" Vita, kamu gapapa kan? " Tanya Adi cemas seraya mengangkat motor yang menopang kakinya.
Bagaimanapun, Vita tetaplah mantan kekasihnya. Rasa khawatir juga menerpa dirinya.
" Aduhh...sakit mas..!! " Jawab Vita kesakitan.
Adi menepikan motornya dan seketika orang berkerumun berusaha menolong. Untungnya, lokasi tempat kejadian itu berdekatan dengan rumah sakit. Hingga segera dibawanya gadis itu menuju ke rumah sakit. Kakinya terkilir dan terlihat bengkak walaupun tak seberapa.
Dilihat dari situasinya saat itu, waktu seakan tak bersahabat. Di satu sisi dia sedang berkabung, dan di sisi lain dia harus bertanggung jawab pada Vita.
Mereka berjalan menuju ruang UGD dan tanpa pikir panjang dengan sigap pihak rumah sakit juga bergegas memberi pertolongan pertama.
' Aahh, siall!! Kenapa terjadi hal seperti ini?! ' gumam Adi dalam hati.
"Apa yang harus aku lakukan??" Adi berbicara sendiri dan mengernyitkan dahinya lalu menatap Vita yang begitu kesakitan menuju ruang UGD.
Dalam kebimbangan itu,
" Tunggu, pak! " Vita sontak berteriak pada petugas rumah sakit dan memanggil Adi yang kebingungan.
" Mas. .kamu segera pergi saja tanpaku, aku gapapa! " Pinta Vita dengan menahan sakit dan memegangi kakinya.
" Tidak, aku disini dulu! Aku bertanggung jawab atas apa yang menimpamu. " Sahut Adi tegas.
" Kasihan Veny mas, dia butuh kamu disaat terakhirnya. " Sambil memegang lengan Adi lembut dan menatap penuh harap.
Adi dibuat bingung saat itu, tak tahu harus bagaimana. Dalam kekhalutan itu, dari luar ruangan seseorang memanggil nama Vita.
" Vita, ,Vita ?? " Seorang pria paruh baya dengan badan kekar dan berkumis lebat menuju ke arah Vita. Pak Rustam panggilan akrabnya di kesatuannya dan beliau adalah Ayah Vita. Merupakan seorang anggota Kepolisian. Jadi tidak sulit baginya untuk langsung tahu keadaan putrinya saat itu. Apalagi pada masa itu, hal sekecil apapun jika sudah menyebar di internet akan seketika menjadi konsumsi publik yang ramai.
" Hei, kamu!! Sembrono banget jadi orang?? Hah?!" Gelegar suara Pak Rustam sambil menatap tajam ke arah Adi.
" Ma, , maaf, Pak. Tadi murni ketidak sengajaan karena saya berusaha menghindari motor di depan yang berhenti mendadak. " Elak Adi.
" Sudah, kamu diam!!! Sebuah alasan hanya akan menambah kesalahanmu!! " Bentaknya lagi.
Tatapan mata Adi seketika memerah kemudian mengepalkan tangannya begitu dibentak oleh Pak Rustam. Meskipun saat itu Pak Rustam masih berseragam lengkap, bagaimanapun hal ini tak bisa dibenarkan. Begitu keras kepala dan arogannya sikap orang itu.
Adi sadar siapa yang dihadapi dan dia tak peduli karena menurutnya benar. Begitu Adi ingin sedikit mendekat ke arah Pak Rustam, tangan Vita memegang lengan Adi untuk mencegahnya.
" Mas, aku mohon sudah. Jangan bertengkar dengan Ayah. " Vita berusaha menenangkan dan berbalik memegang lengan Ayahnya.
" Yah, Mas Adi gak salah yah. Ini semua murni kecelakaan. " Jelas Vita pada Ayahnya.
" Sudah, kamu juga diam!! Kita segera memeriksakanmu, gak usah kamu pedulikan dia !? " Kata pria kekar itu dengan menunjuk kearah Adi.
Adi hanya bisa menunduk mendengar kata Vita, bagaimanapun juga dia masih berpikir bahwa semua ini kesalahannya dan akan menjadi tanggung jawabnya. Dia tak peduli apa yang dikatakan Pak Rustam terhadapnya, toh juga Pak Rustam tidak tahu menahu tentang kejadiannya.
Sebelum Vita menuju ruang UGD, dia masih berusaha agar tak mempermasalahkan keadaannya dan bergegas menyuruh Adi untuk menuju rumah Veny.
" Sudah, kamu pergi sana!! Biar Vita disini aku yang urus. " Mata pria kekar itu melotot tajam ke arah Adi.
" Maaf, pak. Saya pamit, karena ada hal penting yang........" Adi belum menyelesaikan kalimatnya, gelegar suara Pak Rustam menyela dan melontarkan kalimat kasarnya.
" Sudah, dasar pria bangsat!! Pergi kataku!!! " Tanpa mendengar penjelasan dari Adi, Pak Rustam dan Vita berlalu menuju sebuah ruang operasi.
Adi menghentikan langkahnya dan menatap tajam mereka, " Maaf. " Kata singkat yang menurutnya sudah pantas dia ucapkan, dan berbalik pergi tanpa menoleh kembali. Perasaannya dipenuhi amarah dan kekecewaan yang tergambar jelas pada raut wajahnya.
Dalam benaknya, dia masih berpikir betapa kesalnya ia atas sikap Ayah Vita. Meskipun begitu, Pak Rustam juga tak tahu hubungannya dengan Vita seperti apa, jadi untuk apa terlalu dipikirkan.
Jika diingat-ingat, justru Adilah yang selama ini sangat tertekan ketika berhubungan dengan Vita. Yang sangat jelas diingatnya adalah saat-saat dia dicampakkan Vita yang memilih lelaki lain selain dirinya. Itupun juga andil orang tua Vita juga sebenarnya. Vita dijodohkan oleh seorang pria yang juga berada di anggota kesatuan Pak Rustam. Sungguh sangat menguras emosi jika harus mengingat lagi.
Sekarang Vita mungkin sadar apa yang dia putuskan saat itu merupakan kesalahan terbesar dalam hidupnya. Karena telah memilih pria itu jadi pendamping hidupnya. Pada kenyataannya pria itu sungguh pria biadab. Dia mencampakkan Vita begitu saja dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal. Kemudian menikah lagi dengan seorang wanita lajang yang kaya raya. Status Vita saat ini adalah janda, sudah resmi bercerai dan memiliki satu orang putra.
Adi pun juga sudah melupakan hal itu, toh juga semua orang berhak memilih. Meskipun kadang sebuah pilihan juga bisa menyebabkan luka.
Beralih kepada Adi yang gusar.
Di depan rumah sakit, Adi menepis pikiran-pikiran lalu yang seketika menghampiri pikirannya. Dia melihat motornya yang hampir tidak mungkin untuk dikendarai. Tiba-tiba ...
" Adi??!! "
Sebuah mobil honda jazz menepi, pintu mobil terbuka dan.....
Dua orang keluar dari pintu mobil, seorang pria seumuran dengan Adi dan seorang wanita yang terlihat tak asing dimata Adi." Indah??" Adi ingat, Indah adalah teman sekelas Adi waktu SMP. Indah adalah gadis yang periang dan baik hati, Parasnya juga cantik. Dulu sewaktu di kelas, Adi dan Indah merupakan teman baik. Indah juga bersimpati dengan nasib Adi kala itu. Karena sudah mengetahui latar belakang Adi yang menghidupi dirinya sendiri dari berbagai macam kebutuhan hidup. Indah sering membantu Adi dalam beberapa masalah." Ada masalah apa ini?? " Tanya Indah membuyarkan lamunan Adi." Ha, ,hanya tabrakan kecil, gapapa. " Sahut Adi dengan perasaan cemas." Kelihatannya ini bukan tidak apa-apa!! Kamu terluka." Dengan segera, Indah kembali ke mobil mengambilkan tisu untuk menghapus darah di siku Adi yang terlihat masih mengucur." Ahh, enggak apa-apa. Cuma goresan luka kecil. " Seketika itu Adi berusaha meraih tisu yang akan di usapkan Indah pada sikun
Seorang pria berperawakan agak kurus, dan tidak terlalu tinggi dengan penampilan yang sederhana. Adi biasa memanggilnya Mas Iwan, dia kakak ipar Veny. Dia juga yang selalu dengan tangan terbuka menyambut Adi ketika berkunjung kerumah Veny saat Veny masih hidup." I..iya...mass.." kata Adi masih sesenggukan." Ayo kita kerumah, ada hal yang harus dibicarakan. Kamu udah ditunggu oleh Ayah dan ibu di rumah." Mas Iwan berusaha mengangkat tubuh Adi dari jongkoknya dan menopangnya kemudian berlalu pergi meninggalkan area pemakaman.Kejadian saat itu memang tak kan pernah dilupakan oleh Adi, hal yang akan selalu diingatnya, mungkin hingga akhir hayatnya.Selang beberapa menit, keduanya sudah berada di kediaman Veny. Orang tua Veny tak henti-hentinya menenangkan Adi, mereka berusaha agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Karena mereka semua tahu bahwa keduanya sudah sepakat untuk melangsungkan pertunangannya di bulan November nanti. Namun yang terjadi di
Ternyata yang datang adalah Vita..Meski luka di kakinya masih terbalut perban bekas kecelakaan kemarin, dia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter.Dalam perjalanan pulang, dia berpikir untuk menyempatkan diri ke rumah Adi. Dia sengaja berbohong pada orang tuanya kalau dia akan langsung bekerja. Itulah alasannya kenapa dia datang seorang diri.Dia sengaja datang kerumah itu untuk mengetahui bagaimana keadaan Adi sekarang, karena khawatir. Ponsel Adi tidak aktif sejak kemarin malam. Dan memang ponsel Adi sudah habis baterai karena kemarin terlelap tidur. Bagi kerabat Adi, mereka sudah sangat mengenal Vita karena dulu dia sering main kerumah. Dan mereka berpikir bahwa Adi dan Vita seperti ibarat kakak dan adik. Padahal, sebenarnya kisahnya tidak seperti itu. Hahaha!!" Apakah Adi didalam, Kak??" Tanya Vita dengan berjalan agak sedikit tertatih." Iya, dia dikamar. Kamu gimana kabarnya? Udah lama gak pernah ke sini. Kamu masuk aja gapapa. Kelihatanny
Eittss!!! Tenang, kawan..Karena ini bukan cerita ber-genre misteri, jadi segera singkirkan hal-hal yang berbau horor dipikiran kalian. Hahahaha?!?Vita berhasil masuk kamar dan mendapati Adi sedang menggigil, wajahnya sangat pucat dan berkeringat dingin. Bibirnya terlihat kering dan suaranya merintih kesakitan. Seketika itu dengan sigap, Vita memberikan kompress di kening Adi.Dengan posisi Vita yang berada dalam kamarnya, Adi seketika terhentak sedikit kaget. Apalagi Vita sudah seperti seorang istri yang sedang melayani suami yang terbaring sakit." Ehhmmm...aku baik-baik saja, Vita. Hanya sedikit demam, bentar lagi juga sembuh. Kamu tak perlu repot-repot mencemaskan aku. " Adi memulai obrolan, meski dengan sikap acuh karena rasa kesalnya kemarin pada Ayah gadis itu." Udah, mas. Kamu jangan banyak gerak dan bicara dulu. Lebih baik sekarang kamu makan bubur yang sudah aku siapkan, trus minum obat!" Vita juga sedikit kesal namun berusaha men
" haaaahh??? " Mata Adi terbelalak melihat bahwa gadis didepannya adalah Vita." Apa yang kamu lakuin, Vit? " Tanya Adi gusar." Aku..aku.. " belum sempat gadis itu menjawab," Kenapa kamu bisa ada disini, dan lalu...kenapa kamu bisa berada di pelukku??"Vita mengerutkan keningnya ketika menatap Adi tanpa mampu menjawab semua pertanyaannya. Dia berlalu pergi keluar kamar sambil menunduk, mendaratkan tangannya mengusap air mata yang hampir jatuh.Adi tahu bahwa ada rasa kecewa pada Vita, bagaimanapun kata-katanya terlalu kasar. Setidaknya dia harus meminta penjelasan dulu tanpa harus berusaha memojokkan gadis itu. 'aahhh...dasar egois!' begitulah di pikirannya." Vit. .Vita, tunggu! " Dia menghampiri Vita yang akan berjalan keluar rumah dan segera meraih lengannya kemudian meminta agar kembali masuk rumahnya dan menenangkannya." Ma..maaf. aku terlalu kasar tadi. Bu..bukan maksudku begitu. " Adi mulai menjelaskan dengan raut muka masam
Dengan kerutan kening yang tampak, jelas bahwa Adi bertanya-tanya." Aku rindu, mas?!" Wajah Vita memelas." Tapi...vit,?? Ini tidak benar." Sahut Adi." Tolong mas. .aku hanya ingin memuaskan rinduku sedikit saja denganmu. Boleh, kan??" Ada seringai manja di wajah gadis itu." Tapi...??" Kata-kata Adi terhenti karena bibir Vita sudah mendarat pada bibirnya. Dorongan dari Vita saat itu merebahkan tubuh Adi hingga terbaring di bawahnya." Aku janji gak akan melebihi batas." Mengerdipkan satu matanya centil lalu memulai ciumannya lagi.Pergumulan hebat pun berlangsung cukup lama, semua yang ada di ruangan itu menjadi saksi bisu. Dan....jangan coba berpikiran aneh-aneh karena pergumulan itu tak melebihi batas wajar. Apalagi sampai berhubungan intim. Mereka hanya melampiaskan hasrat yang terpendam di antara keduanya. Jadi tidak ada yang namanya melepaskan pakain atau segala macam seperti kebanyakan cerita-cerita saat ini! Hihihihi.....peace *emoji*
****Pada suatu malam 9 tahun yang lalu,Kringgg....kriinggggg....kriinggggTerpampang jelas nama Vita di layar ponsel Adi ketika itu. Gadis itu baru berusia sekitar 16 tahun ketika pertama kali bertemu dengan Adi yang berumur lebih tua 4 tahunan. Berawal dari seorang teman yang memberikan kontak padanya, Adi sebenarnya iseng-iseng aja menggodanya. Hingga pada akhirnya ada yang berbeda dari gadis itu.Bagaimana mana mungkin seorang gadis berpendidikan yang saat itu masih duduk di bangku sebuah sekolah SMA favorit mau menerima cinta seorang lelaki yang baru lulus sekolah dan tanpa pekerjaan tetap. Sedangkan Vita termasuk keluarga berada. Ayahnya seorang anggota kepolisian dan Ibunya seorang guru di sekolah dasar.Meskipun kalau dibilang hanya cinta monyet di generasinya, namun tidak untuk Adi. Dia berpikir dengan polosnya bahwa gadis itu memang berbeda. Di sudut pandang seorang Adi, toh kalaupun gadis itu hanya ingin memiliki seorang pacar untuk pam
-kamu harus kesini! Vita bersama lelaki lain.-Saat Adi membuka pesan, tulisan itu dibacanya. Dengan wajah yang cemas seolah tak percaya dia bergegas menuju tempat yang di kirimkan oleh orang itu setelahnya.Adi berusaha dengan cepat melajukan motor yang dibawanya. Menuju tempat bernama Pondok bambu. Kawasan itu ramai dikunjungi banyak anak muda karena memang terkenal dengan kerindangan tampat dan panoramanya yang indah di malam hari. Jadi sangat cocok untuk khususnya kaum muda-mudi bermesraan.Selang beberapa menit, dia sampai ke tempat itu. Dia segera menyapu tatapannya kepada semua orang yang ada disana. Namun karena banyaknya orang saat itu dia tak bisa memastikan dimana Vita. Sesaat dirinya akan mengeluarkan ponsel di sakunya," Hai, Adi." Suara seorang lelaki menepuk pundak Adi." Kamu??" Adi menoleh dan terkejut, karena lelaki itu seseorang yang dia kenal." Desta, sedang apa kamu disini? Dan kenapa kamu tahu aku datang kesini?" Adi bertany