Ketulusanku Dibalas Pengkhianatan

Ketulusanku Dibalas Pengkhianatan

last updateLast Updated : 2022-09-29
By:  Tifa NurfaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9
9 ratings. 9 reviews
150Chapters
62.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Sintya seorang istri yang begitu baik, lembut, dan penurut itu harus menerima kenyataan pahit. Suami yang begitu ia banggakan, telah mengkhianati pernikahan ini, pernikahan yang telah ia bangun selama 16 tahun ini harus berakhir dengan sebuah pengkhianatan. Sintya bahkan menyaksikan sendiri suaminya tengah bertukar peluh dengan wanita lain, hatinya begitu hancur, hatinya begitu sakit, namun sekali lagi, ia harus kuat demi Rizki anak semata wayangnya. Sintya tak rela semua jerih payahnya selama membersamai suaminya, harus jatuh begitu saja ke tangan sang penggoda, ia tak rela saat semua ketulusan dan pengorbanan yang ia berikan untuk suaminya hingga mencapai titik ini, harus jatuh dan di nikmati oleh sang wanita itu. Bagaimana langkah Sintya dalam mengambil sikap selanjutnya? Bagaimana Sintya menjalankan misinya untuk bisa merebut semua aset yang telah ia bangun bersama suaminya agar tak jatuh ke tangan sang penggoda?

View More

Chapter 1

Bab 1 (Perubahan Sikap Mas Yudi)

"Mas, ini tehnya," ucapku meletakkan secangkir teh hangat untuk Mas Yudi suamiku, dan menjatuhkan bobotku di sampingnya.

"Hmm," jawab Mas Yudi tanpa menoleh sedikitpun ke arahku, jemarinya sibuk dengan ponselnya.

Seperti biasa usai pulang kerja, selalu aku suguhkan teh panas untuk lelaki yang sudah membersamaiku selama 16 tahun ini.

Melihat responnya cuek seperti itu membuatku jadi kikuk sendiri, aku menatap lelaki yang duduk di sampingku ini, namun tak juga bergeming. Bahkan seolah tak menganggapku ada, sepertinya gawainya lebih menarik perhatiannya.

"Ya sudah, Aku siapkan makan malam buat Mas, ya!"

Aku bangkit, Mas Yudi hanya mengangguk, sepertinya memang dia sedang sibuk, sampai-sampai untuk menjawab ucapanku saja enggan.

Segera aku panaskan makanan yang sudah aku masak siang tadi, hari ini sengaja aku masak menu spesial, lain dari hari biasanya, berharap Mas Yudi kembali hangat padaku.

Beberapa hari ini memang aku rasakan sikapnya sedikit berubah, entahlah atau mungkin cuma perasaanku saja yang terlalu ingin di perhatikan.

Aku tak boleh suudzon pada suamiku sendiri, batinku.

"Rizki! Sini maem dulu, Sayang!" teriakku pada putra semata wayangku, yang sedari tadi sibuk dengan mainan legonya.

"Iya, Mah!" sahutnya, kemudian berlari ke arahku.

"Mainannya udah di beresin belum, Sayang?"

"Belum, Mah! Nanti aja Mah, abis maem Riski mau lanjut main lagi," jawabnya seraya menarik kursi dan duduk manis menggemaskan.

"Ya sudah, sekarang Rizki panggil Ayah, ajak makan sama-sama ya," titahku dan sekejap kemudian ia sudah berlari menuju ruang tamu tempat ayahnya duduk.

"Ayah, Ayo makan! Aku udah lapar nih!"

"Iya sebentar lagi ya, Nak!"

"Sekarang aja ayo! Ayah Kita makan sama-sama!" 

"Kalau Rizki lapar, Rizki makan duluan aja sama Mamah."

"Nggak! Rizki maunya makan sama-sama, Mamah sama Ayah"

Terdengar Rizki merengek membujuk Ayahnya. Kupercepat menuang semur daging, yang telah selesai kupanaskan ke dalam mangkok saji, dan kemudian dengan sedikit berlari aku menghampiri mereka.

Tampak Mas Yudi masih sibuk dengan ponselnya, tak mengindahkan Rizki yang ada di hadapannya.

"Mas! Simpan dulu lah ponselnya,kasihan Rizki dari tadi kamu cuekin!" ucapku ketus.

"Iya, Iya! Ya sudah ayo makan! Jawabnya lalu bangkit mendahului kami, terlihat senyum merekah di wajah mungil Rizki yang mengekor di belakangnya.

"Kamu kenapa sih, Mas? Cuekin aku, sikapmu berubah, kalau aku punya salah, kasih tau aku, jangan seperti ini!" cetusku penuh penekanan, rasanya jengah aku dengan perubahan sikapnya.

"Berubah apanya! Aku biasa aja, kamu aja yang lebay! Aku juga capek setelah kerja seharian!" balasnya tanpa menghiraukan aku.

"Tumben kamu masak enak, Sin!" ujar Mas Yudi yang sudah duduk di depan meja makan, dan melihat menu semur daging sapi, cap cay, dan udang goreng tersaji di meja makan.

"Iya, Mas! Sekali-kali bolehkan, kita makan enak!" sahutku sambil mengisi piringnya dengan nasi dan menyerahkan padanya.

"Hmm," Lagi-lagi hanya anggukan yang ia perlihatkan padaku.

Aku sedikit heran dengan sikap suamiku, Mas Yudi yang biasanya hangat saat bercengkrama denganku dan Rizki, kini lebih banyak waktunya tersita untuk menatap benda pipih miliknya itu, dan cenderung cuek pada kami. Ada apa sebenarnya dengan Mas Yudi?

"Mamah ambilin nasi juga donk, buat aku!" seru Rizki mengagetkanku.

"Ah, iya Sayang! Sini piringnya, Sayang," jawabku tersenyum, dan sedetik kemudian pandanganku kembali pada lelaki yang sedang sibuk melahap makanan yang kusuguhkan.

Beberapa kali aku coba tanyakan perihal sikapnya yang dingin, ia selalu menjawab sedang sibuk dengan pekerjaannya.

Mas Yudi seorang dekorator, lebih tepatnya dekorator pernikahan. Mas Yudi memiliki sebuah galeri dekor untuk menjalankan usahanya, ia juga memiliki beberapa pegawai yang membantunya menjalankan bisnisnya, beberapa koleganya seperti tukang rias, MUA dan Wedding Organizer juga kerap kali bekerjasama dengannya.

Suasana di meja makan begitu hening, hanya sesekali ocehan Rizki yang terdengar, Aku hanya tersenyum menanggapi ocehan putraku.

Selera makanku hilang melihat sikap suamiku yang akhir-akhir ini menjadi pendiam.

Aku terus memutar ingatanku, adakah kesalahan yang aku lakukan belakangan ini hingga membuatnya begitu cuek padaku? 

Rasanya semuanya baik-baik saja, aku selalu berusaha melayani keperluannya dengan sebaik mungkin.

"Ayah, nanti selesai makan temenin aku main, ya!" ucap Rizki pada ayahnya, mungkin dia juga merasa kangen belakangan ini ayahnya jarang menemaninya bermain.

"Rizki nanti temenin Main sama Mamah, Ya! Ayah mau keluar sebentar, ada urusan sama Om Rizal," jawab Mas Yudi datar menanggapi permintaan putranya.

Rizal salah satu pegawainya yang menjadi orang kepercayaan Mas Yudi.

Rizki hanya mengangguk tanpa protes dengan ayahnya, Rizki memang anak yang cerdas dan penurut, sesuai namanya 'Rizki' merupakan rezeki terbesar dalam hidupku, di anugerahi seorang anak yang sholeh.

"Urusan apa, Mas?" tanyaku penasaran.

"Biasa masalah kerjaan," jawabnya singkat, lalu bangkit terlihat ia sudah melahap habis makanannya.

Aku mengangguk dan tak ingin bertanya apapun lagi, mungkin memang urusan pekerjaan yang penting pikirku.

Mataku terus mengikuti arah suamiku yang menuju keluar, dan terdengar ia menerima telepon dari seseorang.

"Iya, Aku segera kesana, ya!" ucap Mas Yudi pada seseorang di seberang sana, ia terlihat begitu bersemangat.

Siapa kira-kira yang yang menghubungi Mas Yudi, apa Rizal? Atau orang lain?

"Sin! Nanti kamu tidur duluan aja! Nggak usah nungguin aku pulang, aku bawa kunci sendiri," ucapnya tiba-tiba menghampiri kami yang masih di meja makan.

"Iya, Mas! Siapa tadi yang menghubungimu, Mas?" tanyaku. Lebih baik aku tanyakan langsung daripada penasaran atau menduga-duga.

Mas Yudi terlihat melipat keningnya, mendengar pertanyaanku, padahal hanya pertanyaan sepele yang sangat wajar di tanyakan istri pada suaminya.

"Hmm, itu tadi Rizal, dia sedikit bingung dengan permintaan klien, makanya ingin aku yang langsung bicara dengan klien," jelasnya dengan sedikit salah tingkah.

Entah rasanya aku tak puas mendengar penjelasan dari suamiku, perasaanku juga sedikit tak enak, atau hanya perasaanku saja. Tapi aku berusaha untuk mempercayainya.

Usai menyelesaikan makan malam dan segera membereskan semuanya, kemudian menemani Rizki bermain sambil belajar berhitung dan mengenal huruf.

"Mah, kenapa Ayah sekarang jarang mau main sama Rizki? Apa karena Rizki nakal? Tapi Rizki udah janji sama Ayah, Rizki nggak akan nakal lagi,"

Aku terhenyak mendengar perkataan polos yang terlontar dari bibir mungil anakku.

"Sayang! Ayah bukannya nggak mau main sama Rizki, hanya saja belakangan ini Ayah sedang banyak pekerjaan, jadi belum sempat main sama Rizki," ucapku menangkup wajah tampan putraku yang sangat mirip dengan ayahnya ini.

Aku menatap mata indahnya, dengan penuh cinta, mencoba merasakan yang ia rasakan. Sebagai anak laki-laki mungkin ia merasa lebih seru jika bermain dengan ayahnya.

Ia pun mengangguk tersenyum, memahami kondisi ayahnya.

"Nanti kalau Ayah udah nggak sibuk, pasti nanti Ayah mau main lagi sama Rizki, sekarang Rizki bobok dulu yuk! Sekarang sudah waktunya bobok," ajakku mengalihkan perhatiannya.

Aku menggandeng tangan mungilnya menuju kamarnya, tak lupa rutinitas sebelum tidur yang aku ajarkan padanya, cuci tangan dan gosok gigi sebelum bersiap tidur.

Kubaringkan tubuhku di sampingnya, membacakan dongeng kesukaannya untuk menghantarkan tidurnya, sebelumnya doa sebelum tidur ia lafalkan dengan lancar.

Sepuluh menit berselang, kulihat ia sudah terlelap dengan dengkuran halus terdengar teratur. Aku menatap wajah damai dalam tidurnya. Aku menarik selimut tuk menutupi tubuh mungilnya, tak lupa kukecup lembut keningnya. Betapa aku sangat menyayanginya.

Yah, kehadiran Rizki dulu memang sangat kami tunggu. Baru pada tahun ke sepuluh usia pernikahan kami, Rizki hadir di rahimku. Tentu Mas Yudi pun sangat bahagia mendengar kabar kehamilanku, kehidupan kami nyaris sempurna dengan kehadiran Rizki.

Aku matikan lampu kamar,dan menggantinya dengan lampu tidur, kemudian meninggalkan Rizki lelap dalam tidurnya.

Aku melirik jam dinding yang berdetik di dalam kamarku, waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 tapi belum juga ada tanda-tanda Mas Yudi pulang. Kuraih benda pipih di atas nakas, dan mencoba menghubungi suamiku. Namun hasilnya nihil ponsel Mas Yudi mati, tidak dapat dihubungi.

Kemana kamu sebenarnya, Mas? tanyaku dalam hati. 

Ah, Rizal, Yah aku coba telpon Rizal, mungkin sekarang ia sedang bersama Mas Yudi. Tanpa pikir panjang segera aku mencari kontak Rizal, beruntung aku punya kontak Rizal.

Segera aku menghubungi pegawai suamiku itu.

Tuut ...

Tuut ...

Suara panggilan tersambung, menunggu empunya nomer segera mengangkat ponselnya.

"Hallo, Assalamu 'alaikum, Mbak Sintya?"

Alhamdulillah suara Rizal terdengar dari seberang sana.

"Hallo, Rizal! Iya ini Mbak, cuma mau tanya, kamu sedang sama Mas Yudi?" tanyaku, langsung to the point.

"Mas Yudi? ...

Bersambung...

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Aizah Not
ceritanya sangat bertele-tele, terlalu banyak drama
2022-12-24 06:12:12
1
user avatar
Mrs Vie
ceritanya baguussss
2022-11-30 01:10:50
1
user avatar
Asna Dell
ceritanya sangat menarik Keren
2022-10-23 01:14:09
1
user avatar
ET. Widyastuti
lanjut kak. semangat
2022-08-09 13:58:45
1
user avatar
Turiyah
keren ceritanya Thor. aku suka. next kilat
2022-07-26 02:27:33
1
user avatar
Astika Buana
semangat, Kak
2022-07-25 21:50:03
1
user avatar
Rizka Fhaqot
keren ceritanya thor. semangat lanjutin
2022-07-25 20:40:53
1
user avatar
Tifa Nurfa
semangat...
2022-07-25 20:33:35
1
user avatar
CharNos Java Sante
yg komen msti tmen dket yg nulis ato nggk yg nulis sndiri bikin akun bodong,CERITA TAK MUTU
2022-08-24 08:43:54
2
150 Chapters
Bab 1 (Perubahan Sikap Mas Yudi)
"Mas, ini tehnya," ucapku meletakkan secangkir teh hangat untuk Mas Yudi suamiku, dan menjatuhkan bobotku di sampingnya. "Hmm," jawab Mas Yudi tanpa menoleh sedikitpun ke arahku, jemarinya sibuk dengan ponselnya. Seperti biasa usai pulang kerja, selalu aku suguhkan teh panas untuk lelaki yang sudah membersamaiku selama 16 tahun ini. Melihat responnya cuek seperti itu membuatku jadi kikuk sendiri, aku menatap lelaki yang duduk di sampingku ini, namun tak juga bergeming. Bahkan seolah tak menganggapku ada, sepertinya gawainya lebih menarik perhatiannya. "Ya sudah, Aku siapkan makan malam buat Mas, ya!" Aku bangkit, Mas Yudi hanya mengangguk, sepertinya memang dia sedang sibuk, sampai-sampai untuk menjawab ucapanku saja enggan. Segera aku panaskan makanan yang sudah aku masak siang tadi, hari ini sengaja aku masak menu spesial, lain dari hari biasanya, berharap Mas Yudi kembali hangat padaku. Beberapa hari ini memang aku rasakan sikapnya sedikit berubah, entahlah atau mungkin cuma
last updateLast Updated : 2022-06-17
Read more
Bab 2 (Awal Kecurigaan)
Bab 2 (Awal Kecurigaan)"Hallo, Assalamu 'alaikum, Mbak Sintya?"Alhamdulillah suara Rizal terdengar dari seberang sana."Halo, Rizal! Iya ini Mbak, cuma mau tanya, kamu sedang sama Mas Yudi?" tanyaku, langsung to the point."Mas Yudi? Nggak Mbak! Kan Mas Yudi pulang sore tadi dari galery." Degh!Seketika hatiku tersentak, mendengar jawaban Rizal.Aku sejenak berpikir, kemana Mas Yudi sebenarnya, jika tidak bersama Rizal sekarang, sedangkan lepas Maghrib tadi ia pamit akan bertemu Rizal, bahkan sampai Rizal menelponnya sebelum ia pergi."Halo, Mbak! Mbak masih dengar saya?" suara Rizal di sambungan telepon mengagetkanku yang tengah sibuk dengan kecemasan."I-iya, Zal! jadi kamu tidak sedang bersama Mas Yudi? Apa setelah Maghrib tadi Mas Yudi menemuimu?" tanyaku yang masih dilanda kecemasan."Nggak, Mbak! hari ini ketemu Mas Yudi ya pas di galery aja Mbak!" ucapnya mantap, meyakinkanku bahwa ia berkata jujur."Oh, begitu ya, terimakasih ya, Rizal!"Aku putuskan sambungan telepon setel
last updateLast Updated : 2022-06-17
Read more
Bab 3 (Noda Lipstik di Baju)
Aku melanjutkan mengecek media sosial berwarna biru akun suamiku, dan berselancar di sana, tak ada postingan Mas Yudi yang ganjal. Ibu jariku kemudian mengarah pada fitur messenger.Seketika mataku membulat sempurna melihat chat suamiku, yang dengan seorang wanita bernama Evalina Yulianti, yang aku yakini dia adalah orang yang sama.[Kapan kamu akan menceraikan istrimu, Mas?][Aku akan memikirkannya nanti, selagi dia belum curiga, tak perlu lah buru-buru menceraikannya][Tapi aku mau memilikimu seutuhnya, Mas!][Iya sayang, kamu sabar ya.][Iya tapi jangan lama-lama.] Itu rentetan isi chat mereka. Hatiku semakin hancur, istri mana yang tak sakit hatinya mendapati suami tercintanya telah berpaling pada wanita lain. Semua bukti ini sudah cukup jelas bagiku, sudah cukup memberi jawaban atas perubahan sikapmu, Mas!Aku segera memotret semua percakapan mereka itu dengan ponsel pintarku.Aku segera masuk ke kamar, dan kuletakkan kembali ponsel Mas Yudi ke tempat semula. Jam di dinding menu
last updateLast Updated : 2022-06-17
Read more
Bab 4 (Informasi dari Rizal)
Seketika pandanganku meremang, aku kaget bukan kepalang, mendengar suara seorang perempuan yang mengangkat panggilanku. Asupan oksigen dalam tubuhku seakan menipis, dengan dada naik turun. Aku mencoba tenang, kutarik napas panjang dan menghembuskannya pelan."Halo, Ini siapa? Kenapa ponsel suami saya ada sama kamu! Mana Mas Yudi?" ucapku terang tanpa basa-basi.Tuuut.Aku mendengkus kasar, Ck, dia mematikan sambungan teleponnya. Pasti Mas Yudi sedang bersama perempuan itu, batinku geram.Waktu masih menunjukkan pukul 09.02 itu artinya masih ada waktu untukku sebelum menjemput Rizki. Tanpa pikir panjang lagi, aku raih kunci motor dan melajukan motorku menuju ke Galeri, berharap aku bisa menemui Mas Yudi dan perempuan bernama Eva itu di sana. Lima belas menit waktu yang kutempuh untuk sampai di galeri milik suamiku.Aku langsung mengedarkan pandanganku begitu sampai di parkiran, Namun aku tak melihat motor mas Yudi terparkir di sana. Dengan langkah cepat aku memasuki galeri milik suamik
last updateLast Updated : 2022-06-17
Read more
Bab 5 (Firasat Buruk)
"Apa?!" teriak Rizal pada Hesti lawan bicaranya di telepon. Aku terkejut, mungkinkah ada terjadi sesuatu di galeri."Oke Hes, aku segera kembali ke galeri sekarang juga!" ucap Rizal lalu mematikan panggilan."Mbak aku harus kembali ke galeri sekarang!" "Ada apa Zal?" tanyaku penasaran."Nanti aku ceritakan via telepon ya, Mbak! Assalamualaikum," ucap Rizal dan buru-buru pergi meninggalkan kami.Rizki yang sedang asyik dengan es krimnya seketika melongo melihat tingkah Rizal yang pergi begitu saja tanpa berpamitan dengannya."Om Rizal kenapa, Mah? Kok tiba-tiba pergi?""Nggak ada apa-apa, Sayang! Om Rizal ada urusan mendadak jadi harus buru-buru pergi, udah habis belum es krimnya?" tanyaku mengalihkan pembicaraan."Belum Mah, ini dikit lagi," jawabnya sambil tangannya mengumpulkan sisa-sisa es krim yang tinggal sedikit."Habiskan terus kita pulang ya, Sayang!"Rizki mengangguk pelan.*********Kami tiba di rumah menjelang tengah hari, Rizki langsung masuk ke kamarnya dan ganti baju se
last updateLast Updated : 2022-06-17
Read more
Bab 6
Baru saja aku ingin beranjak, ponsel di saku gamisku bergetar. Segera aku merogoh benda pipih kesayanganku itu, dan membukanya.Sebuah pesan masuk itu mampu membuat mataku membulat sempurna melihat isi pesan itu.Pesan itu adalah sebuah potongan video yang di kirim Rizal, pada video terlihat jelas Mas Yudi berjalan mesra dengan seorang wanita, aku yakin dia wanita yang bernama Eva. Di video itu terlihat jelas Eva sedang bergelayut manja di pundak Mas Yudi, Mas Yudi pun tampak senang dengan sikap Eva, terlihat sesekali ia mencubit hidung wanita dengan rambut sebahu dan perparas cantik itu.Melihat video itu, hatiku semakin geram, rasanya ingin aku cakar muka perempuan penggoda itu. "Sintya! Aku pergi ke galeri lagi ya!" teriak Mas Yudi, yang sepertinya suaranya dari ruang tamu. Aku tak menjawab, biarlah ia mengira aku tidur siang bersama Rizki, dan seperti kemarin-kemarin ia pergi seperti tak ada beban. Biarlah ia menikmati semua ini, tapi saatnya nanti aku bertindak, kau pasti akan m
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more
Bab 7
Suara seseorang mengetuk pintu, itu pasti Hana pikirku. Segera aku melangkahkan kaki menuju pintu depan, kusingkap sedikit gorden jendela untuk memastikan apakah benar Hana atau bukan. Ternyata benar itu Hana.Hana sudah berada di ambang pintu saat pintu terbuka."Sintya!" teriaknya memelukku dengan hangat, sudah agak lama memang aku kami jarang bertemu, sejak aku mulai sibuk mengurus rumah tanggaku, dan Hana sibuk dengan karirnya."Hana! Masuk, Han!" ucapku tersnyum pada wanita berhijab yang masih betah melajang ini. "Sintya, Rizki lagi tidur?" tanyanya melihat suasana rumahku yang sunyi. Yah, jika ada Rizki suasana rumah selalu ramai oleh tingkahnya. Aku mengangguk. "Ayo kita ngobrol di dalam, Han!" ajakku, dan di angguki olehnya.Kami duduk di sofa ruang tengah, aku melenggang ke dapur untuk mengambil minuman dingin dan beberapa camilan untuk sahabatku ini."Sin, nggak perlu repot-repot lah, kaya sama siapa aja, aku kan udah biasa main kesini. Selalu saja kau merepotkan dirimu se
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more
Bab 8
POV YudiSetelah pulang kerja nanti, aku berniat akan mengunjungi rumah kekasihku Eva. Wanita cantik yang sudah sebulan ini menjalin hubungan denganku.Tak lupa aku mengirim pesan pada istriku Sintya kalau hari ini aku akan pulang malam, dengan alasan ada urusan pekerjaan.Entah mengapa kehidupanku aku merasa hidupku dengan Sintya yang itu-itu saja membuatku sedikit merasa jenuh dan hambar. Dan semuanya terasa berwarna saat dua bulan lalu Eva menjalin kerjasama dengan bisnis dekorku. Eva yang terus menggodaku dengan sikap manis dan manjanya membuat aku terlena dan menjalin hubungan dengannya, dia pun tau aku sudah beristri, tapi itu tak menjadi masalah baginya. Bahkan bersedia menjadi istri keduaku.Satu-satunya orang yang mengetahui kedekatanku dengan Eva adalah Rizal, dia orang kepercayaanku, yang sering mewakiliku dalam urusan pekerjaan. Aku yakin ia akan diam dan tutup mulut dari siapapun dan tak kan mengkhianati kepercayaanku. Aku dan Eva semakin sering bertemu di luar urusan pe
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more
Bab 9
Aku duduk santai di sofa ruang tamunya. Eva memang tinggal sendirian, kedua orangtuanya tinggal di luar kota. Tanpa terasa aku terlelap, dan di kagetkan saat Eva sudah duduk di sampingku."Mas, kamu tidur? Capek ya? Sini aku pijitin," ucapnya lalu tangannya memijit lengan kananku."Makasih ya, Sayang! Kamu tau aja kalau aku lagi capek!" ujarku melirik ke arah wanita cantik di sampingku."Iya donk, aku kan sayang kamu." Eva menggoda dengan senyum manisnya, telihat deretan rapi gigi putihnya."Kamu udah makan?" tanyaku."Belum, Mas! Aku kan nungguin kamu, biar bisa dinner sama kamu, Mas!" ucapnya manja. Aku senang dengan tingkah manjanya."Ya udah nanti kita makan di luar ya!" sahutku mencubit hidungnya.Eva terlihat tersipu malu, dengan kedua pipinya merona dan menyandarkan kepalanya di dada bidangku. Aku mengelus rambut hitamnya dan kukecup pucuk kepalanya. Dia pun memejamkan matanya, menikmati perlakuanku. Kecupanku berpindah di kedua pipinya, hingga membuat hasratku meningkat, dan i
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more
Bab 10
POV Sintya"Kamu ada ide Brilian apa, Han?" tanyaku cepat dengan rasa penasaran. Dan Hana kembali tersenyum."Kita akan menangkap Basah mereka, Sin!" ujarnya menatapku."Caranya?" tukasku yang masih bingung dengan ide nya Hana."Mas Yudi biasanya pulang Dari Galeri jam berapa?""Sekitar jam lima sore," jawabku"Jam lima sore nanti kita akan ke galeri, dan kita akan mengikuti kemana Mas Yudi pergi, jika benar ia akan bertemu dengan Eva, kita akan menangkap basah mereka. Hingga mereka tak akan bisa berkelit."Aku mengangguk menyetujui ide Hana."Tapi bagaimana dengan Rizki, tak mungkin kan aku bawa Rizki untuk ikut serta melihat kelakuan ayahnya," ucapku. Hana terlihat berpikir, bola matanya sesekali memutar ke atas mencari solusi.Aku memang tak punya sanak saudara di sini, aku asli dari Jawa tengah, dan ikut sama Mas Yudi ke sini, di kota Surabaya, sedangkan kedua orang tua Mas Yudi sudah lama meninggal."Hmm, Rizki kita titipkan dulu aja dulu, Gimana?" ucapnya saat menemukan solusi.
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status