Dua orang keluar dari pintu mobil, seorang pria seumuran dengan Adi dan seorang wanita yang terlihat tak asing dimata Adi.
" Indah??" Adi ingat, Indah adalah teman sekelas Adi waktu SMP. Indah adalah gadis yang periang dan baik hati, Parasnya juga cantik. Dulu sewaktu di kelas, Adi dan Indah merupakan teman baik. Indah juga bersimpati dengan nasib Adi kala itu. Karena sudah mengetahui latar belakang Adi yang menghidupi dirinya sendiri dari berbagai macam kebutuhan hidup. Indah sering membantu Adi dalam beberapa masalah.
" Ada masalah apa ini?? " Tanya Indah membuyarkan lamunan Adi.
" Ha, ,hanya tabrakan kecil, gapapa. " Sahut Adi dengan perasaan cemas.
" Kelihatannya ini bukan tidak apa-apa!! Kamu terluka." Dengan segera, Indah kembali ke mobil mengambilkan tisu untuk menghapus darah di siku Adi yang terlihat masih mengucur.
" Ahh, enggak apa-apa. Cuma goresan luka kecil. " Seketika itu Adi berusaha meraih tisu yang akan di usapkan Indah pada sikunya itu dengan cepat. Dia tak mau ada kesalahpahaman disini karena tahu Indah bersama seorang pria.
" Ayo, ,kalau butuh tumpangan, kelihatannya kamu lagi tergesa-gesa dan nampak gelisah." Indah menawarkan dengan lembut begitu tahu ekspresi Adi ketika itu.
" Ayo, ,bro! gapapa sekalian. Biar motormu taruh bengkel depan aja dulu. Trus kita antar kamu, gimana??" Pria disamping Indah menyahut dan mengulurkan tangan bermaksud berjabat tangan.
Pria itu bernama Aldo, dia adalah tunangan Indah. Dari perangainya bisa dibilang bahwa pria itu baik. Adi menghela nafas lega jika Indah sudah menemukan pria yang cocok untuk hidupnya di masa depan.
Dengan perasaan campur aduk, pada akhirnya Adi menyerah dan menerima ajakan dua orang itu. Didalam mobil, Adi bercerita tentang apa yang dialaminya. Mereka berdua ikut bersimpati dengan apa yang menimpa Adi saat itu. Hanya berharap dan berdoa agar semuanya baik-baik saja.
Sebelum mereka berpisah, pria yang bersama Indah memberi kartu nama dan mereka saling bertukar nomor. Siapa tahu bisa menambah koneksi dimasa depan dan harapan agar mereka bisa bertemu lagi lain waktu.
Persis di depan gang dekat jalan raya, saat mobil mereka berdua sudah berlalu. Adi segera berjalan kaki dengan terburu-buru agar dia sempat mengantarkan kekasihnya.
Selang berapa saat Adi sudah melihat banyak sekali orang berkerumun di sekitar kediaman Veny. Dan terlihat keranda jenazah juga sudah siap untuk diberangkatkan.
" Tunggu..?!" Terdengar teriakan lantang dari Adi lalu setelahnya berucap salam dengan sedikit gemetar di bibirnya.
" Biarkan saya memimpin di barisan depan keranda itu?" Pinta Adi sambil sedikit terisak.
" Iyaa....silahkan, Anakku. " Seorang pria tua memegang pundak Adi lembut. Beliau adalah Pak Abu. Ayah dari gadis yang sedang berbaring dalam keranda.
" Tolong antarkanlah ia agar tenang di alam sana, nak!?" Ibunya menimpali dengan tangis yang pecah setelahnya.
" Baiklah, mari!!"
Didalam benak Adi saat itu, 'Jika memang ini takdir dari-MU, aku akan menerima dengan ikhlas. Namun jika berkenan, akupun berharap ini bukan takdirku'
' Aku berharap sebuah mukjizat terjadi, dan akan membangunkan kekasihku' gumam Adi dalam hati sembari menoleh kedalam keranda.
Waktu terus berpacu, harapnya seakan sia-sia. Takdir memang tak bisa dengan mudah dibalikkan. Proses pemakaman tahap demi tahap sudah dilangsungkan. Hingga galian yang tadi sedalam 1 meter lebih, kini sudah berisi jenazah didalamnya.
Adi menatap lemas, kakinya bergetar hebat. Jantungnya berdegup kencang dan matanya tak bisa menahan lagi air yang dari tadi ditahannya.
Ppsssshhh...hikz..hikkzz!!!
Tangisnya pecah dengan beberapa kali sesenggukan ketika orang-orang di dekat galian itu mulai memasukkan tanah bekas galian ke liang itu tahap demi tahap. Hingga semakin menggunduk sempurna, Adi pun terduduk lesu. Dia menunduk dan terus mengusap air matanya.
- Veny RA-
Batu nisan itu dipandanginya sedalam yang dia mau. Seakan tak percaya dengan semua yang dilihatnya, dia meraba batu nisan itu dengan rintihan yang memilukan. Semua orang yang berada di sekitar, merasakan kepiluan yang di alami Adi.
Ketika proses pemakaman selesai, satu persatu peziarah meninggalkan makam, suara seseorang dari belakang, sedikit menghentikan isak tangis Adi.
" Sudah, Di. Semua sudah kehendak-NYA, ikhlaskan dia agar dia juga bisa tenang di alam sana nanti. " Sambil menepuk bahu Adi dari belakang.
Adi menoleh siapa yang menghentikan tangisnya,
Seorang pria berperawakan agak kurus, dan tidak terlalu tinggi dengan penampilan yang sederhana. Adi biasa memanggilnya Mas Iwan, dia kakak ipar Veny. Dia juga yang selalu dengan tangan terbuka menyambut Adi ketika berkunjung kerumah Veny saat Veny masih hidup." I..iya...mass.." kata Adi masih sesenggukan." Ayo kita kerumah, ada hal yang harus dibicarakan. Kamu udah ditunggu oleh Ayah dan ibu di rumah." Mas Iwan berusaha mengangkat tubuh Adi dari jongkoknya dan menopangnya kemudian berlalu pergi meninggalkan area pemakaman.Kejadian saat itu memang tak kan pernah dilupakan oleh Adi, hal yang akan selalu diingatnya, mungkin hingga akhir hayatnya.Selang beberapa menit, keduanya sudah berada di kediaman Veny. Orang tua Veny tak henti-hentinya menenangkan Adi, mereka berusaha agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Karena mereka semua tahu bahwa keduanya sudah sepakat untuk melangsungkan pertunangannya di bulan November nanti. Namun yang terjadi di
Ternyata yang datang adalah Vita..Meski luka di kakinya masih terbalut perban bekas kecelakaan kemarin, dia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter.Dalam perjalanan pulang, dia berpikir untuk menyempatkan diri ke rumah Adi. Dia sengaja berbohong pada orang tuanya kalau dia akan langsung bekerja. Itulah alasannya kenapa dia datang seorang diri.Dia sengaja datang kerumah itu untuk mengetahui bagaimana keadaan Adi sekarang, karena khawatir. Ponsel Adi tidak aktif sejak kemarin malam. Dan memang ponsel Adi sudah habis baterai karena kemarin terlelap tidur. Bagi kerabat Adi, mereka sudah sangat mengenal Vita karena dulu dia sering main kerumah. Dan mereka berpikir bahwa Adi dan Vita seperti ibarat kakak dan adik. Padahal, sebenarnya kisahnya tidak seperti itu. Hahaha!!" Apakah Adi didalam, Kak??" Tanya Vita dengan berjalan agak sedikit tertatih." Iya, dia dikamar. Kamu gimana kabarnya? Udah lama gak pernah ke sini. Kamu masuk aja gapapa. Kelihatanny
Eittss!!! Tenang, kawan..Karena ini bukan cerita ber-genre misteri, jadi segera singkirkan hal-hal yang berbau horor dipikiran kalian. Hahahaha?!?Vita berhasil masuk kamar dan mendapati Adi sedang menggigil, wajahnya sangat pucat dan berkeringat dingin. Bibirnya terlihat kering dan suaranya merintih kesakitan. Seketika itu dengan sigap, Vita memberikan kompress di kening Adi.Dengan posisi Vita yang berada dalam kamarnya, Adi seketika terhentak sedikit kaget. Apalagi Vita sudah seperti seorang istri yang sedang melayani suami yang terbaring sakit." Ehhmmm...aku baik-baik saja, Vita. Hanya sedikit demam, bentar lagi juga sembuh. Kamu tak perlu repot-repot mencemaskan aku. " Adi memulai obrolan, meski dengan sikap acuh karena rasa kesalnya kemarin pada Ayah gadis itu." Udah, mas. Kamu jangan banyak gerak dan bicara dulu. Lebih baik sekarang kamu makan bubur yang sudah aku siapkan, trus minum obat!" Vita juga sedikit kesal namun berusaha men
" haaaahh??? " Mata Adi terbelalak melihat bahwa gadis didepannya adalah Vita." Apa yang kamu lakuin, Vit? " Tanya Adi gusar." Aku..aku.. " belum sempat gadis itu menjawab," Kenapa kamu bisa ada disini, dan lalu...kenapa kamu bisa berada di pelukku??"Vita mengerutkan keningnya ketika menatap Adi tanpa mampu menjawab semua pertanyaannya. Dia berlalu pergi keluar kamar sambil menunduk, mendaratkan tangannya mengusap air mata yang hampir jatuh.Adi tahu bahwa ada rasa kecewa pada Vita, bagaimanapun kata-katanya terlalu kasar. Setidaknya dia harus meminta penjelasan dulu tanpa harus berusaha memojokkan gadis itu. 'aahhh...dasar egois!' begitulah di pikirannya." Vit. .Vita, tunggu! " Dia menghampiri Vita yang akan berjalan keluar rumah dan segera meraih lengannya kemudian meminta agar kembali masuk rumahnya dan menenangkannya." Ma..maaf. aku terlalu kasar tadi. Bu..bukan maksudku begitu. " Adi mulai menjelaskan dengan raut muka masam
Dengan kerutan kening yang tampak, jelas bahwa Adi bertanya-tanya." Aku rindu, mas?!" Wajah Vita memelas." Tapi...vit,?? Ini tidak benar." Sahut Adi." Tolong mas. .aku hanya ingin memuaskan rinduku sedikit saja denganmu. Boleh, kan??" Ada seringai manja di wajah gadis itu." Tapi...??" Kata-kata Adi terhenti karena bibir Vita sudah mendarat pada bibirnya. Dorongan dari Vita saat itu merebahkan tubuh Adi hingga terbaring di bawahnya." Aku janji gak akan melebihi batas." Mengerdipkan satu matanya centil lalu memulai ciumannya lagi.Pergumulan hebat pun berlangsung cukup lama, semua yang ada di ruangan itu menjadi saksi bisu. Dan....jangan coba berpikiran aneh-aneh karena pergumulan itu tak melebihi batas wajar. Apalagi sampai berhubungan intim. Mereka hanya melampiaskan hasrat yang terpendam di antara keduanya. Jadi tidak ada yang namanya melepaskan pakain atau segala macam seperti kebanyakan cerita-cerita saat ini! Hihihihi.....peace *emoji*
****Pada suatu malam 9 tahun yang lalu,Kringgg....kriinggggg....kriinggggTerpampang jelas nama Vita di layar ponsel Adi ketika itu. Gadis itu baru berusia sekitar 16 tahun ketika pertama kali bertemu dengan Adi yang berumur lebih tua 4 tahunan. Berawal dari seorang teman yang memberikan kontak padanya, Adi sebenarnya iseng-iseng aja menggodanya. Hingga pada akhirnya ada yang berbeda dari gadis itu.Bagaimana mana mungkin seorang gadis berpendidikan yang saat itu masih duduk di bangku sebuah sekolah SMA favorit mau menerima cinta seorang lelaki yang baru lulus sekolah dan tanpa pekerjaan tetap. Sedangkan Vita termasuk keluarga berada. Ayahnya seorang anggota kepolisian dan Ibunya seorang guru di sekolah dasar.Meskipun kalau dibilang hanya cinta monyet di generasinya, namun tidak untuk Adi. Dia berpikir dengan polosnya bahwa gadis itu memang berbeda. Di sudut pandang seorang Adi, toh kalaupun gadis itu hanya ingin memiliki seorang pacar untuk pam
-kamu harus kesini! Vita bersama lelaki lain.-Saat Adi membuka pesan, tulisan itu dibacanya. Dengan wajah yang cemas seolah tak percaya dia bergegas menuju tempat yang di kirimkan oleh orang itu setelahnya.Adi berusaha dengan cepat melajukan motor yang dibawanya. Menuju tempat bernama Pondok bambu. Kawasan itu ramai dikunjungi banyak anak muda karena memang terkenal dengan kerindangan tampat dan panoramanya yang indah di malam hari. Jadi sangat cocok untuk khususnya kaum muda-mudi bermesraan.Selang beberapa menit, dia sampai ke tempat itu. Dia segera menyapu tatapannya kepada semua orang yang ada disana. Namun karena banyaknya orang saat itu dia tak bisa memastikan dimana Vita. Sesaat dirinya akan mengeluarkan ponsel di sakunya," Hai, Adi." Suara seorang lelaki menepuk pundak Adi." Kamu??" Adi menoleh dan terkejut, karena lelaki itu seseorang yang dia kenal." Desta, sedang apa kamu disini? Dan kenapa kamu tahu aku datang kesini?" Adi bertany
Tepat saat Adi sampai kerumahnya, dia beranjak ke kamarnya. Sekedar melepas penat yang dari tadi mengganggunya. Dia tak habis pikir dengan apa yang sedang dialaminya. Huffffttt!! Intinya perasaan yang dirasakan Adi bukan lagi kecewa tetapi marah. Dia ingin sekali menenggak minuman keras sampai tak sadarkan diri. Haatttccchhiinngg...Tokk...tokkk...tookkkk!!Ketukan pintu membuyarkan lamunan Adi seketika. Dia bergegas membukakan pintu." Selamat..ulang....tahun!! Selamat ulang tahun?!" Suara kompak dari beberapa orang didepan pintu lalu memaksa melangkah masuk. Vita tepat memimpin didepan membawa kue ulang tahun lengkap dengan lilin yang menyala. Desta juga terlihat meskipun ia tak berada di bagian depan. Mungkin dia merasa bersalah karena telah berkompromi dengan Vita saat itu."Ohh!!aahh! Ap..apa ini??" Seketika kerutan kening yang dari tadi nampak jelas berangsur-angsur menjadi senyum yang merekah.Vita yang saat itu memegang kue ulang tah