Home / Romansa / Kill My Husband! / 7. Menjemput Renata

Share

7. Menjemput Renata

Author: Mustacis
last update Last Updated: 2022-01-02 18:02:43

Jaket kulit cokelat yang warnanya sudah pudar, celana jeans belel yang robek-robek di bagian lutut dan paha, dan kaus putih yang sudah berganti warna menjadi kekuningan. Dengan penampilan yang sama, Bandit kembali ke club itu.

Dan ia mesti mendapati tatapan meremehkan si bartender bernama Andi kemarin malam. Laki-laki rapi yang berwajah seperti orang Jepang itu menyapukan pandangannya pada penampilan Bandit yang tidak berubah, lalu mendengus bosan.

"Buat apa lagi kau ke sini? Kurasa bukan untuk memesan minuman dan berjoget seperti orang gila di lantai dansa."

Bandit hanya berdiri, sama sekali tak menyentuh kursi tinggi di sampingnya. Ia menatap lurus ke dalam mata Andi, seolah ingin mencongkel alat penglihatan lelaki berkulit putih itu.

"Renata."

Mendapati tatapan yang teramat tajam dari laki-laki berpenampilan urakan dan seram seperti Bandit, Andi akhirnya menunduk. Lututnya tiba-tiba gemetar dan jantungnya berdegup lebih cepat.

"Sialan. Akan kupanggilkan, puas?!" Satu entakan napas kasar meluncur dari mulut Andi. "Leon!! Panggilkan Serina!"

Bandit mengernyit saat nama asing itu terdengar. Serina bukan nama yang buruk, tapi rasanya sangat asing. Siapa yang memberikan nama itu padanya?

Saat Leon melihatnya, laki-laki kurus dan tinggi itu menghela napas. "Serina bilang dia tidak ingin bertemu denganmu. Dia punya banyak pelanggan."

Kernyitan di dahi Bandit kian melebar. Banyak pelanggan. Maksudnya laki-laki hidung belang?

Selesai menyadari fakta itu, wajah Bandit mengeras. Kedua tangannya terkepal dan Leon mesti mundur dua langkah karena ia tahu lelaki bertubuh lebih besar dari para pengawal di club ini siap untuk meledak.

"Aku bisa memanggilnya sebagai wanita penghibur untukmu, tentunya dengan bayaran seharusnya."

Wanita penghibur.

Kepalan tangan Bandit kian menjadi. Tak pernah sekalipun dia membayangkan Renata akan menyandang gelar itu. Dia terlalu lugu. Terlalu murni. Terlalu manis untuk menjadi wanita penghibur yang menemani laki-laki asing setiap malam.

"Hey, Bung. Tidak usah marah begitu. Di sini tidak ada Renata, yang ada hanya Serina si bunga club yang selalu diincar oleh laki-laki berduit. Renata-mu itu sudah mati, jadi tidak usah datang setiap malam ke tempat ini dan membuat orang-orang tidak nyaman."

Saat ucapan Andi berakhir, urat-urat di pelipis dan rahang Bandit sudah menyembul keluar. Entakan napasnya kian kasar dan sedikit lagi dia akan menerjang Andi ketika Leon menginterupsinya.

"Akan kupanggilkan. Ini yang terakhir. Jangan datang lagi dan membuat ulah."

Serina si Bunga club datang dengan raut wajah yang tidak menyenangkan. Kulit bersihnya berkeringat dan tali tipis di bahunya sedikit longgar.

"Aku sedang bekerja dan kau langsung memanggilku secara darurat. Sudah kubilang aku tidak ingin bertemu dengan orang ini lagi!"

Bandit tahu betul 'sedang bekerja' yang dimaksud Renata. 

Rasa bersalah menggerogoti hatinya. Pada akhirnya dia tak mampu melindungi gadis ini. Dia hanya memberikan luka baru dan pergi begitu saja.

"Dia akan mencari gara-gara."

"Apa kau tak punya pengawal? Atau pengawal-pengawal di sini cuma sebagai pajangan?" Decakan keras mengalun dari bibir merah yang merekah itu.

"Ini yang terakhir. Urus dia. Aku tak ingin ada keributan di sini."

Renata mengalihkan perhatian kepada Bandit setelah Leon melenggang pergi. Sangat jelas ada ketidaksukaan dari sorot matanya.

"Ikut aku."

Renata mengambil tangan Bandit dan membawanya membelah lautan orang yang tengah berdansa dengan dentuman musik yang menggila. Tangan Renata terasa halus dan hangat, mengingatkan Bandit saat dulu dia yang menggandeng sang adik ke mana-mana.

Renata masuk ke sebuah ruangan yang dipenuhi dengan loker—mungkin ruang ganti.

Ia lalu bersedekap sambil menghadap Bandit. Ada kekalutan tersirat dalam gurat-gurat keningnya yang tengah mengernyit.

"Sudah kubilang jangan mencariku lagi. Kita tak ada hubungan apa-apa lagi!"

"Aku ingin menjemputmu. Tinggalkan tempat ini."

"Lalu ikut bersamamu! Tinggal denganmu? Apa yang kau punya sekarang? Apa yang bisa kau berikan padaku?!"

Ucapan-ucapan bernada tinggi itu seolah menusuk dada Bandit. Renata benar. Dia tak punya apa-apa untuk gadis ini. 

"Kau bisa tinggal di mana saja asal jangan di sini."

Renata mendengus. Kedua sudut bibirnya terangkat membentuk senyum nanar. "Sejak awal harusnya Ibu tak menikah dengan laki-laki bajingan itu. Seharusnya setelah dipukul sekali dia kabur dan tak kembali lagi, bukannya malah minggat ke neraka dan meninggalkanku. Sekarang ayah keparatnu itu sudah mati. Aku bebas. Apalagi yang kau inginkan dariku? Kembali terjerat dengan kehidupanmu yang busuk itu?"

Bandit memalingkan wajah, bulu-bulu kasar di rahangnya tak sepenuhnya menutupi betapa tegangnya wajah lelaki itu. Di matanya ada pergolakan batin, antara membenarkan perkataan Renata dan tetap pada pendiriannya untuk membawa wanita ini pergi. Ada rasa bersalah yang bisa ditangkap dengan jelas oleh Renata.

"Rena, jangan melakukan ini karena membenci masa lalumu dan aku. Hiduplah lebih baik dari yang dulu. Jangan hidup begini."

"Bagaimana pun hidupku, akan selalu baik jika kau dan ayahmu tak menggangguku lagi."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kill My Husband!   Terima kasih.

    Halo, ini author Mustacis. Terima kasih sudah mengikuti dan mendukung Izora dan Bandit. Jangan sungkan untuk kasih masukan yang berarti supaya aku bisa terus memperbaiki tulisan aku dan mempersembahkan yang terbaik untuk kalian 😘 Cerita Pembunuh Suamiku adalah tantangan kedua yang aku berikan kepada diri sendiri setelah 'Tertawan Dua Suami' juga tamat. Semoga kalian bisa terhibur, ada sedikit pelajaran yang bisa diambil dan puas dengan cerita ini. Kalau kalian suka dengan cerita-cerita aku, kalian bisa pantengi akun F4ceb00k aku: Mustacis Kim untuk dapet info-info seputar cerita aku. Terima kasih banyak. Jangan lupa masukkan komentar yang banyak supaya cerita ini bisa masuk di beranda promosi dan Izora-Bandit bisa semakin dikenal banyak pembaca 🙏🏻 Sampai jumpa di karya-karya aku selanjutnya ❤️❤️

  • Kill My Husband!   SPECIAL BAB 5 Kita Sudah Lengkap

    “Dia sudah tidur?”Bandit mengintip dari balik bahu Izora, pada Ciara yang sudah telentang nyenyak. Kedua tangan kecilnya mengepal di sisi kepala dan napasnya berembus hangat dengan teratur.Sedang Izora menyangga kepala dengan sebelah tangan dan tangan yang lain masih menepuk pelan paha Ciara. Ia menoleh sebentar kepada Bandit.“Dia baru saja tidur,” bisiknya.Bandit mengangguk lalu menyandarkan dagunya pada lengan Izora. Menatap pemandangan Ciara yang tertidur damai tidak punya beban dan ketakutan apa pun.“Dia sangat menggemaskan.”Izora menyetujui dengan senyuman. Entah sejak kapan dia seringkali tersenyum konyol, tapi saat ini pikirannya sama dengan pikiran sang suami.Suami.Dulu dia membenci kata itu, sekarang ia menyanjungnya. Menghitung berapa banyak istri yang bahagia di dunia ini seperti dirinya.Bisakah ia sebut ini sebagai keluarga?Keluarga

  • Kill My Husband!   SPECIAL BAB 4 Darius Sudah Musnah

    Bhanu mengamati dua pusara yang berbaris rapi itu dengan nanar. Padahal baru satu minggu yang lalu dia datang ke sini dan dia harus datang lagi hari ini.Ia menarik napas dalam, merasa déjà vu melihat dua makam yang berdampingan itu. Segalanya berakhir tragis. Hidup sang tuan yang diperjuangkan selama dua tahun akhirnya menemui ajal.Mungkin inilah hukuman yang selalu ditunggu-tunggu sang nyonya. Bhanu merasa sangat sayang. Padahal mereka semua bisa hidup dengan baik.Rumput-rumput di bawah kakinya menyusut ketika ia melangkah meninggalkan area pemakaman yang sudah sepi. Di dalam kepalanya ia masih mengingat pusara yang bertuliskan nama Darius Farzan dan Raline Maharani yang baru saja dia tinggalkan.Ia masuk mobil, bukan lagi milik Farzan. sudah sejak lama Bhanu tidak memakai lagi fasilitas Farzan. Ia sendirian sekarang, tak ada pengawal lain atau bawahan yang bisa ia komando.Bersama dengan sang pemimpin keluarga yang ti

  • Kill My Husband!   SPECIAL BAB 3 SERINA

    Izora baru saja hendak tidur ketika ponselnya bergetar di atas nakas. Nama Serina muncul di layar panggilan. Diamatinya sang suami yang tertidur pulas tanpa baju di sampingnya sambil memeluk Ciara, putri yang mereka rawat sejak kemarin malam.Namanya mirip dengan nama Ibu. Tiara. Karena Izora merindukannya. Ia merindukan sang ibu yang tak pernah lagi ia temui sejak dua tahun lalu. Mereka hanya berbicara lewat telepon sesekali.Ayah dan Adnan sudah mengira Izora meninggal dan diliputi perasaan bersalah setiap hari. Usaha Ayah bangkrut dan tentu saja mereka harus pindah ke rumah yang lebih kecil.Rumah yang dibelikan Izora secara diam-diam.Ayah berhenti bekerja dan Adnan menjadi pegawai kantoran biasa. Kehidupan mereka normal, hanya perasaan bersalah itu yang terus menghantui mereka.Biarlah. Anggap sebagai pembalasan dendam.Ponselnya masih berdering dan gegas Izora mengangkatnya. “Ada apa, Serina? Ini sudah larut malam.&rd

  • Kill My Husband!   SPECIAL BAB 2 Punya Anak?

    SPECIAL BAB 2PUNYA ANAK?Malam ini terasa lengang. Suara ketikan keyboard Izora mendominasi kamar sebelum dia menyadari bahwa malam sudah larut dan Kayman belum pulang.Ia menutup laptopnya dan keluar kamar. Menuruni tangga menuju ruang tengah yang hawanya cukup dingin. Angin berembus masuk lewat celah ventilasi di atas jendela, menerbangkan gorden dan meniup rambut Izora.Izora tidak menunjukkan gestur kedinginan sedikit pun. Ini sudah menjadi makanan kesehariannya. Tinggal di vila yang Darius berikan, terletak di daerah yang tinggi dan dingin. Izora sudah terbiasa kedinginan.Kayman belum pulang dan tidak memberikan kabar apa pun, membuat Izora khawatir. Jangan sampai lelaki itu pulang dalam keadaan terluka seperti yang sudah-sudah.Semoga pekerjaannya malam ini berjalan lancar. Kayman memang biasa pulang terlambat jika ada tugas penting, tapi malam ini Izora lebih khawatir dari biasanya. Firasatnya buruk.Gaun tidu

  • Kill My Husband!   SPECIAL BAB 1 Dia Bukan Lagi Bandit

    Dua tahun kemudian. “Ah, Kayman …” Tautan jari-jemari itu kian menguat ketika lagi-lagi Izora menggaungkan nama Kayman ke seluruh sudut-sudut kamar. Napasnya yang berembus panas beradu dengan napas pria yang bergerak dengan lihai di atas tubuhnya. Lelaki itu menggila, wajahnya mengeras, keningnya mengernyit menikmati gulungan gairah yang menghantamnya tanpa ampun. Hari yang cerah itu terasa sangat panas, membuat dua tubuh yang telanjang di atas ranjang bermandikan peluh. Sudah sejak tadi dan tak ada siapa pun di antara mereka yang berniat menghentikan aktivitas yang meleburkan hasrat itu. Otot-otot Bandit terdenyut-denyut menggoda Izora. Kulit kecokelatannya basah dan mengalirkan tetesan keringat berbau jantan ke perut Izora. Dari bawah, Izora bisa melihat betapa indahnya lelaki itu. Dari ekor matanya, ia bisa melihat cahaya raja siang mulai memudar dan menyiarkan semburat berwarna oranye dari balik jendela kaca. Berarti hari sud

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status