Share

Bab 3

" Vita, kamu gapapa kan? " Tanya Adi cemas seraya mengangkat motor yang menopang kakinya.

Bagaimanapun, Vita tetaplah mantan kekasihnya. Rasa khawatir juga menerpa dirinya.

" Aduhh...sakit mas..!! " Jawab Vita kesakitan.

Adi menepikan motornya dan seketika orang berkerumun berusaha menolong. Untungnya, lokasi tempat kejadian itu berdekatan dengan rumah sakit. Hingga segera dibawanya gadis itu menuju ke rumah sakit. Kakinya terkilir dan terlihat bengkak walaupun tak seberapa.

Dilihat dari situasinya saat itu, waktu seakan tak bersahabat. Di satu sisi dia sedang berkabung, dan di sisi lain dia harus bertanggung jawab pada Vita. 

Mereka berjalan menuju ruang UGD dan tanpa pikir panjang dengan sigap pihak rumah sakit juga bergegas memberi pertolongan pertama.

' Aahh, siall!! Kenapa terjadi hal seperti ini?! ' gumam Adi dalam hati.

"Apa yang harus aku lakukan??" Adi berbicara sendiri dan mengernyitkan dahinya lalu menatap Vita yang begitu kesakitan menuju ruang UGD.

Dalam kebimbangan itu, 

" Tunggu, pak! " Vita sontak berteriak pada petugas rumah sakit dan memanggil Adi yang kebingungan.

" Mas. .kamu segera pergi saja tanpaku, aku gapapa! " Pinta Vita dengan menahan sakit dan memegangi kakinya.

" Tidak, aku disini dulu! Aku bertanggung jawab atas apa yang menimpamu. " Sahut Adi tegas.

" Kasihan Veny mas, dia butuh kamu disaat terakhirnya. " Sambil memegang lengan Adi lembut dan menatap penuh harap.

Adi dibuat bingung saat itu, tak tahu harus bagaimana. Dalam kekhalutan itu, dari luar ruangan seseorang memanggil nama Vita.

" Vita, ,Vita ?? " Seorang pria paruh baya dengan badan kekar dan berkumis lebat menuju ke arah Vita. Pak Rustam panggilan akrabnya di kesatuannya dan beliau adalah Ayah Vita. Merupakan seorang anggota Kepolisian. Jadi tidak sulit baginya untuk langsung tahu keadaan putrinya saat itu. Apalagi pada masa itu, hal sekecil apapun jika sudah menyebar di internet akan seketika menjadi konsumsi publik yang ramai.

" Hei, kamu!! Sembrono banget jadi orang?? Hah?!" Gelegar suara Pak Rustam sambil menatap tajam ke arah Adi.

" Ma, , maaf, Pak. Tadi murni ketidak sengajaan karena saya berusaha menghindari motor di depan yang berhenti mendadak. " Elak Adi.

" Sudah, kamu diam!!! Sebuah alasan hanya akan menambah kesalahanmu!! " Bentaknya lagi.

Tatapan mata Adi seketika memerah kemudian mengepalkan tangannya begitu dibentak oleh Pak Rustam. Meskipun saat itu Pak Rustam masih berseragam lengkap, bagaimanapun hal ini tak bisa dibenarkan. Begitu keras kepala dan arogannya sikap orang itu. 

Adi sadar siapa yang dihadapi dan dia tak peduli karena menurutnya benar. Begitu Adi ingin sedikit mendekat ke arah Pak Rustam, tangan Vita memegang lengan Adi untuk mencegahnya.

" Mas, aku mohon sudah. Jangan bertengkar dengan Ayah. " Vita berusaha menenangkan dan berbalik memegang lengan Ayahnya.

" Yah, Mas Adi gak salah yah. Ini semua murni kecelakaan. " Jelas Vita pada Ayahnya.

" Sudah, kamu juga diam!! Kita segera memeriksakanmu, gak usah kamu pedulikan dia !? " Kata pria kekar itu dengan menunjuk kearah Adi.

Adi hanya bisa menunduk mendengar kata Vita, bagaimanapun juga dia masih berpikir bahwa semua ini kesalahannya dan akan menjadi tanggung jawabnya. Dia tak peduli apa yang dikatakan Pak Rustam terhadapnya, toh juga Pak Rustam tidak tahu menahu tentang kejadiannya.

Sebelum Vita menuju ruang UGD, dia masih berusaha agar tak mempermasalahkan keadaannya dan bergegas menyuruh Adi untuk menuju rumah Veny.

" Sudah, kamu pergi sana!! Biar Vita disini aku yang urus. " Mata pria kekar itu melotot tajam ke arah Adi.

" Maaf, pak. Saya pamit, karena ada hal penting yang........" Adi belum menyelesaikan kalimatnya, gelegar suara Pak Rustam menyela dan melontarkan kalimat kasarnya.

" Sudah, dasar pria bangsat!! Pergi kataku!!! " Tanpa mendengar penjelasan dari Adi, Pak Rustam dan Vita berlalu menuju sebuah ruang operasi.

Adi menghentikan langkahnya dan menatap tajam mereka, " Maaf. " Kata singkat yang menurutnya sudah pantas dia ucapkan, dan berbalik pergi tanpa menoleh kembali. Perasaannya dipenuhi amarah dan kekecewaan yang tergambar jelas pada raut wajahnya.

Dalam benaknya, dia masih berpikir betapa kesalnya ia atas sikap Ayah Vita. Meskipun begitu, Pak Rustam juga tak tahu hubungannya dengan Vita seperti apa, jadi untuk apa terlalu dipikirkan.

Jika diingat-ingat, justru Adilah yang selama ini sangat tertekan ketika berhubungan dengan Vita. Yang sangat jelas diingatnya adalah saat-saat dia dicampakkan Vita yang memilih lelaki lain selain dirinya. Itupun juga andil orang tua Vita juga sebenarnya. Vita dijodohkan oleh seorang pria yang juga berada di anggota kesatuan Pak Rustam. Sungguh sangat menguras emosi jika harus mengingat lagi.

Sekarang Vita mungkin sadar apa yang dia putuskan saat itu merupakan kesalahan terbesar dalam hidupnya. Karena telah memilih pria itu jadi pendamping hidupnya. Pada kenyataannya pria itu sungguh pria biadab. Dia mencampakkan Vita begitu saja dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal. Kemudian menikah lagi dengan seorang wanita lajang yang kaya raya. Status Vita saat ini adalah janda, sudah resmi bercerai dan memiliki satu orang putra. 

Adi pun juga sudah melupakan hal itu, toh juga semua orang berhak memilih. Meskipun kadang sebuah pilihan juga bisa menyebabkan luka.

Beralih kepada Adi yang gusar.

Di depan rumah sakit, Adi menepis pikiran-pikiran lalu yang seketika menghampiri pikirannya. Dia melihat motornya yang hampir tidak mungkin untuk dikendarai. Tiba-tiba ...

" Adi??!! "

Sebuah mobil honda jazz menepi, pintu mobil terbuka dan.....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status