Share

Bab 4

Dua orang keluar dari pintu mobil, seorang pria seumuran dengan Adi dan seorang wanita yang terlihat tak asing dimata Adi.

" Indah??" Adi ingat, Indah adalah teman sekelas Adi waktu SMP. Indah adalah gadis yang periang dan baik hati, Parasnya juga cantik. Dulu sewaktu di kelas, Adi dan Indah merupakan teman baik. Indah juga bersimpati dengan nasib Adi kala itu. Karena sudah mengetahui latar belakang Adi yang menghidupi dirinya sendiri dari berbagai macam kebutuhan hidup. Indah sering membantu Adi dalam beberapa masalah.

" Ada masalah apa ini?? " Tanya Indah membuyarkan lamunan Adi.

" Ha, ,hanya tabrakan kecil, gapapa. " Sahut Adi dengan perasaan cemas.

" Kelihatannya ini bukan tidak apa-apa!! Kamu terluka." Dengan segera, Indah kembali ke mobil mengambilkan tisu untuk menghapus darah di siku Adi yang terlihat masih mengucur.

" Ahh, enggak apa-apa. Cuma goresan luka kecil. " Seketika itu Adi berusaha meraih tisu yang akan di usapkan Indah pada sikunya itu dengan cepat. Dia tak mau ada kesalahpahaman disini karena tahu Indah bersama seorang pria.

" Ayo, ,kalau butuh tumpangan, kelihatannya kamu lagi tergesa-gesa dan nampak gelisah." Indah menawarkan dengan lembut begitu tahu ekspresi Adi ketika itu.

" Ayo, ,bro! gapapa sekalian. Biar motormu taruh bengkel depan aja dulu. Trus kita antar kamu, gimana??" Pria disamping Indah menyahut dan mengulurkan tangan bermaksud berjabat tangan.

Pria itu bernama Aldo, dia adalah tunangan Indah. Dari perangainya bisa dibilang bahwa pria itu baik. Adi menghela nafas lega jika Indah sudah menemukan pria yang cocok untuk hidupnya di masa depan.

Dengan perasaan campur aduk, pada akhirnya Adi menyerah dan menerima ajakan dua orang itu. Didalam mobil, Adi bercerita tentang apa yang dialaminya. Mereka berdua ikut bersimpati dengan apa yang menimpa Adi saat itu. Hanya berharap dan berdoa agar semuanya baik-baik saja.

Sebelum mereka berpisah, pria yang bersama Indah memberi kartu nama dan mereka saling bertukar nomor. Siapa tahu bisa menambah koneksi dimasa depan dan harapan agar mereka bisa bertemu lagi lain waktu.

Persis di depan gang dekat jalan raya, saat mobil mereka berdua sudah berlalu. Adi segera berjalan kaki dengan terburu-buru agar dia sempat mengantarkan kekasihnya.

Selang berapa saat Adi sudah melihat banyak sekali orang berkerumun di sekitar kediaman Veny. Dan terlihat keranda jenazah juga sudah siap untuk diberangkatkan.

" Tunggu..?!" Terdengar teriakan lantang dari Adi lalu setelahnya berucap salam dengan sedikit gemetar di bibirnya.

" Biarkan saya memimpin di barisan depan keranda itu?" Pinta Adi sambil sedikit terisak.

" Iyaa....silahkan, Anakku. " Seorang pria tua memegang pundak Adi lembut. Beliau adalah Pak Abu. Ayah dari gadis yang sedang berbaring dalam keranda.

" Tolong antarkanlah ia agar tenang di alam sana, nak!?" Ibunya menimpali dengan tangis yang pecah setelahnya.

" Baiklah, mari!!" 

Didalam benak Adi saat itu, 'Jika memang ini takdir dari-MU, aku akan menerima dengan ikhlas. Namun jika berkenan, akupun berharap ini bukan takdirku' 

' Aku berharap sebuah mukjizat terjadi, dan akan membangunkan kekasihku' gumam Adi dalam hati sembari menoleh kedalam keranda.

Waktu terus berpacu, harapnya seakan sia-sia. Takdir memang tak bisa dengan mudah dibalikkan. Proses pemakaman tahap demi tahap sudah dilangsungkan. Hingga galian yang tadi sedalam 1 meter lebih, kini sudah berisi jenazah didalamnya.

Adi menatap lemas, kakinya bergetar hebat. Jantungnya berdegup kencang dan matanya tak bisa menahan lagi air yang dari tadi ditahannya.

Ppsssshhh...hikz..hikkzz!!!

Tangisnya pecah dengan beberapa kali sesenggukan ketika orang-orang di dekat galian itu mulai memasukkan tanah bekas galian ke liang itu tahap demi tahap. Hingga semakin menggunduk sempurna, Adi pun terduduk lesu. Dia menunduk dan terus mengusap air matanya.

- Veny RA-

Batu nisan itu dipandanginya sedalam yang dia mau. Seakan tak percaya dengan semua yang dilihatnya, dia meraba batu nisan itu dengan rintihan yang memilukan. Semua orang yang berada di sekitar, merasakan kepiluan yang di alami Adi.

Ketika proses pemakaman selesai, satu persatu peziarah meninggalkan makam, suara seseorang dari belakang, sedikit menghentikan isak tangis Adi.

" Sudah, Di. Semua sudah kehendak-NYA, ikhlaskan dia agar dia juga bisa tenang di alam sana nanti. " Sambil menepuk bahu Adi dari belakang.

Adi menoleh siapa yang menghentikan tangisnya, 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status