tapi itu tak menjadi masalah baginya. Bahkan bersedia menjadi istri keduaku.Satu-satunya orang yang mengetahui kedekatanku dengan Eva adalah Rizal, dia orang kepercayaanku, yang sering mewakiliku dalam urusan pekerjaan. Aku yakin ia akan diam dan tutup mulut dari siapapun dan tak kan mengkhianati kepercayaanku. Aku dan Eva semakin sering bertemu di luar urusan pe