Cuaca siang itu di Centurion Land cerah dan mentari bersinar terik di atas langit yang biru terang dihiasi gugusan awan putih. Stefany mengangkat telapak tangannya untuk menghindari sinar yang menyilaukan matanya. Kemudian Raja Edward Forester mengucap mantra kreasi pembuat payung dengan tangannya. "Wow, keren sekali, Edu!" Stefany bertepuk tangan lalu mengecup bibir suaminya yang menudungi kepala mereka berdua dengan payung buatan sihir."Perjalanan kita berkeliling negeri masih jauh, Dear Stefy. Kereta kencana ini akan melaju ke Pantai Karang Bernyanyi, ada ritual menabur garam untuk memberi tahukan kabar bahagia pernikahan pemimpin kerajaan ke penguasa beserta penghuni lautan!" tutur sang raja seraya menyelipkan anak rambut yang terlepas dari penjepit riasan kepala ke balik daun telinga Stefany.Ratu muda itu pun bertanya penasaran, "Lantas apa penghuni lautan itu akan menemui kita nanti?" "Maaf, aku tak bisa menjawab pertanyaanmu ini, Sayang. Pernikahan kerajaan baru terjadi sek
"Cepat tutup pintu dan jendela rumah kalian. Ini titah Raja Edward!" Para prajurit penunggang kuda meneriakkan peringatan keras kepada penduduk Centurion Land sembari berpatroli agar tak ada seorang pun yang berada di jalanan.Suara angin ribut berdesau kencang dengan awan kelabu bergulung-gulung di langit seolah badai hebat akan melanda bumi. Barang-barang yang ada di luar bangunan berserakan di jalanan kota Highmerciful, sebagian terbawa oleh tiupan angin topan. "Jenderal Derrick, apakah kita bisa kembali ke istana sekarang? Paduka Raja Edward Forester mungkin membutuhkan kita di sana!" seru Oliver Davis. Dia cemas melihat percikan api dengan cahaya mistis yang nampak dari kejauhan berasal dari pelataran istana.Namun, sebaliknya justru jenderalnya tertawa seraya menjawab, "Biarkan saja sang raja menghadapi Amaraca dan pengikutnya sendirian!"Kernyitan di antara kedua alis Oliver Davis nampak dalam, sesaat dia merasa Jendral Derrick Karpac bermaksud mengkhianati raja mereka. Dia pu
"Stefany, aku pulang duluan ya. Jangan lupa matikan lampu kalau kau sudah selesai bekerja!" pamit Gwen kepada rekannya yang terkenal paling rajin di Houston Public Library.Gadis berkaca mata bening berbentuk bulan separuh itu pun melambaikan tangan kanannya seraya berseru, "Hati-hati di jalan yoo, Bestie!"Gwen memang bekerja di bagian yang berbeda dari Stefany sehingga dia bisa pulang tepat waktu ketika jam kerja berakhir. Sedangkan, pustakawati yang rajin itu harus menghabiskan lebih banyak waktunya mengembalikan buku-buku yang telah ditinggalkan pengunjung perpustakaan di meja baca ke rak asalnya lagi. "I'm dreaming of a white Christmas. Just like the one I used to know. Dumm ... dumm ... dumm!" Senandung lagu itu terdengar merdu dan bergema di ruangan yang telah sepi pengunjung di petang hari. Dengan langkah-langkah kaki lincahnya, Stefany menata buku-buku tebal terbitan Elsivier Publishing ke rak empat susun. "William MacGriffin, hmm dia banyak sekali menulis buku-buku tebal!"
'Astaga, aku ingat sekarang. Ini pasti kutukan sihir Amaraca sebelum aku masuk ke pusaran lubang hitam itu!' ucap Raja Edward dalam hatinya. Dia merasa cukup terganggu dengan suara kucing yang dihasilkan oleh pita suaranya sendiri.Matanya memicing sembari duduk nyaman di keranjang rotan berlapis handuk lembut milik Stefany. Dia mengamati situasi dengan tenang. Ibu gadis tersebut ingin membuangnya ke jalanan, sungguh terlalu. Di luar kaca jendela salju mulai turun dengan deras, suhu udara pasti di bawah nol derajat. Itu tidak baik untuk seekor kucing ... seperti dirinya! "Jadi, apa kamu ingin memelihara kucing oranye kumal itu di rumah kita, Stefy Sayang?" tanya Nyonya Victoria menyebutkan identitas baru Raja Edward dengan sangat tidak hormat sehingga kucing jantan itu menggeram kesal.'Kalau Anda berada di Centurion Land dapat kupastikan algojo memancung kepala Anda yang berkonde itu, Nyonya!' gerutu Raja Edward. Seumur hidup dia belum pernah dikatai kumal, itu sungguh menyakiti har
"Hwaaaaa ... hwaaa ... hwaaa!" Para penduduk Centurion Land yang berada di jalanan lari tunggang langgang menghindari kejaran para penyihir yang menaiki sapu terbang mereka. "Dziiingg!""Dziinggg!"Suara lecutan dari mantra sihir yang menguarkan cahaya bak kilat terdengar mengerikan di sela-sela teriakan manusia yang kocar-kacir mencari tempat persembunyian."Raja Edward Forester tak ada lagi di negeri ini. Kalian harus mematuhi pemimpin baru kalian yaitu Jenderal Derrick Karpac!" teriak Madmavis, penyihir perempuan sakti yang menjadi tangan kanan Amaraca.Dari atas kudanya, jenderal pengkhianat itu tertawa pongah melihat rakyat Centurion Land yang ada di jalanan kota Highmerciful berlutut tunduk menyembahnya. Jenderal Derrick pun berkata, "Mulai saat ini, aku akan menggantikan Raja Edward Forester. Dia sudah mati dan tak akan kembali. Tunduklah pada pemerintahanku maka kalian akan aman!"Di sekeliling Jenderal Derrick Karpac dan pasukan prajurit militer Centurion Land, para penyihi
"Hoopp!" Dengan sebuah gerakan meringankan tubuh, Brigitte Walder menangkap surat yang dijatuhkan seekor burung hantu pos dari langit di atasnya. Dia segera menarik pita ikatannya dan membaca tulisan di perkamen itu."Hah?! Raja Edward Forester menghilang?" Reaksi terkejut itu semakin menjadi-jadi ketika ksatria wanita yang berusia awal tiga puluh tahun tersebut membaca pemberitahuan adanya pemberontakan oleh Jenderal Derrick Karpac. "Sialan, pria itu memang tak tahu diri. Raja pasti mengandalkannya di situasi genting yang melanda Centurion Land, tetapi justru dia merebut tahta di saat Yang Mulia menghilang!"Brigitte tak membuang waktu lagi, dia menghela kuda pegasusnya untuk berangkat menuju ke kota Highmerciful. Ksatria wanita itu yakin akan ada kekacauan susulan dan mungkin juga ancaman hukuman mati bagi pejabat yang loyal kepada Raja Edward Forester.Di perbatasan Centurion Land dengan Galapagos Land, ksatria kepercayaan raja lainnya yaitu Taron Filbert juga menerima surat yang i
"Rooaarr!" Auman raja kucing itu memecah keheningan pagi di kamar tidur seorang gadis remaja. Sepasang mata berwarna keemasan dengan pupil pipih terbuka penuh, Raja Edward Forester merasakan alas tidurnya yang empuk dan selembar selimut hangat menutupi tubuhnya yang berbulu lebat. Namun, pemilik tempat tidur itu justru menghilang entah ke mana.Sayup-sayup terdengar suara senandung nyanyian yang merdu di antara gemericik air. Dia menebak itu Stefany Rowland yang sedang mandi pagi. Dia pun memutuskan untuk duduk menunggu di kasur dengan posisi santai ala kucing.Setelah terdengar pintu kamar mandi terbuka, sosok yang ditunggu oleh Raja Edward Forester pun muncul dengan bathrobe putih dan handuk tergelung di kepalanya. "Ohh ... hai, selamat pagi, Teman Sekamar! Kuharap tidurmu nyenyak semalam, maaf aku memindahkanmu dari dekat jendela ke kasur," ujar Stefany dengan nada riang sambil duduk di tepi tempat tidurnya.'Selamat pagi dan terima kasih atas perhatianmu, Stefy. Baiklah, back to b
"Ini boneka kucing baruku, Mrs. Campos. Lucu sekali ya? Aku ingin membawanya untuk menemaniku sepanjang hari di perpustakaan agar tidak bosan," jawab Stefany Rowland dengan nada yang meyakinkan. Dia menepuk-nepuk kepala kucing itu pelan seperti sedang bermain boneka.Sementara sang raja kucing bertahan tak bergerak sedikit pun di gendongan Stefany dan menatap lurus ke depan dengan pupil melebar bak boneka sungguhan di hadapan Mrs. Diana Campos, manager perpustakaan tempat Stefany bekerja."Ohh ... baiklah, mulailah bekerja. Ini akhir pekan, hanya setengah hari waktu kerja normal. Sampai nanti, Stefy!" ujar Mrs. Diana Campos lalu dia bergegas masuk ke kantornya di ujung barat ruangan perpustakaan.Stefany dan Raja Edward bersamaan menghela napas lega. Kemudian dia melangkah cepat menuju meja penjaga perpustakaan. "Kau melakukan peran yang sangat bagus, Rajaku. Hmm ... ngomong-ngomong, aku harus membuat nama panggilan untukmu karena kamu bonekaku sekarang!" ujar gadis itu lirih sehingga