"Rooaarr!" Auman raja kucing itu memecah keheningan pagi di kamar tidur seorang gadis remaja. Sepasang mata berwarna keemasan dengan pupil pipih terbuka penuh, Raja Edward Forester merasakan alas tidurnya yang empuk dan selembar selimut hangat menutupi tubuhnya yang berbulu lebat. Namun, pemilik tempat tidur itu justru menghilang entah ke mana.
Sayup-sayup terdengar suara senandung nyanyian yang merdu di antara gemericik air. Dia menebak itu Stefany Rowland yang sedang mandi pagi. Dia pun memutuskan untuk duduk menunggu di kasur dengan posisi santai ala kucing.
Setelah terdengar pintu kamar mandi terbuka, sosok yang ditunggu oleh Raja Edward Forester pun muncul dengan bathrobe putih dan handuk tergelung di kepalanya. "Ohh ... hai, selamat pagi, Teman Sekamar! Kuharap tidurmu nyenyak semalam, maaf aku memindahkanmu dari dekat jendela ke kasur," ujar Stefany dengan nada riang sambil duduk di tepi tempat tidurnya.
'Selamat pagi dan terima kasih atas perhatianmu, Stefy. Baiklah, back to business ... apa yang bisa kau lakukan untuk membantuku kembali ke wujud semula sebagai manusia dan akan jauh lebih baik bila aku bisa kembali ke negeriku, Centurion Land?!' balas Raja Edward Forester dengan telepati kepada Stefany.
Gadis remaja itu berdehem tak nyaman, dia mengendikkan bahunya seraya menjawab, "Itu agak sedikit sulit dan aku kuatir tak mampu melakukannya, Rajaku!"
'No no no, jangan menyerah dulu, Darling! Kita harus berusaha sekuat tenaga hingga menemukan jalan keluar dari persoalan yang sulit ini, please,' bujuk raja kucing itu sembari melompat ke pangkuan Stefany dan menaruh kedua tangannya ke pipi gadis itu kanan kiri.
"Okay. Akan tetapi, kamu harus mau menuruti perkataanku, setuju?" tanya Stefany lalu mengangkat telapak tangannya untuk melakukan toss dengan Raja Edward Forester.
Cat paw itu menepuk telapak tangan Stefany. 'Setuju, tentunya!' jawab sang raja kucing.
Kemudian Stefany mengangkat badan kucing oranye itu di bagian kedua ketiaknya dan membawanya masuk ke kamar mandi.
"Langkah pertama, aku harus memandikanmu terlebih dahulu agar bersih dan wangi. Nanti aku akan membawamu ke perpustakaan, kamu harus berpura-pura menjadi sebuah boneka kucing, apa kamu mengerti, Rajaku?" ujar gadis itu sembari menaruh Raja Edward ke dalam bathtub lalu mengisi cekungannya dengan air hangat dari keran.
"Meeooongg!" Kucing oranye itu mengeong keras sebagai reflek terkejut bertemu dengan air yang membasahi badannya.
"Easy ... easy, jangan panik. Ini hanya air hangat biasa, okay?" Stefany menahan punggung kucing yang nyaris kabur dari bathtub itu. Dia pun mengingatkan lagi, "Kita sudah sepakat tadi, kamu harus menuruti perkataanku!"
Raja Edward Forester yang berada dalam bentuk kucing pun berusaha menekan rasa paniknya dan mencoba santai. Kemudian dia membiarkan Stefany memandikannya. Dia pun berkata, 'Ehm ... ini pertama kalinya aku dimandikan oleh seorang gadis ketika sudah berusia dewasa. Sedikit membuatku malu, kau harus tahu itu! Dan kucing tidak terlalu menyukai air, mereka bukan anjing yang terkadang suka berenang!'
"Apakah kamu belum menikah, Paduka Raja?" sahut Stefany penasaran. Dia tidak mengetahui apa pun tentang kehidupan pribadi Raja Edward Forester sebelum dikutuk menjadi seekor kucing.
"Belum. Aku terlalu sibuk mengurus kerajaan dan memerangi Amaraca sepanjang umurku. Ini mungkin waktu tersantai dalam hidupku. Wow ... pijatanmu cukup nyaman, Stefy, lanjutkan!" Raja Edward Forester mencoba menerima kenyataan bahwa tubuhnya dijamah di berbagai tempat oleh sepasang tangan mungil itu.
Stefany tertawa ringan memandangi kucing berbulu oranye lebat yang berselimut busa sabun putih melimpah itu. "Ini layanan salon kucing gratis, kau beruntung!" tukasnya bercanda.
Acara mandi itu berjalan lancar dan waktunya sang raja kucing dikeringkan dengan hair dryer. Stefany berpesan, "Jangan takut mendengar suara dengungan kencang alat ini karena segalanya aman. Aku hanya ingin mengeringkan bulumu saja, okay?"
"Baiklah, aku siap!" sahut Raja Edward Forester lalu dia berusaha mengendalikan serangan panik dari naluri alamiah kucing yang menguasai dirinya.
Hembusan angin hangat menerpa tubuhnya hingga perlahan bulu tebalnya mengering dan terasa ringan serta bersih. Stefany mengoleskan sedikit parfum beraroma lavender miliknya ke permukaan bulu oranye mengkilat itu sembari terus menggunakan hair dryer-nya sampai dia yakin sekujur tubuh kucing itu kering.
"Selesai! Tunggu aku bersiap-siap sebentar lalu kita turun untuk sarapan ya. Hmm ... sepertinya aku harus membelikanmu catfood nanti sepulang kerja," ujar Stefany lalu dia masuk ke kamar mandi untuk mengenakan baju kerjanya dan berdandan seperlunya agar nampak rapi.
Dengan sabar Raja Edward Forester menunggu hingga gadis remaja itu selesai mempersiapkan dirinya. Dia duduk di samping jendela kaca yang tertutup dan melihat aktivitas di jalan depan rumah tersebut.
"Aku sudah selesai, Rajaku. Apa kau ingin berjalan sendiri atau perlu kugendong?" tanya Stefany bimbang sembari mengenakan tas ransel di punggungnya.
"Biarkan aku berjalan sendiri, Stefy. Ayo kita turun!" jawab Raja Edward Forester lalu melompat turun dari meja tulis dan melangkah mengikuti Stefany meninggalkan kamar tidur.
Pagi ini Nyonya Victoria Rowland memasak omelet, bacon, dan french toast. Dia memperhatikan kucing berbulu oranye yang nampak sangat sehat dan lincah mengikuti Stefany ke meja makan. "Selamat pagi, Stefy Darling. Apa kucing itu tidak merepotkanmu?"
"Selamat pagi, Bu. Umm ... tidak sama sekali, dia kucing yang cerdas dan jinak. Tenanglah, kami berteman baik!" jawab Stefany sambil menyisihkan sebagian sarapannya ke piring kecil untuk raja kucing yang duduk di keranjang rotan.
"Okay. Mungkin kau sebaiknya membelikannya catfood agar tidak mengganggu makananmu, Stefy," saran ibunya karena sejak semalam memang Stefany berbagi makanan dengan kucing oranye itu.
Stefany tidak membantah, dia merasa saran ibunya ada baiknya agar makanan yang dikonsumsi kucing itu bergizi seimbang dan tidak membuat salah cerna. Dia pun berpamitan ke Nyonya Victoria sebelum berangkat kerja ke Houston Public Library.
"Kamu lebih baik masuk ke ransel saja, Rajaku!" Gadis itu mengangkat kucing oranye lalu memasukkannya ke tas ransel di gendongan dadanya.
Raja Edward Forester tidak menolak dan menurut saja dengan pengaturan Stefany. Mereka melewati jalanan kota Houston yang ramai pejalan kaki yang berangkat ke sekolah maupun bekerja pagi itu. Dari dalam ransel Stefany, raja kucing itu melihat pemandangan perkotaan modern yang jauh berbeda dengan kota besar di negerinya.
Bus-bus besar, truk kontainer, dan mobil pribadi serta taksi melintas di hadapan Raja Edward Forester yang tersembunyi di balik ransel. Sambil berjalan cepat Stefany pun bertelepati menjelaskan rencananya nanti sesampai di perpustakaan.
Pintu masuk perpustakaan telah dibuka oleh penjaga malam dan gadis itu pun bergegas masuk lalu menaruh tas ranselnya ke loker. Kucing itu dia keluarkan dari situ. Kemudian dia menggendongnya di dada.
"Kamu jangan bergerak sama sekali dari posisi kaku seperti boneka kucing dan usahakan jangan berkedip bila ada yang melihatmu, apa kamu mengerti?" pesan Stefany kepada Raja Edward Forester.
'Aku paham, tak perlu mengulangi perkataanmu lagi, Stefy!' sahut raja kucing itu dengan nada sedikit kesal.
Stefany duduk di balik meja jaga pustakawati lalu meletakkan kucing oranye yang datang bersamanya di sisi kanan meja. Baru saja dia mulai bekerja, atasannya melewati meja kerja Stefany.
"Apa itu boneka kucing atau seekor kucing hidup, Stefy?" tanya Mrs. Diana Campos mengerutkan keningnya memandangi Raja Edward Forester yang berjuang keras untuk tak bergerak sama sekali.
"Ini boneka kucing baruku, Mrs. Campos. Lucu sekali ya? Aku ingin membawanya untuk menemaniku sepanjang hari di perpustakaan agar tidak bosan," jawab Stefany Rowland dengan nada yang meyakinkan. Dia menepuk-nepuk kepala kucing itu pelan seperti sedang bermain boneka.Sementara sang raja kucing bertahan tak bergerak sedikit pun di gendongan Stefany dan menatap lurus ke depan dengan pupil melebar bak boneka sungguhan di hadapan Mrs. Diana Campos, manager perpustakaan tempat Stefany bekerja."Ohh ... baiklah, mulailah bekerja. Ini akhir pekan, hanya setengah hari waktu kerja normal. Sampai nanti, Stefy!" ujar Mrs. Diana Campos lalu dia bergegas masuk ke kantornya di ujung barat ruangan perpustakaan.Stefany dan Raja Edward bersamaan menghela napas lega. Kemudian dia melangkah cepat menuju meja penjaga perpustakaan. "Kau melakukan peran yang sangat bagus, Rajaku. Hmm ... ngomong-ngomong, aku harus membuat nama panggilan untukmu karena kamu bonekaku sekarang!" ujar gadis itu lirih sehingga
"Para pembelot ini akan dipancung kepala oleh algojo sebentar lagi. Wahai rakyatku, patuhi perintah raja baru kalian!" teriak Raja Derrick Karpac dengan nyaring di panggung alun-alun kota Highmerciful.Kerumunan rakyat jelata dan juga para bangsawan berbisik-bisik membicarakan pengumuman eksekusi atas beberapa pejabat tinggi kerajaan Centurion Land beserta keluarga mereka. Bahkan, Perdana Mentri Andres Wilbur ikut dalam antrean yang akan menjalani hukuman pancung.Ketegangan semakin memuncak ketika perdana mentri di paksa berlutut di hadapan algojo yang menendang punggung pria tua tersebut hingga kepalanya tergeletak di meja kayu siap untuk dipancung dengan kapak raksasa."HENTIKAN!" Suara teriakan nyaring seorang wanita dari atas pohon Dedalu berdaun rimbun. Jean-Anna Lovey menunggangi Savannah, seekor cheetah jantan melompat turun ke tengah panggung alun-alun kota Highmerciful."Jenderal pengkhianat itu ingin menggantikan Paduka Raja Edward Forester. Sebaiknya dia bercermin dahulu a
"Gua Darkness Tapestry menjadi sepi karena seluruh pengikutku terjebak di Centurion Land. Aku malahan di luar dan tak bisa masuk ke kerajaan itu, huh konyol sekali rasanya!" gerutu Amaraca sambil menyusuri lorong gua yang kanan kiri jalannya penuh tumpukan tengkorak serta tulang manusia kering. Naga merah peliharaannya melayang rendah di sebelah Amaraca. Dia pun bertanya, "Apa Yang Mulia Amaraca tidak sanggup memecah kristal perisai pelindung yang dibuat oleh Raja Edward?""Hmm ... itu kekuatan tingkat tinggi yang hanya dimiliki beberapa orang di bumi ini, kristal perisai buatan Raja Edward bersifat memantulkan kekuatan sihir yang dilepaskan dengan tujuan merusak. Konon kabarnya, perisai tersebut bisa menyerap energi penyerangnya hingga habis. Hanya pembuatnya sendiri yang bisa menghilangkan kristal perisai pelindung gaib itu!" terang Amaraca kepada Severus Serpentine. Penyihir wanita berambut hitam legam panjang hingga menyentuh lantai gua dengan mata merah itu menyalakan tungku ap
Dengan ditemani oleh Alamus Eldoran, ksatria sahabat dekat raja itu ingin mencoba mencari petunjuk tentang Raja Edward Forester yang terpental melalui lorong waktu ke masa depan. Dia pergi menemui Master Oleander Newton di Seven Sky Summit. Estefan Riddler menunggangi naga hijaunya yang bernama Vega. Lautan luas di bawah memantulkan sinar matahari yang menembus kristal perisai pelindung. Kedua naga itu terbang berkejar-kejaran di angkasa menuju ke tujuan yang sama. Tanpa disangka mereka berpapasan dengan rombongan tiga ksatria sakti utusan Perdana Menteri Andres Wilbur. "Hai, lama tak berjumpa, Lord Estefan Riddler. Ke mana Anda ingin bepergian?" sapa Viscount Donovan Kurtis dengan naga tunggangannya, Snowflake yang terbang bersebelahan dengan Vega.Dengan senyuman ramah Lord Estefan menjawab, "Hai juga, Viscount Kurtis. Jadi Alamus Eldoran telah diperintahkan oleh Paduka Raja Edward untuk mencariku agar dapat menemui Master Oleander Newton terkait kutukan Amaraca yang membuatnya t
Dari balik awan tempat Hwang Tuo dan Sparkling Tigris terbang, kedua ksatria penunggang naga terkejut setengah mati saat melayangkan pandangan mereka ke bawah. Pagoda Merah di Seven Sky Summit terbakar hebat. Lidah api melahap ganas bangunan bertingkat itu dengan asap membubung ke langit."Taron, ini gawat, kita harus segera membantu memadamkan api di Pagoda Merah!" seru Lord Louis Zhang. Dia tak menyangka setelah tadi mereka harus memadamkan kebakaran di Hutan Antipass, kini tempat tujuan mereka juga sedang mengalami kejadian yang sama."Sial, ini pasti ulah pengikut Amaraca lagi!" tebak Lord Taron Filbert sembari mengarahkan naga birunya menuju ke Pagoda Merah yang terlahap api. Sparkling Tigris menghembuskan kristal es untuk memadamkan api yang telah menjalar ke seluruh lantai pagoda. Dengan Pedang Ultra Watersource, Lord Taron Filbert memanggil air dari sumber yang ada di Seven Sky Summit untuk memadamkan api bersama naganya.Sementara Lord Louis Zhang berpencar ke area pertarung
Kota Houston, Texas."Pagi yang cerah setelah turun salju lebat semalaman, Kingcat Edu!" ujar Stefany Rowland ceria. Pasangan gadis pustakawati dan seekor kucing berbulu oranye itu berjalan bersisian di trotoar berlapis salju tebal. Mereka sedang berangkat menuju Houston Public Library, Stefany mendapat jam kerja shift pagi selama tujuh jam dari pukul 08.00.'Kau tidur sangat lelap semalam dengan kepala di atas buku Legenda Atlantis dan Kerajaan Kuno Di Sekitarnya. Untungnya buku itu tidak terkena air liurmu!' sahut Raja Edward Forester bertelepati.Stefany tertawa cekikikan seraya menjawab, "Tulisannya kecil-kecil dan banyak sekali. Itu membuatku seperti tersihir ke alam mimpi, Dude!"'Ya ... ya ... ya! Kau tetap harus terus membaca buku itu, aku yakin ada petunjuk penting agar aku bisa kembali ke Centurion Land,' sahut sang raja kucing sambil menyamakan langkahnya dengan Stefany yang berjalan cepat.Seekor kucing betina ras Persian warna putih oranye melintas di trotoar dan melempa
Ketika jam istirahat makan siang tiba, Stefany bergegas membawa tas bekalnya yang berisi kotak makan siang dan sekaleng catfood ikan Salmon kesukaan Kingcat Edu. Gadis remaja itu menuruni undakan tangga Houston Public Library menuju ke taman. "Raja Kucing Tampan, kau ada di mana? Waktunya makan siang!" teriak Stefany di taman yang penuh dengan tumbuhan musim dingin sembari mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.Sesaat kemudian kucing jantan berbulu oranye itu keluar dari semak-semak bunga Hortensia yang berbunga lebat. Beberapa guguran kuntum bunga terselip di antara bulu lebat si kucing. Dia melangkah santai menghampiri Stefany seraya bertelepati, 'Ternyata waktu makan siang cepat sekali tiba. Aku sedang bermain bersama teman-teman baruku tadi ketika kamu memanggil!'Stefany membersihkan guguran kuntum bunga berwarna lilac dan cyan di bulu-bulu Kingcat Edu. Dia pun bertanya penasaran, "Ohh ... jadi kamu sudah punya banyak teman sekarang ya? Hmm ... apa mereka kucing-kucing betina y
Langkah kaki Stefany Rowland terhenti di batas undakan tangga depan Houston Public Library. Dia melayangkan pandangannya ke langit sore yang menurunkan bulir-bulir salju putih dengan deras. Memang akhir tahun memasuki winter season yang nyaris setiap hari turun hujan salju. "Kingcat Edu, kau tetaplah di dalam ransel. Terlalu dingin bila berjalan menapaki lapisan es tebal di tengah hujan salju, okay?" ujar Stefany kepada kucing berbulu oranye yang kepalanya menyembul di bagian atas ransel milik gadis itu.Raja Edward Forester mengerti kekuatiran Stefany, kedinginan akan membuatnya terkena flu kucing. Dia pun tak ingin merepotkan pacar barunya yang begitu perhatian. Dan tak ingin disuntik oleh dokter hewan juga tentunya. Dia lalu menjawab, 'Okay, kembangkan payungmu. Jangan sampai kau juga jadi terkena flu karena berhujan-hujanan, Stefy Darling!'"Ohh ... perhatian sekali, Pacar Baruku. Ide bagus, sebentar kuambil payung kecilku dulu. Kuharap kamu tetap hangat di dalam ransel, Kingcat