Udara semakin dingin. Hujan es sedikit reda. Tanah dipenuhi es padat. Terasa sakit saat kaki telanjang menginjaknya. Hawa dingin dari es memicu rasa ngilu. Suhu badanpun menurun drastis.
Kinara histeris. “Rhara... Rhara!” teriaknya membabi buta.
Harpi berbalik dan menggapai Kinara. “Kendalikan dirimu, Kinara! Rhara jatuh ke bawah!” Harpi memegangi tubuh Kinara yang terus berontak.
“Lepaskan! Lepaskan aku! Aku harus turun ke bawah. Rhara akan ku selamatkan.” Tangis Kinara pecah di sela hujan es.
Harpi memeluk erat Kinara. “Ini kecelakaan. Bukan salah siapapun. Tenanglah Kinara, kumohon! Kita bisa celaka semuanya jika turun ke jurang sekarang!” Harpi ikut menangis dan berusaha menenangkan Kinara yang masih shock atas jatuhnya Rhara.
“Teman terbaiku jatuh. Aku belum tahu bagaimana keadaannya. Biarkan aku mencarinya ke bawah!” Kinara tetap meronta-ronta. Kali ini pelukan Harpi lepas. Hampir sa
Keceriaan manusia kelinci yang selalu mengisi hari-hari Kinara, kini menguap bagai air yang mendidih, menyusut, lalu habis tanpa sisa. Cita-cita besar untuk bisa kembali ke dunia asal bersama-sama seakan terputus. Kinara merasa seperti ulat yang gagal bermetamorfosis sebagai kupu-kupu. Berbagai tahapan telah dilalui dengan baik. Sayangnya, takdir berkata lain.“Ku rasa, kita memang harus melanjutkan perjalanan. Jika terus-menerus di sini, aku tetap mengingat Rhara.” Kinara bangkit dan mengepakkan sayapnya. Harpi membimbing Kinara agar terbang berdampingan. Mereka menuju gua harapan. Kinara sekarang berpikir lebih logis. Ia beruntung memiliki teman dekat seperti Harpi. Selain cantik, Harpi cepat move on dari peristiwa kelam yang dilaluinya. Ia tetap sedih, tapi tidak terlarut-larut. Mungkin Harpi sadar bahwa tindakan seperti itu menghabiskan energi.
Ah, benar-benar minim pengetahuan. Kinara menghirup napas panjang dan mengeluarkannya pelan-pelan. Ia ingin merelaksasi diri. Bisakah ia melakukan koprol di sini? Tentu saja tidak akan ada yang berkomentar tentang perilakunya yang aneh. Huh, pernyataan Camazotz membuatnya tidak berkutik. Seandainya Rhara tidak hilang, ia tidak harus menanggung malu.“Kinara, aku ada urusan sebentar. Temuilah manusia angsa lebih dulu. Nanti kita berkumpul lagi di tempat manusia cumi-cumi tinggal,” Harpi meminta ijin.“Memangnya ada keperluan apa? Mengapa kita tidak pergi bersama-sama?” tanya Kinara penasaran.“Ada hal pribadi yang mau aku urus. Menyangkut masalah perempuan. Aku tidak melibatkanmu dalam masalah ini,” Harpi tersipu malu.“Maaf, kupikir hal biasa.” Kinara jadi salah tingkah. “Yang terpenting nanti kita bisa bertemu lagi tepat waktu. Jangan sampai kita terpisah. Kau paham kan? Aku masih trauma dengan kejadi
Udara dipenuhi oksigen membuat paru-paru manusia yang terlalu sering menghirup zat-zat kimia berbahaya dan asap-asap kendaraan maupun pabrik menjadi lebih sehat. Cuaca hari ini sangat mendukung untuk acara tamasya keluarga. Alex bersama dengan mama papanya berkunjung ke rumah saudara sepupunya yang bernama Tar. Dua keluarga itu berencana untuk berlibur di daerah yang sejuk dan jauh dari hiruk pikuk kota. Jarak yang ditempuh kurang lebih 60km. Sepanjang perjalanan Alex hanya memandangai layar handphonenya. Jika Tar tidak ikut, Alex akan melarikan diri pulang ke rumah lagi. Alex adalah salah satu cowok paling tampan di sekolahnya. Kurang satu tahun lagi ia harus memilih universitas serta program studi yang cocok dengan hobinya. Pengganggu terbesar dalam hidupnya adalah para gadis yang tergila-gila dengan muka gantengnya. Setiap hari valentine lokernya penuh sesak dengan berbagai jenis cokelat. Laci
Keluarga Tar dan Alex sepakat untuk membawa satu mobil saja. Tentunya kedua anak itu duduk dibangku paling belakang. Mereka masih larut dalam pemikiran masing-masing. Tar sibuk mencari cara agar Alex percaya perkataannya. Sedangkan Alex berencana memberikan kejutan spektakuler untuk sepupunya tercinta. Jalanan sepi dengan tanjakan yang berkelok-kelok. Kanan-kiri jalan yang mereka lewati adalah hutan pinus. Sesekali terlihat monyet kecil bergelantungan pada batang pohon bersama kelompoknya. Sedikit sekali jumlah mobil yang berpapasan. Hawa dingin mulai terasa hingga menembus kulit. Alex segera mengenakan sweter bergaris hitam dan putih yang sedari tadi hanya ia tempelkan dipundaknya. Dua jam kemudian samapailah dua keluarga itu pada tempat tujuan.Alex dan Tar mulai berpisah dari orang tuanya dan mencari tempat yang cocok untuk melanjutkan obrolan mereka yang sempat terhenti.“Aku haus. Mana soft drink yang tadi tante bawa?” Alex memecah suasana.&ldq
“Tangkap monster itu!” Teriakan orang-orang semakin menggila.Kaki Alex terasa begitu sakit. Badannya pegal-pegal. Ia tidak paham bagaimana hal aneh ini bisa menimpa dirinya. Wujudnya mendadak berubah menyeramkan menyerupai monster burung. Ia menjelma menjadi manusia burung setelah bangun tidur. Tar tidak mengenalinya lagi. Alex masih trauma mengingat pantulan dirinya dari cermin yang ada di kamar villa. Bulu-bulu halus dan panjang tumbuh di bawah lengannya. Bibirnya berubah menjadi paruh kecil yang keras. Ketampanannya lenyap seketika.Cahaya bulan purnama menjadi penerang jalan satu-satunya bagi Alex. Jalanan ke arah hutan dipenuhi rumput berduri. Kaki Alex berdarah akibar tertusuk duri berkali-kali. Rasanya ia ingin menjerit sekeras-kerasnya. Namun, hal itu terlalu berbahaya bagi keselamatannya. Satu hal yang mungkin ia lakukan ialah lari lebih jauh dan mencari tempat yang aman untuk bersembunyi hingga wujudnya kembali seperti sedia kala. Pikirannya kaca
“Selamat datang di Falseland Kinara!” suara Medusa menyadarkan Kinara. Kinara berkedip-kedip untuk menyesuaikan diri pada cahaya terang di tempat yang amat asing. Pandangannya penuh selidik melihat ke segala penjuru. Kanan, kiri, depan, belakang, atas, bawah. Ia terkejut menatap makhluk aneh yang ada di depannya. Sepasang pegasus[1] berdiri di samping Anubis dan Medusa. Warnanya putih. Sayapnya lebar dan sangat indah. Sejenak Kinara tampak terpesona.“Kami pergi dulu. Beradaptasilah dengan baik! Ingat misimu di sini adalah untuk menjadi manusia lagi. Baiklah pada semua makhluk meski mereka tampak berbeda dari dirimu,” Anubis berkata bijak seraya naik ke punggung pegasus. Medusa menyusulnya. Sedetik kemudian keduanya terbang ke langit dan meninggalkan Kinara seorang diri. Falseland, tempat itu sangat jauh da
“Bentangkan sayapmu! Cepat!” suara Kappa sangat jelas. Kinara mencoba membentangkan tangannya. Sayapnya terbuka lebar. Sedetik kemudian ia mengambang di udara. Tepat satu meter di atas permukaan tanah. Hampir saja ia mati konyol. Seperti burung kecil yang baru belajar terbang, Kinara merasa bahagia. Kepakan sayapnya kuat dan ia segera terbang bebas ke arah langit. Pengalaman yang sangat menakjubkan. Ternyata terbang lumayan melelahkan. Ia putuskan untuk berbincang kembali dengan Kappa.“Bolehkah aku meminta sedikit air kolam ini? Aku kehausan.”“Bravo! Akhirnya kau paham Kinara. Ijin untuk meminta sesuatu sangat penting di sini,” Kappa tersenyum ramah.“Wow airnya segar. Rasanya mirip strawberry squash. Apakah ini air soda dicampur buah-buahan?” pertanyaan Kinara membuat Kappa tersenyum.“Bukan seperti itu. Selama ini air di sini
Hujan deras disertai petir menggelegar membuat suasana rumah Tar bertambah suram. Sudah sebulan sejak Alex menghilang belum ada sama sekali petunjuk yang berarti. Pihak kepolisian sudah menangani kasus itu dengan usaha yang maksimal. Dua orang detektif muda masih terus mencari jejak dan bukti-bukti demi menemukan kembali orang bernama Alex yang dilaporkan hilang secara misterius di sebuah villa dekat dengan hutan pinus.“Kasus ini membuatku gila. Apakah kau percaya takhayul?” salah satu detektif yang bernama Marko bertanya kepada rekannya.“Aku tipikal orang yang selalu realistis. Bisa jadi ini kasus penculikan untuk penjualan organ vital. Susah dipecahkan karena sang pelaku sangat jeli dan teliti. jika kita mampu memecahkannya mungkin sindikat penjualan organ ini bisa segera kita ringkus,” jawab detektif Devgan.“Please! Beberapa saksi di lokasi kejadian menyebut melihat monster menyerupai manusia burung. Jika itu satu orang saksi,