"Tuhan terlalu pilih kasih. Dia memberikanku kesempatan kedua yang tidak pernah dimiliki manusia lain di muka bumi ini," ujar Adonis sembari tersenyum kecil. Kebangkitan dari keterpurukan hidupnya yang hancur, membuat Adonis Draven menjadi salah satu orang terkaya yang sukses. Namun dibalik permintaan yang dianggapnya telah dikabulkan oleh sang pencipta, ternyata ada satu rahasia besar yang akan membuatnya menyesal pernah memanjatkan doa itu kepada Tuhan.
view moreNew Elysian, 2010.
"Menurut pendapatku, semua orang berhak mendapatkan sebuah keajaiban, bahkan mungkin bisa lebih dari satu," kata Adonis.
Adonis Draven, seorang pria kaya raya nan tampan dan berkharisma yang menjabat sebagai pemilik tunggal perusahaan eksportir terbesar di New Elysian, yaitu Genesis Motors. Selain memiliki paras yang rupawan, Adonis adalah sosok yang sangat rendah hati serta penyayang. Ia adalah anak tunggal dari keluarga Draven yang terbilang masih memiliki darah bangsawan di negaranya itu.
Saat berumur dua puluh delapan tahun, Adonis meminang seorang gadis, putri dari seorang saudagar kaya yang menjadi rekan bisnisnya di kota Trouvaille. Gadis cantik dengan mata biru itu bernama Kaira Harrison.
Sekarang sudah hampir dua tahun mereka menjalani kehidupan yang indah dan bergelimang harta tanpa kekurangan suatu apapun. Pada suatu hari saat sedang minum teh bersama di teras belakang rumah, Adonis berkata pada Kaira. "Sayang, aku bahagia hidup bersamamu. Namun alangkah baiknya jika kehidupan kita diberikan sesuatu yang lebih dari ini."
Kaira menjawab, "apa itu, sayang? Katakan padaku."
"Aku ingin memiliki seseorang yang menyerupaimu. Matamu, hidungmu, bibirmu dan mungkin sedikit tambahan dari rupaku," ujar Adonis sambil menyibakkan rambut Kaira ke belakang telinganya.
Kaira yang mendengar itu pun merasa trenyuh. Ia mendekati Adonis lantas duduk di pangkuannya. Kaira berkata, "tentu saja, sayangku. Pasti akan sangat menyenangkan jika kita memiliki seseorang yang 'mini' berlarian kesana-kemari dalam rumah ini."
Dengan lembut Kaira mengecup bibir Adonis dan mengusap kepalanya. Adonis sangat menyukai jika dimanja seperti ini oleh sang istri.
Ketika memasuki tahun ketiga pernikahan mereka, Adonis diperhadapkan dengan situasi yang memaksanya untuk pasrah. Perusahaannya bangkrut karena ditipu oleh pengusaha asing yang mengajaknya untuk bekerjasama. Adonis mengeluarkan seluruh sisa dari hartanya untuk mencari keberadaan si penipu itu. Namun nihil, si penipu itu pun tak kunjung ditemukan, bak hilang ditelan bumi.
Adonis beserta keluarga besarnya pun pindah ke rumah lamanya di Northstone Ville. Beberapa bulan setelah mereka pindah, ayah Adonis meninggal dunia karena serangan jantung saat sedang bekerja di ladang. Tiga bulan setelah kepergian ayahnya, ibunya menyusul karena kanker paru-paru stadium akhir yang sudah tidak bisa disembuhkan.
Sementara itu di jalan setapak yang dekat dengan rumah Adonis, nampak Connor dan Ben sedang berjalan beriringan. Mereka berdua terlihat begitu senang sambil bercanda di sepanjang perjalanan. Ben terlihat menenteng sebotol anggur merah di tangan kirinya.Ketika tiba dan menapaki tangga depan rumah Adonis, Connor dan Ben langsung berteriak sekeras mungkin karena kebetulan pintu depan rumah sahabatnya terbuka lebar."Adonis! Dimana kau?" teriak Connor."Hey, kawan …, kita akan mabuk malam ini!"Kedua pria itu saling bertatapan ketika masuk dan melihat seisi rumah Adonis yang sudah acak-acakan."Ada apa ini?" Ben cemas.
Sore itu matahari masih menyinari Northstone Ville dengan sangat terik. "Ya Tuhan, kesialan apalagi ini?!" Adonis bergumam dalam hati sesaat ketika seseorang menabraknya."Maaf, aku tidak sengaja," ujar seorang wanita yang mengejar anaknya yang berlarian di tengah padatnya orang yang lalu-lalang.Kopi yang tadi ada di genggaman tangan Adonis tumpah membasahi kemeja putih yang dikenakannya. Adonis hanya terdiam sambil tersenyum meratapi kesialan yang terjadi padanya. Dengan langkah berat, ia menyeret kedua kakinya masuk ke dalam toko Connor yang saat itu tengah sepi."Hey, lihat siapa yang datang hari ini?" ujar Connor menyambut Adonis dengan pelukan namun terhenti ketika ia sadar dengan baju Adonis yang kotor. "Kenapa bajumu?"
Ketika Adonis hendak berdiri untuk meraih tongkat tersebut, tahu-tahu pintu kamarnya sudah terbuka. Wajah Adonis memucat, alisnya tersentak bersamaan sambil membelalakkan mata. Sosok pria dengan postur tubuh tinggi besar, memakai jubah hitam sedang berdiri tegak di depan pintu. Wajahnya menunduk, terhalang oleh kerudung hitam bergaris emas di tepiannya. Adonis menatap pria tersebut dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Pria tersebut masih berdiri dengan tatapan lurus ke bawah.Tangan kiri Adonis sudah hampir menyentuh tongkat baseball tadi. Namun, belum sempat ia menggenggam tongkat kayu itu, pria dengan kerudung hitam itu menengadahkan wajahnya ke arah Adonis. Adonis tersentak ketika mendongakkan kepalanya. Bibirnya terkatup, badannya terasa sangat kaku ketika bertatapan dengan sosok misterius itu. Entah
Malam itu, Adonis termenung duduk di tangga depan rumahnya. Pikirannya sedang tidak menentu. Entah sudah berapa batang rokok yang ia habiskan sejak tadi. Sesekali ia menatap langit sambil mencoba berpikir apa yang harus dilakukannya agar bisa bertahan hidup selama beberapa bulan kedepan. Uang simpanannya pun sudah hampir terkuras, belum lagi sekarang ia sering sekali membeli minuman keras.Sejenak ia sempat berpikir untuk menggunakan cek dari Harrold untuk dijadikan modal usahanya. Namun itu terbilang akan sangat miris, karena bagaimana mungkin ia menggunakan uang dari lelaki yang merebut istrinya sendiri? Sedikit demi sedikit Adonis meneguk wine murah yang tadi dibelinya sepulang dari toko Connor. Ini adalah botol kedua dan sekarang Adonis sudah mulai merasa mabuk.Sekarang ia sedang merogoh kantong celananya, mencoba meraih ponsel
Keesokan harinya."Hey, hati-hati!" celetuk Connor kepada Adonis yang hendak membuka pintu mobil untuk keluar. "Ben! Tolong kau pegangi Adonis! Jangan sampai dia jatuh karena masih pusing.""Astaga, kenapa kalian sangat berlebihan seperti ini? Aku sudah sembuh dan tidak merasa pusing sama sekali. Jadi tenang saja, ya!" jawab Adonis.Mereka tiba di rumah Adonis tepat pukul sepuluh pagi. Suasana di rumah Adonis terlihat sepi karena memang sudah kosong. Ketika membuka pintu rumahnya, Adonis merasakan getaran yang masih tersisa dari kenangan-kenangannya dengan Kaira. Ia mencoba menampik semua ingatan yang muncul dibalik tempurung kepalanya ketika melangkah masuk ke dalam rumah."Ayo kita makan!" ujar Ben sembari mengawa
Saat tengah mengamati kobaran api tersebut, tiba-tiba pandangan mata Adonis mulai kabur. Tubuhnya terasa lemas dan berat. Ia mencoba berjalan beberapa langkah ke arah pintu belakang dapur sambil memegangi kepalanya.Bruukk!Adonis terjatuh dan tidak sadarkan diri ketika sedang berusaha melangkahkan kaki ke dalam rumah.Keesokan harinya Adonis terbangun dengan penuh rasa kebingungan sambil menatap ke setiap penjuru ruangan yang berwarna putih bersih itu. Pandangan matanya sedikit buram, sayup-sayup ia mendengar suara seorang wanita memanggil namanya."Adonis …," ujar Ben sembari melambai-lambaikan tangan di depan wajah Adonis. "Connor! Kemarilah! Adonis sudah sadar!" teriaknya sambil berlari keluar kamar mengh
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments