Kinan tidak bisa berpikir, ia tidak mungkin mencium Noah. Tapi, mengatakan jika mereka bukan pasangan lebih tidak mungkin. Kinan tidak ingin dipermalukan karena telah menipu ratusan orang yang hadir di sini. Ia juga tidak rela jika kalung yang sudah melingkar cantik di lehernya diambil kembali.
"Kami tidak pernah menunjukkan kemesraan kami di depan publik, jadi kami merasa sangat malu jika melakukannya di sini." Noah masih mencoba bersikap tenang meski ia sudah merasa ingin kabur dari sini.
Kinan membuang napasnya gusar, masa bodoh dengan reaksi pria itu nanti. Tapi, Kinan harus segera menyelesaikannya jika keduanya tidak ingin terjebak di sini--di depan orang-orang yang tengah menatap mereka penuh tanda tanya juga curiga.
Lantas Kinan menarik Noah, mendaratkan bibir ranumnya pada bibir pria itu. Persetan dengan apa yang terjadi setelah ini, sekarang Kinan lakukan saja sebelum kalung berlian berharga selangit itu diambil kembali. Kinan mengalungka
Noah membuang napasnya lelah, ia telah berhasil membawa wanita itu ke apartemennya. Awalnya ia ingin membawa Kinan pulang ke rumahnya saja, tetapi Noah tidak lagi sanggup menyetir karena pengaruh alkohol yang ia minum tadi sedikit membuat kepalanya berat."Aku tidak tau kenapa ibu terlalu memaksaku untuk menikah, padahal aku sudah bahagia."Noah menatap Kinan yang tertidur di lantai dapur, sejak 10 menit yang lalu wanita itu tidak mau diajak untuk bangkit dari sana. Ia terus meracau dan sesekali berteriak. "Aku takut, aku takut menikah!"Kinan tiba-tiba bangkit menghadap ke arah Noah yang terduduk di kursi makan. Rambut wanita itu tampak acak-acakan, dengan riasan yang telah sepenuhnya luntur dari wajahnya. "Aku ingin bebas tanpa ada yang mengekang diriku," katanya sebelum kemudian merentangkan tangan dan berputar-putar seolah sedang menari di udara.Noah sejujurnya belum paham, ketakutan apa yang sebenarnya m
Noah menghidangkan dua mangkuk sup ke atas meja makan, satu mangkuk sup berisi mi beserta daging ayam itu ia taruh tepat di depan Kinan dan satu mangkuk sup yang sama ia taruh di hadapannya. "Makanlah, agar kepalamu bisa segera pulih."Suasana menjadi sangat canggung pagi ini, puing-puing ingatan tentang kejadian semalam benar-benar memporak-porandakan diri Kinan. Ia malu ketika mengingat kejadian itu, harga dirinya seperti melayang saat ia mencium pria itu di depan khalayak ramai. "Terima kasih," jawabnya.Noah mengernyit bingung, ia menyadari perubahan sikap wanita itu. Wajar memang, Noah bisa memaklumi jika Kinan malu soal kejadian tadi malam. Tapi, ya itu hanya bagian dari rencana yang mereka lakukan. Lalu kenapa harus merasa malu?"Apa rencanamu hari ini?""Aku ingin tetap di sini," jawabnya cepat. Pandangannya ia tundukkan pada mangkuk sup, tidak berani melakukan kontak mata dengan pria itu."Kau tidak berniat menemui pria selanju
"Kita ke rumah siapa?" tanya Kinan saat keduanya telah sampai di sebuah rumah dengan taman yang membentang cukup luas. Keduanya menghabiskan waktu satu jam untuk bisa sampai di tempat yang berudara sangat sejuk itu."Rumah Opa sama Oma," jawab Noah seraya melangkah masuk ke teras rumah dan disambut oleh kedua orang yang paling Noah sayangi itu. "Omaaa!""Noah cucuku!" Oma langsung memeluk Noah hangat. "Sudah lama kau tidak datang."Kinan yang berdiri di samping Noah, cukup terkejut melihat kedekatan pria itu dengan Omanya. Kinan tersenyum saat pria tua itu tersenyum ramah padanya. "Hai Opa," katanya berusaha terlihat akrab dengan menyalim Opa lalu kemudian Oma."Ini siapa?" tanya Oma tersenyum. Meski kerutan sudah memenuhi seluruh tubuhnya. Tetapi, Kinan bisa melihat jika Oma adalah orang yang sangat cantik sangat muda dulu."Saya Kinan Oma.""Kinan?" Oma kemudian menoleh ke arah Noah."Dia salah satu klien aku Oma, dia ikut ke s
Noah melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata, tak banyak mobil yang berlalu lalang di jalan ini lantaran mereka masih berada di pemukiman desa yang dipenuhi hamparan kebun teh dan tidak padat penduduk. Sesekali Noah melirik ke arah Kinan yang masih sibuk menciumi bunga-bunga segar yang dipetiknya di rumah Oma."Seharusnya kita bisa tinggal lebih lama di sini." Kinan menoleh.Noah memandang sekilas. "Kita bisa kembali kapan pun kau mau.""Benarkah?" tanya Kinan tidak percaya. Matanya berbinar cerah, menarik perhatian Noah untuk melihat."Ya, lagi pula aku juga merindukan tempat ini."Kinan tersenyum sekali lagi, sebelum memindahkan pandangannya ke arah luar. Udara di sini sangat segar, Kinan pasti akan merindukan tempat ini. Mengingat, tempat tinggalnya sangat jauh dari kata sejuk dan bebas kebisingan."Aku takut menikah karena aku tidak ingin punya suami seperti ayah," kata Kinan menolehkan wajahnya ke arah Noah.Pria
Kinan telah sampai di tempat yang Noah katakan untuk bertemu. Malam ini ia mengendarai mobilnya sendiri karena Noah tidak mengatakan untuk menjemputnya ke rumah. Sejujurnya sekarang Kinan merasa gugup, wrap maxi dress bewarna dengan potongan dada yang cukup rendah menjadi pilihannya setelah membongkar seisi lemari. Tak lupa, Kinan juga mengikat rambutnya dan menambah scarf yang akan menambah keanggunannya malam ini.Kinan melihat dirinya sekali lagi di kaca mobil, sebelum berjalan masuk ke area restoran yang letaknya tepat di pinggiran pantai. Ah, sejujurnya Kinan tidak suka pantai. Angin benar-benar menghancurkan penampilannya. Kinan tersenyum, ketika matanya langsung mendapati Noah duduk di salah satu meja kayu. Melambaikan tangannya, Kinan melangkah cepat menghampiri. "Apa kau menunggu terlalu lama?""Kau." Noah tampak terkejut. "Apa yang kau lakukan pada pakaianmu?"Masih dengan bibirnya yang mengembang senyum, Kinan duduk di depan Noah. "Ya, aku tahu. Ak
Kinan telah menghabiskan seluruh es krim dalam gelasnya, ia hanya tinggal menunggu Noah dan segera pulang dari sana. "Oh, jadi pria yang akan kutemui besok adalah seorang dokter?"Noah mengangguk singkat. "Ya, apa kau menyukai pria berprofesi dokter?""Kurasa tidak," jawabnya cepat."Kenapa tidak?" tanya Noah mengangkat pandangan ke arah wanita itu. "Bukankah, mereka cukup keren.""Tidak ada pria yang kusukai." Kinan sendiri tidak yakin, apakah ia benar-benar tidak menyukai seorang pria atau sebenarnya ia hanya tidak menyadari kalau ia pernah menyukai seseorang.Noah tidak lagi menanggapi, ia sudah tahu jelas jawaban Kinan akan tetap sama. Sekali lagi, Noah melirik ke sekitar. Pria-pria masih mencoba memandangi Kinan rupanya. Ya, memang tidak dapat dipungkiri kalau penampilan Kinan sangat cantik sekarang ini. Tapi, tetap saja Noah tidak suka Kinan jadi pusat perhatian orang banyak."Permisi Nona." Seorang pria tiba-tiba menghampi
Setelah berdebat cukup lama, akhirnya Noah mengizinkannya untuk pulang. Kinan sudah lelah, ia juga butuh istirahat segera. Tapi, perjalan ke rumah masih lumayan jauh. Jam baru menunjukkan pukul sepuluh malam, sebaiknya Kinan singgah dulu ke supermarket terdekat untuk membeli beberapa cemilan untuk ia makan agar tidak ngantuk."Noah sangat menyebalkan, sikap terus berubah tiap detik. Tiba-tiba menjadi sangat dingin, tetapi tiba-tiba juga bisa berubah menjadi sangat hangat."Ngomong-ngomong soal pria yang meminta nomornya di kafe tadi, kira-kira namanya siapa ya? Seharusnya ia bisa berkenalan. Ya, siapa tahu ia pria yang baik dan bisa menjadi salah satu calon pria yang bisa menjadi pendampingnya.Meski ... Kinan sebenarnya tidak yakin ia akan menikah. Kinan akhirnya memberhentikan mobilnya tepat di sebuah minimarket kecil yang berada di pinggiran jalan. Ia hanya mengambil dompet kecilnya lalu turun dari mobil.S
Keduanya baru saja sampai di sebuah kafe yang dipenuhi banyak sekali bunga yang tertata sangat rapi. Kinan menjadi sangat antusias dan langsung menghampiri bunga-bunga yang tumbuh di sekitar maupun yang ditanam dalam sebuah pot. Noah sudah yakin pasti wanita itu akan menyukainya, bunga adalah benda kesukaan Kinan. "Apa pria itu ingin bertemu di sini? Bagaimana dia bisa tau kalau aku menyukai bunga?" tanya Kinan seraya mencium salah satu bunga jenis mawar yang tumbuh di sebuah pot bewarna putih."Aku yang memilih tempat ini," jawab Noah."Wah kau memang tau apa yang kusuka." Kinan tersenyum ke arah Noah, seraya mengibaskan rambutnya pelan. "Baiklah, mana pria itu.""Namanya Ervan," kata Noah lalu kemudian mengarahkan matanya ke sosok pria yang baru saja tiba. "Dan itu dia."Kinan mengernyit, ia memperhatikan sosok itu dari jauh. Ia seperti mengenali pria itu, seperti tidak asing terlihat. Barulah saat pria itu semakin mendekat, Kinan baru menyadari