Share

Ancaman

Penulis: Mizy
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-08 22:49:49

Mereka menyantap makan siang sambil berbincang-bincang tentang banyak hal, sampai kepala Bima mendadak pusing lalu tak sadarkan diri.

Lalu Bima terbangun di kamar hotel dengan tubuh setengah telanjang, foto tidur bersama perempuan dan ancaman untuk membatalkan proyek yang sudah disepakati.

"Aarrgghhh ... Brengsek!" Bima melempar foto yang ditangannya. Kepalanya bertambah pusing dengan masalah yang dia hadapi sekarang.

Papi pasti marah besar. Ini proyek pertama yang dipercayakan padanya. Tetapi dia menggagalkannya dalam satu hari?

"Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya.

"Aliciya pasti tidak akan memaafkanku kalau dia tau tentang foto ini. Dan papi pasti tidak mau jika proyek ini dilepas."

"Seseorang telah menjebakku. Orang itu dengan sengaja melakukannya untuk menghancurkanku."

"Aku harus bisa menemukan orang yang menjebakku."

Bima berbicara sendiri, pikirannya sangat kalut dengan masalah yang tiba-tiba menimpanya.

***

Mobil Bima memasuki halaman rumah. Waktu sudah menunjukkan jam sembilan malam. 

Dengan lesu Bima melangkah ke dalam, dipandangnya sekeliling. Tidak ada yang berubah. Rio tengah duduk santai bersama Wulan menonton televisi. Arsya biasanya sudah berada di kamar bersama Aliciya.

"Syukurlah." katanya dalam hati. "Berarti surat ancaman dan foto tidak sampai ketangan papi." gumamnya.

Setelah memberi salam pada Rio dan Wulan, Bima berjalan menuju kamarnya. Aliciya sudah tidur berdampingan dengan Arsya. Usai mandi dan membersihkan diri, Bima memandang dua orang yang dicintainya yang sedang tertidur pulas.

Tangannya mengelus pipi Aliciya, lalu mengusap puncak kepala istrinya dengan lembut. Kemudian beralih ke pipi Arsya yang gembul. Berbeda dengan Aliciya, Arsya mengerang ketika tangan Bima menyentuh pipinya.

Bibirnya tersenyum, Aliciya justru tidak sadar ketika di sentuh tetapi Arsya, anaknya bisa cepat menyadarinya. Bima teringat di awal mereka menikah, Aliciya susah sekali dibangunkan. Bima mesti teriak-teriak dari luar kamar supaya Aliciya bangun.

Puas memandang Aliciya dan Arsya, Bima mengambil tempat disamping Arsya. Bertiga mereka berbagi ranjang menggapai mimpi indah bersama.

***

"Hari ini papi belum ke kantor ya, Bim. Kamu bisa urus semua kan?" kata Rio di sela-sela sarapan.

"Iya, Pi." jawab Bima.

"Kalau ada yang kamu tidak paham, kamu cepat hubungi papi." ujar Rio kemudian.

Bima mengangguk, tadi malam dia tidak bisa tidur dengan tenang. Bayangan foto dia tidur dengan wanita di hotel itu menari-nari di alam bawah sadarnya.

"Apa yang harus aku lakukan?" Pikirannya bekerja keras untuk menjawab pertanyaan yang terus berputar di kepala.

Tangan kecil Arsya menyentuh pegelangan tangan Bima, seketika dia tersentak. Bima terlalu banyak pikiran hingga dia tidak tau kalau Arsya sudah berada disampingnya. Diciumnya pipi gembul Arsya, berlanjut ke pipi Aliciya yang sedang memangku Arsya lalu menuju mobil untuk berangkat ke kantor.

Ponselnya bergetar, Bima membereskan berkas yang sudah dibaca kemudian memasukkan tumpukan kertas tersebut ke dalam sebuah map. Diraihnya ponsel yang berada di laci meja, sebuah notifikasi pesan dari nomor yang tidak di kenal masuk ke ponselnya.

Dengan tangan gemetar, Bima membuka pesan tersebut. Matanya kembali membulat ketika layar ponsel menampilkan foto dengan pose berbeda dari yang dilihatnya beberapa hari lalu.

Pose foto ini lebih menakutkan dibanding foto kemaren. Bima sendiri merasa jijik melihatnya.

"Bagaimana mungkin perbuatan tidak senonoh ini aku lakukan pada perempuan lain?" Hatinya menjerit. Orang yang tidak tau, pasti akan menudingnya sebagai laki-laki jahat.

Dengan cepat jarinya bergeser ke tombol delete. Dia tidak mau jika Aliciya melihat foto tersebut. Tidak lama kemudian, sebuah pesan kembali masuk. Isinya cukup membuat jantung Bima keluar.

--Waktumu sudah hampir habis. Dalam satu jam, proyek tersebut harus dibatalkan.--

Bima benar-benar tidak bisa berfikir dengan jernih. Teringat perkataan Rio yang menaruh harapan besar padanya. Dia tidak mau mengecewakan Rio padahal ini baru  awal Rio mempercayakan kepemimpinan di tangannya.

Kembali dia membaca pesan ancaman tadi lalu dia menghubungi nomor pengirim.

Dua kali panggilan tidak dijawab, dipanggilan ketiga baru berbunyi nada tersambung.

"Hallo, siapa kamu?" tanya Bima.

Terdengar suara tawa diseberang sana. Darah Bima mendidih mendengarnya. Lalu Bima meninggikan nada suaranya.

"Halloo ... Kamu jangan mencoba mengancam saya ya." ujar Bima berang.

"Waktumu sudah habis bro ... Good Bye."

Sambungan telepon terputus.

Bersambung..


Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kisah Cinta Aliciya   Ancaman Inaq

    "Aaaa...Tidaakkk." Yasmine berteriak histeris. Kepalanya berdenyut tak tertahankan, pandangannya mengabur. Seketika ia ambruk dalam pelukan Ibra.Peluh bercucuran dari dahi Ibra, ia menatap bingung Yasmine yang sedang berada dalam pangkuannya. Pemuda itu tidak tau sedikutpun tentang P3K, pertolongan pertama pada kecelakaan. Yang ia lakukan hanya menggoyang-goyangkan tubuh Yasmine supaya Yasmine tersadar dari pingsannya dan itu sudah dilakukan Ibra dari sepuluh menit uang lalu. Sementara ia tidak bisa melakukan apapun, bahkan untuk berteriak minta tolongpun rasanya sia-sia.Ibra mendekatkan indra pendengarannya ke tubuh Yasmine, memeriksa detak jantung perempuan itu.Apakah ia masih hidup?

  • Kisah Cinta Aliciya   Kembali

    Terdengar suara kunci pintu dibuka. Keduanya kaget dan merapat ke dinding. Pintu dibuka, Andi masuk dengan wajah angkuh mendekat ke arah Ibra dan Yasmine.Andi mengernyitkan kening seraya berkata "Kalian bisa membuka lakban yang ditempel dimulut?" punggung tangannya menelusuri pipi milus Yasmine, gerakan itu berhenti di dagu. "Kalau begitu, aku tidak perlu repot membukanya.""Heiii... Jangan lancang, bro. Dia bukan siapa-siapa lo, jadi jangan asal sentuh." Ibra menatap lekat Andi, wajahnya memerah menahan marah."Cuih,, jadi lo itu siapa? pahlawan kesiangan yang menyelamatkan istri orang? lo pasti punya niat dibalik semua ini." Andi balik menatap Ibra. "Jangan khawatir, gue hanya mau selangkah lebih maju dari lo. Gue akan pakai perempuan ini untuk mendapatkan apa yang gue mau

  • Kisah Cinta Aliciya   Ketahuan

    Pemuda tersebut keluar dari ruangan kecil tersebut lalu membanting pintu dengan keras.Ceklik.... terdengar suara pintu dikunci dari luar.Ibra bernafas lega, meskipun tangan dan kakinya terikat setidaknya pemuda itu sudah tidak berada di dalam ruangan ini lagi, melakukan pelecehan terhadap Yasmine.Yasmine pun juga demikian, meskipun ia duduk tertunduk namun gestur tubuhnya memperlihatkan ia lebih tenang dari sebelumnya.Ibra mendekati Yasmine, sadar Ibra beringsut ke arahnya, Yasmine mengangkat kepala dan menatap Ibra. Mereka saling tatap, seolah sedang berkomunikasi melalui telepati lewat pancaran mata.Yasmine menundukkan kepalanya ke arah bahu kananny

  • Kisah Cinta Aliciya   Disekap

    Kisah cinta Aliciya 19Jam empat sakit, Ibra sudah berdiri di depan rumah Yasmine. Rumah panggung tampak lengang dan tertutup. Tidak lama kemudian, Andi dan Pak Mansur bersama empat laki-laki lain yang tidak di kenal Ibra menjalan mendekat. Ibra segera menyalami mereka satu persatu sebagai bentuk rasa hormat.“Kamu sudah lama menunggu?” tanya Andi, pria yang sudah menjadi teman Ibra ini memang sangat bisa diandalkan. Ibra merasa beruntung bertemu dengannya.“Belum terlalu lama.”“Ayo, kita langsung saja menemui Bu Sarti.” Lelaki paruh baya itu berjalan mendahului.Ibra, Andi dan ke empat bapak yang lain mengikuti Pak Mansur dari belakang. Pak Mansur seteng

  • Kisah Cinta Aliciya   Ibra dalam bahaya

    Kisah cinta Aliciya 19Jam empat sakit, Ibra sudah berdiri di depan rumah Yasmine. Rumah panggung tampak lengang dan tertutup. Tidak lama kemudian, Andi dan Pak Mansur bersama empat laki-laki lain yang tidak di kenal Ibra menjalan mendekat. Ibra segera menyalami mereka satu persatu sebagai bentuk rasa hormat.“Kamu sudah lama menunggu?” tanya Andi, pria yang sudah menjadi teman Ibra ini memang sangat bisa diandalkan. Ibra merasa beruntung bertemu dengannya.“Belum terlalu lama.”“Ayo, kita langsung saja menemui Bu Sarti.” Lelaki paruh baya itu berjalan mendahului.Ibra, Andi dan ke empat bapak yang lain mengikuti Pak Mansur dari belakang. Pak Mansur seteng

  • Kisah Cinta Aliciya   Menemui tokoh adat

    Sudah hampir dua jam Ibra mondar mandir di depan rumah Yasmine. Semalaman ia tidak bisa tidur karena terus memikirkan keadaan Yasmine.Ibra takut, perempuan tua yang mengaku inaq itu menyiksa Yasmine karena kedatangannya tempo hari. Ditambah lagi, mereka sempat bertengkar mengenai status Yasmine.Seorang pemuda menghampiri Ibra disaat Ibra hampir putus asa menunggu kemudian berniat memaksa masuk mencari Yasmine ke dalam rumahnya."Kamu siapa? Jangan buat onar di kampung kami."Sadar dengan perkataan pemuda yang berdiri di depannya, Ibra langsung minta maaf. Ia tidak mau terjadi salah paham dengan kedatangannya di kampung mereka."Maaf, saya ada keperluan d

  • Kisah Cinta Aliciya   Inaq murka

    Yasmine memasuki halaman rumahnya. Ibra mengikuti dari belakang. Perasaan Yasmine menjadi tak karuan. Sebenarnya ia takut menghadapi inaq, namun sisi lain hatinya ia harus menemui inaq bersama Ibra, meminta penjelasan tentang masa lalunya.Pintu dari kayu tersebut berdecit pelan saat Yasmine mendorongnya, sepi, apakah inaq belum pulang? padahal hari sudah siang, biasanya inaq sudah di rumah saat ini."Yasmine, dari mana saja?" Tiba-tiba inaq muncul dari depan."Inaq, inaq dari mana?" tanya Yasmine."Ditanya malah balik bertanya. Kamu darimana? Inaq cari-cari dari tadi." Pandangan Inaq beralih ke Ibra, yang masih berdiri di samping pintu."Siapa anak muda i

  • Kisah Cinta Aliciya   Pov Yasmine

    Sinar matahari pagi terasa sejuk mengenai kulit. Angin pantai yang bertiup menambah kesejukan tidak hanya untuk tubuhku, juga hatiku.Pagi sebelum inaq pulang dari pasar, aku sudah meninggalkan rumah menuju pantai. Tidak sabar rasanya bertemu dengan Ibra, banyak hal yang ingin aku tanyakan.Memang sejak sadar dan pulih dari kecelakaan, banyak hal yang di tutupi inaq. Bahkan ketika aku bertanya tentang masa lalu yang tidak aku ingat sama sekali, inaq tidak mau menjawab. Jika aku memaksa, inaq mulai marah. Sehingga aku jadi enggan untuk bertanya lebih lanjut.Kulambaikan tangan saat melihat seseorang berjalan ke arahku. Kemudian, ia membalas lambaian tanganku dan setengah berlari menuju ke tempat aku menunggu."Hai, s

  • Kisah Cinta Aliciya   Pov Ibra

    Aku melangkah ke luar gedung perkantoran. Rasanya masih kesal dengan Pak Bima yang tidak mau menemuiku mesti hanya sebentar. Padahal aku membawa berita penting tentang Aliciya. Aku juga memaksakan diri untuk datang menemuinya padahal kondisiku belum terlalu pulih.Karena mengingat janji dengan perempuan yang bernama Yasmine di Lombok, aku memutuskan ke Jakarta dengan kondisi tubuh yang belum sepenuhnya pulih.Kemudian aku kembali masuk ke dalam. Aku mencoba menunggu di lobby, berharap pak Bima turun. Sudah hampir dua jam aku duduk, namun yang aku tunggu tidak juga muncul. Karena sudah lapar dan haus, akhirnya aku memutuskan untuk pulang.Aku kembali ke Bandung setelah mengisi perut. Menyesal rasanya ke Jakarta, hanya lelah yang aku dapat. Bahkan nomor ponsel pak Bima pun tidak berhasil aku dapatkan. Mereka sama sekali tidak percaya kepadaku jika aku akan menyampaikan sesuatu yang penting tentang Aliciya.Sebenarnya, apa peduliku? Aliciya hanyalah seseoran

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status