Share

Para Ksatria Pelindung yang Kembali Ke Ibu Kota

"Hoopp!" Dengan sebuah gerakan meringankan tubuh, Brigitte Walder menangkap surat yang dijatuhkan seekor burung hantu pos dari langit di atasnya. Dia segera menarik pita ikatannya dan membaca tulisan di perkamen itu.

"Hah?! Raja Edward Forester menghilang?" Reaksi terkejut itu semakin menjadi-jadi ketika ksatria wanita yang berusia awal tiga puluh tahun tersebut membaca pemberitahuan adanya pemberontakan oleh Jenderal Derrick Karpac. "Sialan, pria itu memang tak tahu diri. Raja pasti mengandalkannya di situasi genting yang melanda Centurion Land, tetapi justru dia merebut tahta di saat Yang Mulia menghilang!"

Brigitte tak membuang waktu lagi, dia menghela kuda pegasusnya untuk berangkat menuju ke kota Highmerciful. Ksatria wanita itu yakin akan ada kekacauan susulan dan mungkin juga ancaman hukuman mati bagi pejabat yang loyal kepada Raja Edward Forester.

Di perbatasan Centurion Land dengan Galapagos Land, ksatria kepercayaan raja lainnya yaitu Taron Filbert juga menerima surat yang isinya sama dengan rekan-rekannya. Dia merasa sangat cemas memikirkan nasib rakyat yang ada di ibu kota, Jenderal Derrick Karpac pasti akan semena-mena menindas mereka yang tak mematuhi pemerintahannya.

"Sparkling Tigris, kita kembali ke ibu kota sekarang. Kau harus terbang secepat yang kau bisa, oke?" titah Taron Filbert kepada naga biru tunggangannya.

"Tentu, Tuan Taron. Bersiaplah!" sahut Sparkling Tigris, naga berbadan panjang dengan sisik birunya. Dia terbang di atas awan agar tak ada yang menghalanginya untuk melaju kencang secepat kilat.

Seluruh ksatria andalan Raja Edward Forester berjumlah sepuluh orang; tiga orang wanita dan tujuh lainnya pria. Mereka semuanya berada jauh dari ibu kota Highmerciful. Untungnya mereka semua memiliki hewan tunggang sebagai kendaraan yang mampu bergerak cepat seperti pegasus, naga, cheetah, dan polar bear.

Malam hari setelah dirinya dilantik menjadi raja atas Centurion Land, Derrick mengadakan pesta megah di Istana Palazzo Vrindavan. Pemimpin negara tetangga diundang untuk hadir dan menyambut peristiwa penting naiknya dia menjadi penguasa negeri yang terkenal kuat dan makmur sejahtera itu. Seluruh pejabat pemerintahan juga mendapatkan undangan tanpa terkecuali. Dia menempatkan petugas khusus untuk mencatat siapa saja yang menolak untuk hadir tanpa alasan jelas.

Keputusannya adalah bagi negara yang tidak mengirim utusan untuk menghadiri pestanya akan diserang pasukannya. Sedangkan, pejabat pemerintahan yang menolak hadir akan dieksekusi besok siang di alun-alun kota Highmerciful dengan cara dipenggal kepala oleh algojo.

"Jenderal Lucatoni Vargas, apa perdana menteri hadir di pestaku?" tanya Paduka Raja Derrick Karpac.

Pria berambut ikal pirang sebahu itu menjawab, "Sayang sekali, Paduka Raja, saya belum melihat beliau semenjak pesta dimulai!"

"Pastikan ketidak hadiran Perdana Menteri Andres Wilbur di pesta perayaanku malam ini, bila dia tak menampakkan batang hidungnya sedetik pun. Besok pagi jemput dia di kediamannya dan seret ke alun-alun untuk dipancung kepalanya oleh algojo. Tak ada belas kasihan untuk pembelot titah raja!" Mata Raja Derrick Karpac berkilat keji mengerikan saat memberikan perintah itu ke jenderal kepercayaannya.

Musik orkestra dimainkan dengan irama riang untuk menyemarakkan suasana pesta yang sebenarnya diwarnai ketegangan dari para tamu undangan yang terpaksa hadir. Para penyihir pengikut Amaraca juga menikmati pesta tersebut, mereka merasa diterima di istana raja kali ini dan bebas menampakkan sosok menyeramkan mereka. Anak-anak kecil yang melihat penampilan para penyihir yang kebetulan lewat di hadapan mereka pun menangis kencang karena ketakutan.

Wujud mereka yang terkutuk karena sihir perjanjian dengan iblis memang menyeramkan. Ada yang hanya bermata satu, hanya bertangan satu, hidung mereka bengkok dan besar dengan mata berwarna merah kejam. Hawa kematian menyelimuti tubuh para penyihir itu sehingga membuat manusia yang berdekatan merasakan bulu kuduk mereka berdiri.

Seusai pesta dibubarkan lewat tengah malam, para tamu undangan pulang ke tempat tinggal masing-masing. Sedangkan, para penyihir yang terbiasa terjaga di malam gelap justru berkeliaran di jalan-jalan ibu kota. Mereka mencari mangsa empuk untuk dikorbankan kepada roh jahat dan sisanya dimakan bersama-sama.

Para penduduk kota Highmerciful menutup pintu dan jendela rumah masing-masing dengan rapat. Mereka dicekam ketakutan karena teror para penyihir jahat yang kini menjadi sekutu raja yang baru. Penjaga keamanan kota yang melakukan ronda malam menjadi korban pertama para penyihir. Teriakan kengerian pria paruh baya itu bergema di keheningan malam.

Keesokan paginya ketika fajar menyingsing dan menembus lapisan kristal perisai pelindung di langit Centurion Land, Letnan Lucatoni Vargas menjemput perdana menteri dan keluarganya untuk menjalani eksekusi siang nanti.

"Apa yang kalian lakukan? Lepaskan kami!" teriak Nyonya Mirina Wilbur, istri dari perdana menteri ketika dirinya ditarik dan diikat kedua tangannya di balik punggung dengan tali.

Jenderal Lucatoni menjawab, "Ini titah Raja Derrick, suami Anda tidak menghadiri pesta perayaan tadi malam. Beliau menentang kekuasaan raja, jadi kalian sekeluarga akan dipenggal kepalanya siang ini!"

Ketika Perdana Menteri Andres Wilbur didorong oleh prajurit hingga tersungkur di lantai rumahnya sendiri, istrinya berteriak, "Suamiku, apa kau tidak apa-apa?"

"Tenanglah, Mirina. Segalanya akan baik-baik saja!" jawabnya yakin sekalipun dia tak tahu apakah para ksatria sanggup menyelamatkan semuanya tepat waktu.

"Bawa mereka semua ke alun-alun kota. Biarkan rakyat menonton hukuman bagi para pembelot titah raja!" perintah Jenderal Lucatoni Vargas lalu bergegas naik ke atas pelana kudanya. 

Sementara keluarga Wilbur berjalan kaki diarak di jalan raya oleh para prajurit seperti sekumpulan penjahat yang layak menerima hukuman pancung. Para wanita dan anak-anak menangis tersedu-sedu memohon belas kasihan, tetapi para prajurit abai.

"CTAAARR! DIAM KALIAN SEMUA. TAK ADA AMPUN UNTUK PEMBERONTAK!" hardik kepala prajurit, Ramos Tilmann sembari melecutkan cemetinya dengan kejam ke tubuh para tawanan hingga baju mereka robek dan meningalkan bekas luka berdarah segar.

Dari sudut gelap yang tersembunyi di gang jalan kota Highmerciful, seorang pria berkata kepada rekannya, "Lorenzo, apa kita akan membiarkan mereka disiksa semena-mena?" 

"Lord Mercy, tunggu dulu. Kita lihat apa yang akan terjadi di alun-alun kota. Terus terang informasi yang kita dapat sangatlah minim. Aku tak ingin salah melangkah!" jawab Marquiss Lorenzo Verdant yang berjalan kaki bersama rekannya, Lord Sebastian Mercy tanpa naga tunggangan mereka yang beterbangan di balik awan.

Di balik mantel kedua ksatria pria tersebut tersembunyi senjata sakti yang dapat mengalahkan ratusan prajurit kerajaan dengan mudah. Mereka membaur dalam kerumunan rakyat yang ingin menyaksikan eksekusi para pejabat loyalis Raja Edward Forester.

"MINGGIR SEMUANYA, RAJA DERRICK KARPAC AKAN LEWAT!" teriak prajurit yang membukakan jalan dengan menaiki kuda tinggi tegap warna hitam.

Kerumunan rakyat terbelah dua ke tepi kanan kiri jalan. Semua menundukkan kepala mereka dan bersujud di tanah karena takut akan dihukum dengan keji oleh raja baru yang tiran tersebut.

Jean-Anna Lovey duduk di punggung cheetahnya dan mengintai di pohon besar yang ada di alun-alun kota. Tak ada yang mengetahui dia berada di atas sana.

Dari atas atap rumah penduduk, Marlene Rosward dengan pegasus tunggangannya juga mengamati semua yang terjadi dalam diam. Dia pun sama bingungnya seperti rekan-rekannya yang telah sampai di Kota Highmerciful dan memilih untuk mempelajari terlebih dahulu situasi di kerajaan yang mereka layani.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status