Seorang pria berperawakan agak kurus, dan tidak terlalu tinggi dengan penampilan yang sederhana. Adi biasa memanggilnya Mas Iwan, dia kakak ipar Veny. Dia juga yang selalu dengan tangan terbuka menyambut Adi ketika berkunjung kerumah Veny saat Veny masih hidup.
" I..iya...mass.." kata Adi masih sesenggukan.
" Ayo kita kerumah, ada hal yang harus dibicarakan. Kamu udah ditunggu oleh Ayah dan ibu di rumah." Mas Iwan berusaha mengangkat tubuh Adi dari jongkoknya dan menopangnya kemudian berlalu pergi meninggalkan area pemakaman.
Kejadian saat itu memang tak kan pernah dilupakan oleh Adi, hal yang akan selalu diingatnya, mungkin hingga akhir hayatnya.
Selang beberapa menit, keduanya sudah berada di kediaman Veny. Orang tua Veny tak henti-hentinya menenangkan Adi, mereka berusaha agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Karena mereka semua tahu bahwa keduanya sudah sepakat untuk melangsungkan pertunangannya di bulan November nanti. Namun yang terjadi di luar kendali. Akhir bulan juli menjadi bulan perpisahan mereka berdua.
" Nak....kamu yang sabar yaa?! Lanjutkan hidupmu, jangan berputus asa." Dengan berkaca-kaca ibu Veny memberi nasihat pada Adi.
" Iyaa. .nakkk, Jodoh, rezeki, maut tiada yang tahu. Semua kehendakNYA. Kita hanya bisa berpasrah diri." Ayah Veny menimpali dengan kata bijaksananya.
" Iyaa ,pak..Bu." jawab Adi lirih sedikit memberi senyum yang dipaksakan.
Singkat cerita, saat semua sudah selesai, tengah malam Adi berpamitan pada semua kerabat Veny. Dia diantarkan pulang oleh Mas iwan karena insiden sebelum berangkat lalu sudah diceritakannya.
Sesampainya di rumah, Dia bergegas mandi dan menuju ke kamarnya.
Memainkan ponselnya, melihat-lihat galeri foto dan iseng membaca semua pesan terdahulu dari Veny hanya untuk sekedar mengingat-ingat masa indah bersamanya. Tanpa sadar, ia pun terlelap.
" Mas....,!" Terdengar suara wanita lembut dari samping. Gadis itu memiliki wajah manis dengan aura cerah memancar di setiap sudut wajahnya. Memakai gaun putih seperti gaun pernikahan dan tersenyum manja ke arah Adi.
" Veny??" Adi heran dan tertegun.
" Aku cuman mau bilang, makasih mas. Selama ini sudah menemaniku dan membahagiakanku. Dan terima kasih juga atas perhatian mas selama ini ke aku, maaf....karena sekarang, aku gak bisa lagi nemenin mas. " Jelasnya dengan senyum lembut mengiringi.
" Eh, mas jangan takut. Aku hanya ingin berpamitan sama mas, dan tolong ingat pesanku mas! Jadilah pribadi yang baik dan jangan lupa mencari seseorang yang sanggup menemani mas sebagai pendamping hidup. Pokoknya harus melebihi aku!! " Mengerdipkan sebelah matanya.
" Eh?? " Belum sempat Adi bertanya lanjut, Gadis itu menghilang.
" Ven, Veny.. Veny!! Tunggu sebentar! " Adi berusaha menghampiri ke arah hilangnya gadis itu. Pelan-pelan matanya terbuka dan tersadar.
Disebelahnya sudah banyak kerabatnya berkumpul.
" Kamu gapapa, Adi??" Tanya kakak tertua Adi memegang lembut pundak dan mengusap kening Adi yang mulai berkeringat dingin.
" Tadi kamu tertidur dan mengigau keras, lalu kami semua menghampiri ke kamarmu." Celetuk suami Kakak Adi di sebelahnya.
" Yaa sudah. . Kamu minum dulu lalu segera beristirahat lagi, hari ini kamu libur kerja dulu aja. " Kakak Adi merebahkan tubuh Adi kembali lalu membuka korden kamar.
Mentari sudah nampak, Adi sadar jika ternyata saat itu sudah agak siang. Dia tertidur pulas kemarin malam, hingga bermimpi bertemu Veny yang berpamitan padanya.
"Ahhh...heemmm!!" Adi menghela nafas panjang yang berat, dia merasakan tubuhnya agak sulit digerakkan. Mungkin dia merasa letih akibat semalam, ditambah lagi dengan pikiran-pikiran yang tidak karuan.
" Aku gak bisa kerja hari ini, tolong kabari temanku kalau aku sakit kak. " pinta Adi dengan Menatap sayu kakaknya.
" Iyaa. .kamu istirahat aja. Nanti aku coba kabari tempat kerjamu." Sambil membawakan obat dan segelas air putih ke Adi lalu meminumkannya.
" Makasih, kak ?" Adi menyibakkan selimut ke tubuhnya dan berusaha memejamkan matanya lagi.
Kakak serta kerabat yang lain berlalu pergi dari kamar Adi. Saat itu, kabar mengejutkan perihal meninggalnya Veny sudah beredar di kalangan keluarga Adi, dan semuanya sengaja berkumpul di rumah. Mereka berencana berbela sungkawa ke kediaman Veny.
Saat semua kerabat ingin pergi, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu depan dengan iringan salam seorang gadis.
Tokk...tookk!!
Saat dibuka, ternyata....
Vita juga tak tahu harus bagaimana setelah mendapati dirinya tak kunjung datang bulan, yang dia lakukan hingga saat ini hanya menunggu untuk datangnya rutinan bulanannya itu keluar. Dia bahkan tak berani membeli testpack untuk mengetahui kebenarannya." Ini masih belum pasti, Lin. Dan akupun tak berani bilang pada Mas Adi. " Vita mengatakan itu sambil memegangi perutnya." Ahhh, sudahlah kalau begitu. Terserah kamu saja. Yang pasti aku tak mau terlibat apapun mengenai itu. Dan....." Belum sempat Linda melanjutkan kata-katanya, Dia terperanjat kaget ketika tahu bahwa ada seseorang dibelakang Vita.Saat Linda ingin mengetahui siapa orang itu, suara seorang pria terdengar dengan jelas. " Ohhh, jadi kejutan ini berlanjut??!"Suara itu tidak lain dan tidak bukan adalah Adi. Dia memegang kotak cincin perak ditangannya bermaksud untuk memberikannya pada Vita. Namun saat ia kembali, dia mendapati Vita dan Linda sedang berbincang serius. Dan sekarang dia tahu apa
Setidaknya penjelasan yang benar-benar akurat adalah hal yang diinginkan Adi saat ini. Karena bagaimanapun, Desta adalah orang yang membunuh Johan dan Fanya. Ditambah lagi dengan nasib Kang Ujang yang saat ini masih dalam penjara. Ohhhh!! Sungguh, di negeri ini sudah hilang yang namanya keadilan. " Aku tanya sekali lagi, apakah kau benar-benar ingin berubah??" Adi menatap tajam ke arah Desta yang sejak tadi ingin berjabat tangan dengan Adi namun tak direspon sama sekali. " I..iya. Aku minta maaf. Sungguh minta maaf. Jika memang kata maafku tak bisa membuatmu memaafkanku, kau bisa melakukan apapun sesukamu padaku. Aku tak akan membalas. Bahkan jika kau menginginkan aku lenyap dari pandanganmu, aku bisa melakukannya sekarang di hadapanmu." Desta berbicara lalu mencari sesuatu di sekitar. Di menemukan bekas pecahan botol di bawah tempat mereka duduk, lalu seketika mengambilnya. Dengan perasaan bersalahnya, dia lalu menggoreskan di urat nadi lengannya. Tak
Sangat jelas sekali bahwa di dalam foto itu adalah Desta dan Vita yang bergandengan tangan." Terima kasih, Linda. Kau melakukan hal yang tepat. Akan aku beri kejutan untuknya atas kedatanganku kali ini. " Adi sedikit menyunggingkan senyum berkata pada Linda yang hanya terbengong melihat ekspresi Adi.Reaksi Adi sungguh berbeda kali ini. Meskipun terlihat gusar, namun ketenangannya dalam menangani masalahnya bersama Vita sedikit berbeda dari pada sebelumnya. Mungkin terlalu seringnya gadis itu berperilaku seperti ini kepada Adi. Jadi, Adi hanya mengekspresikannya dengan senyum pahit.Keinginannya memberikan sebuah kejutan, justru lebih dikejutkan lagi dengan apa yang dilihatnya dalam foto itu. Apalagi Vita bersama dengan seseorang yang seharusnya mendekam dalam penjara. Apa-apaan ini??Adi berusaha menelepon Vita, namun lagi-lagi ponselnya tidak aktif. Sesuatu yang sama berulang kali ketika dia akan memergoki gadis itu dengan pria lain.Karen
Terlihat banyak kerutan di dahi Adi saat mendengar pernyataan dari Tika. Itu karena keterkejutannya mendengar hal yang begitu tampak serius di mata Tika. " Ap...apa??" " Iya, aku akan berusaha sepenuhnya menjadi istri yang baik untukmu. Dan akan selalu menutupi segala kekuranganmu. Percayalah padaku! " Tika berkata dengan sesekali membelai lembut pipi Adi. Adi membalas dengan senyum lalu berkata, " Baiklah, tapi aku belum bisa memastikannya. Akan aku pertimbangkan, aku juga masih memiliki Vita, kau tahu?? Dia cinta pertama di hidupku. Meski tak bisa dipungkiri bahwa kau memang lebih darinya. " Meski Adi berkata demikian, dalam hatinya sebenarnya ragu. Dia sengaja berbohong untuk memastikan bahwa dia tak melukai hati Tika yang penuh harap. Setelah beberapa waktu, Tika pamit pulang. Dan sesaat setelah Adi kembali ke kamar, panggilan telepon dari Vita sudah puluhan kali terlewat. Adi kemudian beralasan bahwa ponselnya dicas dan dia tertidur
Tokk..tokk..tookkk.. Setelah terdengar suara motor yang berhenti di depan rumahnya, suara ketukan pintu menggerakkan Adi membuka jalan untuk gadis itu memasuki rumahnya. " Silahkan, masuk nyonya!" Canda Adi dengan badan sedikit membungkuk dan gestur seperti seorang bodyguard. " Dasar, pria polos!" Tika hanya tersenyum manja menatap Adi dan melangkah masuk. Hari itu ada sedikit perbedaan dari tampilan Tika. Biasanya rok mini selalu jadi andalannya saat bepergian kemana-mana. Tapi sekarang dia memakai rok panjang dengan corak dan pernak pernik khas cewek pada masa itu. Baju yang di kenakan juga lebih sopan dari saat terakhir kali bertemu. Sekitar 2 bulan yang lalu, Adi mengantarkan Tika ke Terminal. Karena dia akan menyelesaikan urusannya untuk resign dari pekerjaannya. Entah apa yang mendasari keputusannya untuk tidak lagi bekerja di sana. Yang pasti, Tika ingin mencari pekerjaan di sini dan memulai hal baru lagi mulai sekarang. " Udah
Mereka berdua sudah memesan makanan dan minuman pada saat Adi melihatnya dari kejauhan. Di dalam hatinya berkecamuk banyak hal. Perasaan yang tak mudah dideskripsikan dengan tulisan.Saat mereka berdua akan menempati salah satu meja yang memang di sekat sedemikian rupa, Adi memotretnya dan mengirim foto itu kepada Vita. Pada saat itu, ponsel berkamera sudah beriringan memasuki gerai handpone. Dan ponsel baru dengan fitur kamera lebih jernih di launching tiap minggunya. Itulah kenapa Adi bergegas melakukan itu, agar buktinya semakin jelas. Sungguh tekhnologi yang bermanfaat. Hahahahaha.Sangat disayangkan, ponsel Vita dimatikan. Dia lalu menuju kasir dan mencoba memesan beberapa minuman. Pesanan itupun merupakan kesukaan Vita." Mbak, bisa minta tolong?" Adi menyapa gadis pelayan di kasir itu." Iya, mas. Silahkan. Ada perlu apa?" Senyum ramah pelayan itu sangat profesional." Pesan satu Alpukat susu dan kentang goreng satu. Lalu tolong kirimk