Share

Bertemu Tanpa Sengaja

Aku bertemu dengan teman perempuan Jungwoo, dari sekolah barunya. Kenapa Jungwoo memperkenalkan aku dengan dia?

"Kenalin kak dia Jihan pacar Jungwoo."

Jihan pacar Jungwoo? Sejak kapan mereka pacaran? Aku tidak pernah tau kalau Jungwoo mempunya perempuan.

"Dan Jihan ini kakak ku Sana."

"Salam kenal kak, aku Jihan." Tersenyum.

"Salam kenal juga aku Sana."

"Duduk Jungwoo kak Sana."

Aku dan Jungwoo duduk, dan memesan makanan. Setelah memesan makanan kami bertiga hanya diam saja tidak ada pembicaraan sama sekali.

. . . .

Doyoung sampai rumah, disambut oleh Jisung. Jisung sambil senyum-senyum gak jelas gitu.

"Kenapa?"

"Kakak gak inget aku mau ngajak Kakak ke cafe."

"Inget, sekarang?"

"Iya kak, aku siap-siap dulu."

"Ya."

Doyoung Kembali ke kamar bersiap-siap pergi untuk pergi dengan Jisung. Mungkin nanti juga aku yang traktir.

"Kak Doy ayo."

Doyoung menuruni tangga dan Jisung sudah siap untuk pergi. Lalu Doyoung dan Jisung segera berjalan ke bagasi untuk mengambil mobil. Kami masuk ke mobil dan berangkat.

Diperjalanan macet banget, gak biasanya macet kayak gini. Ribet kalau macet gini.

"Nanti mau ke cafe mana?"

"Cafe biasa aja kak."

"Iya."

Mobil melaju dengan cepat, tanpa hentinya karena kami sudah melalu ke macetan. Setelah sampai kami segera turun, dan masuk ke cafe itu.

Setelah kami masuk Doyoung dan Jisung segera mencari tempat duduk. Kita berdua duduk di dekat jendela, saat kami memesan Doyoung melihat  ada Sana di dalam cafe itu. Ngapain dia disini? Selesai memesan Jisung membuka pembicaraan.

"Kak Doy masih sayang sama kak Yeji?"

"Kenapa?"

"Gpp, Papa kan gak setuju sama hubungan kakak? Kenapa kakak memperjuangkan hubungan kakak?"

"Kenapa kamu ngurusin sih Sung?"

"Jisung cuma khawatir kalau nanti Papa ngapa-ngapain kakak. Jisung gak mau lihat kakak dan Papa berantem cuma gara-gara Kakak deket sama kak Yeji."

"Kenapa harus khawatir? Kalau aku sayang sama Yeji suka sama Yeji itu keputusanku kan, kenapa ikut campur sih Papa. Papa bilang apa sama kamu?"

"Cuma bilang jangan sampai kamu seperti kakakmu itu, dibilangin jangan deket sama Yeji bandel banget."

Bisa-bisanya Papa bilang kayak gitu ke Jisung apa salahnya coba suka sama orang yang suka juga samaku, dasar Papa gak tau apa-apa juga. Emang Papa belum pernah merasakan suka sama perempuan.

Makanan mereka sudah datang, lalu kami berdua makan. Jisung makan dengan lahapnya, seperti udah beberapa bulan enggak makan.

Sana, Jungwoo dan Jihan selesai makan dan beranjak dari tempat duduknya. Setelah berjalan menuju pintu keluar, Jungwoo melihat Jisung lalu memanggilnya.

"Jisung?"

Jisung menengok ke belakang, lalu Jisung menebarkan senyumnya.

"Oh Jungwoo, disini juga."

"Iya, sama siapa?"

"Kakakku, kak Doyoung."

Sana mengengok ke arah Doyoung berada, Doyoung juga menatapku. Jisung melihat nya pun bertanya,

"Kakak kamu kenal sama kakakku? Kok mereka saling pandang."

"Kak Sana, kakak kenal sama kak Doyoung?"

Aku memalingkan pandanganku ke arah Jungwoo, 

"Ha? Ah iya dia temen satu sekolah kakak."

"Ternyata kak Doyoung satu sekolah sama kakak temen Jisung. Jadi bisa saling ketemu dong." Cengegesan.

Jungwoo juga ikut cengegesan. Sana dan Doyoung hanya diam saja, Jihan ikut senyum. Dan kami ber5 duduk bareng deh di cafe itu.

Pukul 4 sore, mereka masih asik mengobrol. Doyoung pun teringat oleh jadwal les si Jisung.

"Sung kamu kan hari ini ada les."

"Ah iya lupa kak, sekarang jam berapa?"

"Jam 4." Sahut Jihan.

"Ayo kak pulang nanti aku telat lagi. Aku duluan ya. Mari kak Sana."

Jisung dan Doyoung segera keluar pintu dan masuk mobil untuk pulang. Kami ber3 masih ada di cafe. 

"Jihan mau pulang sekarang?" Tanya Jungwoo.

"Iya, sebelum aku di cariin Mama ku."

"Ayo kak pulang."

"Iya. Kamu kan pakai motor, emang mau ber3?"

"Cuma berdua kak yang naik motor. Kak Sana pulang sendiri ya."

"Kamu ini kasihan kakakmu, dia udah nganterin kamu, mau kamu tinggalin gitu aja." Nasehat dari Jihan untuk Jungwoo.

"Kamu gimana?"

"Aku nanti bisa pulang naik taksi, lebih penting kakak kamu Woo."

"Ya udah, ayo kak. Aku pulang duluan ya Jihan."

"Sebentar aku udah pesenin kamu taksi online ya, nanti kamu tinggal bilang alamat kamu Han."

"Terima kasih kak Sana."

Jungwoo tersenyum senang melihat Sana dan Jihan dekat seperti itu. Hati Jungwoo jadi berseri-seri, terlihat dari muka yang ganteng ini.

"Nanti hati-hati ya Jihan." Tersenyum.

"Iya Kak terima kasih lagi kak."

"Sama-sama."

"Kita duluan ya Han." Melambaikan tangan.

Jihan membalas lambaian kami berdua. Sana dan Jungwoo berangkat pulang ke rumah.

. . . .

Doyoung dan Jisung sampai di rumah. Di rumah sudah ada Papa dan Mama, menunggu di ruang tamu.

"Dari mana? Jisung kamu kan ada les, kenapa baru pulang?"

"Maaf Pa."

"Kamu yang ngajarin adek kamu bolos les Doyoung!!"

"Apaan sih Pa, aku gak ada maksud ngajarin bolos."

"Terus kenapa Jisung gak ikut les? Dia kan sama kamu Doyoung. Jangan cari alasan ya buat ngajarin adek kamu sikap jelekmu."

"Kenapa yang disalahin Doyoung terus, tanyain dong anak Papa."

"Kenapa baru pulang Jisung?"

"Tadi aku sama kak Doyoung pergi ke cafe, di cafe Jisung ketemu temen Jisung jadi, Jisung ngobrol sama temen Jisung. Ini bukan salah kak Doyoung Pa, jangan salahin kak Doyoung."

"Kamu masuk kamar Jisung, siap-siap untuk les jam 5 ya."

Mama Eunbi mengajak Jisung pergi ke kamar, dan meninggalkan Doyoung dengan Papa Chanyeol.

"Kamu bisa gak kalau di rumah gak usah pergi-pergi. Bantuan Papa di kantor, pacaran terus."

"Doyoung salah apa sih sama Papa? Papa sebenci itu sama Doyoung?"

"Dengerin Papa, kalau kamu mau nurutin apa kata Papa, Papa gak akan kayak gini. Kamu mau nurutin Papa?"

"Papa mau aku kayak gimana?"

"Papa mau bilang sama kamu, Yeji itu gak baik buat kamu."

"Maksud Papa apa?" Dengan nada marah.

"Besok kamu akan tau, tapi Papa udah ngingetin kamu ya. Papa gak mau hidup kamu berantakan gara-gara cewek yang gak tau kerjaan. Dia cuma butuh uang kamu Doyoung, sadar. Udah capek Papa ngingetin kamu."

Papa beranjak dari tempat duduk masuk ke dalam ruang kerjanya. Doyoung duduk di pojok sofa, merenungkan perkataan Papa Chanyeol.

Selang beberapa menit, Doyoung langsung masuk ke kamar.

. . . .

Tempat Sana dan Jungwoo. Mereka sudah sampai rumah, kita berdua masuk dari garasi. Di ruang keluarga ada Mama, Mama memperhatikan kami berdua. Mama hanya tersenyum dan melanjutkan menjahitnya. Sana dan Jungwoo langsung menaiki tangga pergi ke kamar masing-masing.

Sana masuk kamar dan segera bersih-bersih mandi. Selesai mandi aku melanjutkan belajar, tiba-tiba pintu terbuka. Ternyata Jungwoo yang masuk, sambil senyum-senyum.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Besok kak pergi gak?"

"Iya kak pergi."

"Kemana? Sama siapa?"

"Mau tau banget sih."

"Biarin dong, sama siapa?"

"Orang."

"Kak Doyoung?"

"Udah keluar sana, ganggu banget sih."

"Di tanyain juga, aku mau ngajak kakak pergi."

"Kemana?"

"Ketemu Jihan."

"Sendiri bisa kan."

"Takut ketauan Mama kak."

"Gak usah takut, kamu juga sering pergi sendiri kan. Jadi gak apa apa Jungwoo. Ketemu pacar kamu kenapa ngajak kak sih."

"Ya udah deh, aku keluar ya kak."

Jungwoo mengilang begitu aja dari pintu. Apa jadi si Doyoung ngajak aku pergi? Winwin juga, kenapa mereka bisa bersamaan gitu sih? Semoga jam nya gak sama ya.

Sudah waktunya makan malam, aku segera turun ke bawah. Sudah ada Mama yang sedang merapikan meja makan. Aku duduk di depan Mama dan tersenyum. Mama juga ikut tersenyum.

"Papa mana ma?"

"Lagi bersih-bersih, kenapa? Kamu hari ini terlihat bahagia, ada apa Na?"

Aku hanya tersenyum. Papa datang keruang makan disusul Jungwoo. Kami ber 4 segera makan malam. Setelah makan malam, Papa memulai pembicaraan.

"Na gimana sekolah kamu, baik-baik aja kan sampai sekarang."

"Baik kok Pa."

"Pa kak Sana besok mau pergi sama cowok." Serubut Jungwoo.

Aku kaget mendengar apa yang di bilang Jungwoo. Apa-apaan nih Jungwoo, apa untuk alasan agar dia bisa pergi ya.

"Sama siapa Na?"

"Temen kok Pa."

"Oh iya, hati-hati ya."

"Papa gak ngelarang kak Sana?"

"Kenapa Papa harus ngelarang? Kamu dan kakakmu ini udah besar, saat nya cari pendamping kan, iya kan Ma?"

"Iya Jungwoo, Sana. Kalian boleh cari pendamping yang baik buat kalian."

"Masih Ma Pa." Aku dan Jungwoo berbarengan.

Kami ber 4 saling senyum bersama. Sampai-sampai lupa kalau bibi udah nunggu di sebelah meja makan. Papa langsung memperhatikan bibi.

"Sudah selesai kok bi, maaf jadi nunggu."

"Gak apa-apa kok tuan."

Papa langsung berdiri, mengajak kami untuk segera pindah. Karena meja makan akan di bersihkan.

Aku pamit ke kamar. Beristirahat sejenak, tiba-tiba hpku berbunyi. Ada yang telfon, si Doyoung ternyata. Aku langsung menganggkatnya.

"Ada apa?"

"Besok jangan lupa, jam 8 pagi aku jemput oke."

"Iya."

"Selamat malam."

"Malam."

Kututup telfonnya, lalu aku berbaring. Besok akan capek banget, ketemu dengan 2 orang. Aku memejamkan mata.

Dret dret dret

Aku langsung terbangun dari tidurku, dan meraih hp yang ada di meja. Siapa sih yang ngechat malam-malam, Winwin yang chat.

Winwin : 

"Besok aku jemput atau mau aku tunggu di tempat?"

Sana : 

"Tunggu aja ditempat."

Winwin : 

"Iya Na, kita janjian jam 12 siang ya aku tunggu di cafe Cemara."

Sana : 

"Iya besok aku akan ke cafe itu sebelum pukul 12 siang."

Winwin : 

"Oke, sampai besok ya. Selamat malam dan mimpi indah Sana."

Ku letakkan di meja, untung saja aku bertemu Winwin agar siang jadi gak bertabrakan dengan ketemu Doyoung. Aku mulai memejamkan mata kembali.

Sudah menjelang pagi, Sana segera bangun. Jarum jam sudah menunjukan pukul 6 pagi, aku segera beranjak dari tempat tidur dan lekas mandi.

Selesai mandi aku memilih baju dan berdandan simple aja sih gak berlebihan. Sudah pukul 7 saja, waktu cepat sekali ini. Kenapa aku deg-degan gini, toh aku juga tiap hari ketemu dengan Doyoung.

Tok tok tok

Pintu terbuka yang masuk Jungwoo. Dia menutup pintu dan menghampiriku. 

"Ada yang nyariin."

"Siapa?"

"Kak Doy."

Aku kaget mendengar kata Jungwoo. Ada Doyoung? Sejak kapan dia disini? Ini baru jam 7 kenapa udah disini sih, gak ngabarin aku lagi dasar, nyelonong masuk aja.

"Papa dirumah gak?"

"Iya, lagi nemuin kak Doy."

Pasti Papa tanya-tanya tentang aku ke Doyoung. Semoga dia gak bilang aneh-aneh tentang aku. Aku segera memasukkan barang yang akan kubawa.

"Ayo turun, hari ini kamu gak pergi?" Sambil berjalan menuruni tangga.

"Pergi bentar lagi kak, ada apa?"

"Gak apa-apa."

Sesampai di ruang tamu. Papa melihat dengan wajah gembira. Aku menghampiri Papa dan Doyoung.

"Om aku ajak Sana pergi ya."

"Iya, hati-hati ya."

Aku senyum ke Papa, dan berpamitan dengan Papa. Aku dan Doyoung segera berjalan menuju pintu, dan menghilang dari pandangan Papa.

Doyoung segera menaiki motornya, aku pun menyusul. Lalu kita berangkat ke tempat tujuan. Di perjalanan,

"Kita mau kemana?"

"Jalan-jalan."

"Kemana?"

"Taman."

"Kenapa ketaman?"

"Bawel ya kamu, udah ikut aja aku gak akan ngapa-ngapain kok."

Aku diam dan mengikut arahan dari Doyoung. Setelah beberapa menit kita Sampai di taman. Di taman rame banget, mungkin lagi ada acara. Doyoung sedang memarkirkan kendaraannya.

"Kenapa disini? Ayo masuk." Menarik tanganku.

Aku dan Doyoung masuk ke taman itu, banyak banget pedagang. Aku berjalan sambil melihat-lihat sekitar. Ada aneka banyak makanan, mainan dan banyak lagi deh. Lengkap banget disini, sudah seperti mall.

"Mau beli apa?"

Aku mengalihkan pandanganku ke Doyoung.

"Apa aja."

"Burger ya."

Aku mengangguk. Kita berjalan menuju penjual burger. Doyoung memesan burger dan selesai pesan kita duduk di dekat penjual burger. Burger kita sudah selesai. Doyoung mengajakku ke tempat yang ada dudukan banyak banget. Kita duduk diantara orang-orang yang berpasangan.

"Duduk."

"Mau ngapain?"

"Nonton."

"Apa?"

"Tonton aja Na."

Ya udah aku hanya menikmati burger, tidak memperhatikan penampilan di atas panggung. Acara diatas panggung sudah selesai, tapi aku masih asik memakan burgerku. Doyoung menatapku, aku pun menatapnya kembali.

"Makan terus sih. Gak nonton acaranya malah makan."

Aku cengegesan mendengar omelan Doyoung. Aneh banget dia, kenapa dia ngajak aku ke tempat ini bukan sama Yeji. Aku memberanikan bertanya ke Doyoung.

"Kenapa kamu ngajak aku bukan Yeji."

Doyoung menatapku seperti akan marah besar, ternyata tidak dia malah memalingkan pandangannya.

"Aku gak di boleh pergi sama Yeji."

"Siapa yang gak ngebolehin?"

"Papaku, dia gak suka sama Yeji, Papa kira Yeji itu cuma manfaatin aku. Yeji gak seperti, Papa selalu nilai orang dengan sebelah mata."

Aku hanya mendengarkan, tidak tau harus berkata apa. Ini terlalu rumit menurut ku, cinta tidak direstu itu enggak enak. Apapun yang kita lakukan ya tetep aja orang tua kalau udah gak setuju tetep enggak.

"Kenapa kamu gak ikut aja kemauan Papa kamu?"

Doyoung menatapku dengan sinis.

"Aku gak akan mau Na, Yeji yang aku cinta gak mungkin aku meninggalkan Yeji demi Papa."

Aku tidak bisa menjawab lagi. Sudah jalannya Doyoung seperti ini. Semua orang juga tau kan kalau kita suka sama seseorang tapi orang tua enggak setuju. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status