Nasib Dikelilingi Tetangga Julid

Nasib Dikelilingi Tetangga Julid

By:  Pena_ baru  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings
113Chapters
2.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Memiliki tetangga julid memang meresahkan! Rani, seorang penjual online yang hanya suka berdiam diri di rumah pun terkena imbasnya hanya karena tak pernah ikut menggosip seperti tetangga yang lain. Bahkan, tak segan mereka menyebarkan rumor bahwa Rani seorang wanita panggilan. Bagaimana kisah selengkapnya? Jangan lupa berikan ulasan dan komentar, ya!

View More
Nasib Dikelilingi Tetangga Julid Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
b3kic0t
ceritanya menarik,dan seru
2024-03-08 20:20:18
0
user avatar
kamiya san
Sangat bagus, ditunggu karya selanjutnya, Kak!
2024-03-03 13:18:54
0
user avatar
Pena_ baru
Yang penasaran bisa langsung baca ya
2024-02-17 18:38:43
0
113 Chapters
Part 1
"Eh, liat tu, Bu Ibu, tetangga sombong lewat," celetuk Bu Tut. Bu Tuti atau biasa dipanggil Bu Tut, memulai kebiasaannya menyindir Rani.Rani yang mendengar hanya melengos begitu saja. Ia malas kalau berhadapan dengan Bu Tuti. Tak akan ada habisnya kalau melayani sindirannya.Melihat Rani yang tidak terpancing, membuat Bu Tuti kesal. Ia kembali menyindir, "Kok, bisa ya, si Irwan betah punya istri sombong kaya gini? Kadang saya juga liat loh, Bu Ibu, suaminya mau aja disuruh melakukan pekerjaan rumah. Padahal 'kan itu tugasnya perempuan. Laki-laki itu tugasnya hanya mencari nafkah. Kasihan banget 'kan yang jadi suaminya? Sudahlah bekerja, di rumah pun harus melakukan pekerjaan rumah tangga lagi! Punya istri, kok ya, ga guna." Mulut Bu Tuti memang nggak pernah pake rem kalo ngomong.Rani terdiam mendengar ucapan Bu Tut. Tangan kanannya yang memegang sayur gemetar saking geramnya dia. Dia mulai terpancing emosi."Bu Tut, ini memang nggak bisa didiemin, ya!" ucapnya terlihat geram. Matanya
Read more
Part 2
Suaminya masih loading. Dia masih tak paham siapa yang dimaksud. Pasalnya di kampung ini ada beberapa wanita janda. Dan hampir semua selalu cari perhatian dengannya. Sampai dia pun tak paham apa yang membuat para wanita janda itu selalu mendekatinya meski Irwan tak pernah menggubris mereka.Melihat respon suaminya yang tak paham, Rani semakin bete."Ih, mentang-mentang jadi rebutan janda di kampung sini, sampai nggak paham aku lagi ngomongin siapa!" ucapnya ketus.Irwan segera membujuk istrinya. "Sayang, kok ngomongnya gitu sih? Maafin, Mas! Emangnya siapa sih yang udah bikin istri Mas yang cantik ini jadi bete?"Mendengar rayuan suaminya membuat Rani tersenyum tetapi berusaha dia tahan."Itu, Mas! Si Bu Tut. Aku baru datang langsung aja jadi bahan ghibahan. Kalau saja nggak pengen masak buat sarapan, ogah banget nyamperin Kang Parto di pengkolan sana!""Padahal aku nggak pernah loh cari masalah sama mereka," tambahnya."Ya, udah lah, Yank! Nggak usah diladenin kalau ketemu. Orang tua
Read more
Part 3
Tiba-tiba langkah yang tadi terdengar dari luar semakin mendekat."Hey..., Kamu apakan anak saya?" Ternyata suara langkah kaki tadi berasal dari Bu Tut.Rani yang melihat Bu Tut mendekat, segera mendorong kursi itu ke arahnya. Bugh...Ratih terjatuh ke lantai. Melihat keadaan anaknya yang babak belur membuat Bu Tut khawatir."Eh, Rani, kamu apakan anak saya? Kenapa sampai berdarah-darah seperti ini?" Suara Bu Tut histeris, Ratih menangis di pelukan ibunya."Awas ya, kamu, Rani! Akan saya tuntut kamu karena sudah menganiaya anak saya." Rani yang mendengar ancaman Bu Tut tidak terlihat takut sama sekali.Rani melempar spatula yang ada di tangannya tadi ke arah kaki mereka. "Silahkan, laporkan saja, kalau mau anakmu menanggung malu seumur hidup."Bu Tut tidak mengerti maksud Rani."Apa maksud kamu? Memangnya apa yang anak saya lakukan? Justru seharusnya kamu lah yang akan saya buat malu," ketus Bu Tut."Selain sombong ternyata kamu itu suka menganiaya orang, ya?" sindirnya lagi.Rani me
Read more
Part 4
Melihat ibunya pulang dari belanja, Ratih segera masuk ke dalam rumah ibunya, seperti biasa ingin meminta bahan makanan."Ini semua gara-gara si Rani," ujarnya menggerutu.Melihat wajah ibunya yang terlihat kesal sekali, Ratih bertanya, "Ibu, kenapa?"Bu Tut memandang Ratih dengan wajah kusutnya. "Ibu lagi kesal sama si Rani, berani banget dia mempermalukan Ibu."Ratih mencebikkan bibirnya. "Ibu, habis dari tempat mangkal Kang Parto kan? Belanja apa tadi?" Tangannya membuka kantong belanjaan yang berada di atas meja."Hanya ini, Bu?" tanya Ratih sembari menenteng kantong belanjaan yang hanya berisi tahu, tempe, sayur bayam dan beberapa butir cabe.Bu Tut melihat anaknya dengan mata melotot, membuat Ratih sedikit meringis."Hehehe..," Ratih cengengesan. "Ratih, minta, ya, Bu?" Tanpa rasa bersalah dia memasukkan sebagian bahan-bahan tadi ke dalam kantong plastik kecil untuk dibawanya pulang."Kamu, ini, Ratih! Setiap kali ke sini minta terus!" tegur Bu Tut. "Ya, gimana, Bu? Ratih, lagi
Read more
Part 5
Bu Tut dan Ratih tercengang saat Irwan menyirami sekeliling kiosnya dengan air di dalam botol bekas minuman kemasan, sambil mulutnya membaca sesuatu.Ibu dan anak itu saling berpandangan. Seakan paham dengan tatapan mereka satu sama lain, mereka berdua mengangguk.Ratih mengambil handphonenya kemudian merekam Irwan dari kejauhan.Antara takut dan penasaran, Ratih berusaha supaya rekaman itu nampak jelas agar warga kampung percaya dengan bukti yang dia tunjukkan.Kegiatan Irwan yang berlangsung selama enam puluh detik itu berhasil terekam oleh Ratih. Dia bernafas lega kemudian menyimpan handphonenya di saku celana."Gimana, Ratih? Videonya jelas nggak?" tanya Bu Tut."Sip, Bu! Jelas banget. Cuman suara Mas Irwan nggak kedengaran saat mulutnya komat kamit tadi," jawab Ratih."Coba sini, Ibu liat." Bu Tut mengambil hp Ratih."Ternyata bener dugaan kita, ya, Bu? Selama ini Mas Irwan memakai pesugihan," celetuk Ratih."Iya. Di zaman sekarang mana ada orang nyari duit yang bener-bener halal
Read more
Part 6
Para ibu-ibu itu pergi menuju kediaman Bu RT."Assalamualaikum, Bu RT.""Wa'alaikumussalam." Dari dalam keluar pasangan suami istri. Mereka berdua heran melihat para ibu-ibu berdatangan."Ada apa ini, Bu?" tanya Pak RT."Iya! Tumben rame banget. Ada apa ini?" sambung Bu RT."Begini, Bu, kami ke sini mau mengadukan perbuatan keluarga Rani," ucap salah seorang diantara mereka."Memangnya apa yang mau kalian semua adukan?" tanya Pak RT."Kami mau mengadukan bahwa keluarga Rani memakai pesugihan," ucap salah seorang warga yang emosi."Loh...loh, berita dari mana itu? Jangan asal bicara kalau tidak ada bukti, jatuhnya fitnah." Suami istri itu mencoba menenangkan kumpulan ibu-ibu yang emosi."Tenang dulu, Ibu-ibu! Jangan gegabah. Siapa orang yang menyebarkan berita ini?" tanya Bu RT."Sudah! Kita usir saja mereka!" teriak Bu Irma memprovokasi."Ayo...! Langsung saja kita labrak rumah mereka."Nanti dulu, Ibu-ibu! Kita cari tau dulu kebenarannya.""Sudah jelas, Pak! Bahkan saya punya buktiny
Read more
Part 7
"Ayo, Bu Tut, minta maaf kepada Mbak Rani. Dan jangan diulangi lagi hal seperti ini. Beruntung Mbak Rani tak marah, " ucap lelaki berkumis tipis itu. "Ayo! Sekarang kalian pulang ke rumah masing-masing." Ibu-ibu yang berkumpul tadi mulai membubarkan diri termasuk Bu Tut. Rani memandang heran dengan warga yang mulai meninggalkan rumahnya. Sebenarnya dia ingin marah, sudah 2 kali dia difitnah seperti ini. Tapi dia yakin kalau suaminya tidak akan suka kalau dia berkata kasar apalagi sampai bertengkar dengan ibu-ibu satu kampung. Ia percaya dengan kinerja Pak RT. Ia mencoba menganggap bahwa kejadian tadi kejadian lucu. Rani kembali duduk di teras menyelesaikan bab cerita novelnya, sesekali ia membalas chat costumernya. ***Rani menceritakan kejadian tadi kepada suaminya. "Kok bisa mereka menuduh begitu, ya?" Irwan merasa heran sekaligus lucu. "Ya, itu karena mereka tak tau dengan pekerjaan aku, Mas. Orang kampung sini kan taunya kalau orang banyak duit itu kerja."Irwan hanya mengan
Read more
Part 8
"Emm..., jujur ya, kalau menurut Mas lebih sexy-an kamu sih!" Walau Yanti hanya wanita simpanannya, Adi tak ingin membuat wanita itu tersinggung. Karena dia sudah sangat cocok dengan Yanti. Sebab, sudah sering ia ke sana kemari menikmati tubuh wanita tapi, pelayanan wanita ini tidak dia dapatkan di tempat lain. Namun setelah melihat foto Rani, tiba-tiba ia berubah pikiran. Lelaki buaya itu berencana melakukan sesuatu dengan memanfaatkan perasaan Yanti terhadap suaminya Rani. Yanti merasa sombong setelah mendengar pendapat Adi. "Bener 'kan? Sudah kuduga. Tapi kenapa Mas Irwan tidak pernah tergoda ketika melihatku ya, Mas?" Yanti berpikir sejenak. "Haa...." Adi terlonjak kaget saat meneliti wajah Rani, ketika Yanti tiba-tiba menepuk punggung tangannya. "Kamu, kenapa sih, Sayang?” Nampak ia terlihat kesal saat konsentrasinya terganggu. " Aku curiga, Mas, apa jangan-jangan....""Jangan-jangan apa?" Adi sedikit penasaran dengan kalimat Yanti yang terpotong. "Jangan-jangan si Rani itu
Read more
Part 9 ( Pertemuan Tak Terduga)
Mata Yanti membelalak ketika melihat wanita yang sedang bertanya di bagian resepsionis. Sebelum ketahuan, Yanti gegas bersembunyi di balik tembok. "Huh.., untung dia belum liat." Jantungnya berdetak dengan kencang, membuat Yanti gugup. "Kalau sampai ketahuan bisa gagal rencanaku sama Mas Adi."Tiba-tiba Yanti teringin memoto wanita itu. Ia memotret secara diam-diam. Cekrek.. Cekrek.. Beberapa foto berhasil ia ambil. "Kali aja nanti bermanfaat."Sekitar sepuluh menit menunggu, tetapi wanita itu tak kunjung juga menjauh. Seperti tengah menunggu seseorang.""Ada keperluan apa sih, wanita itu di hotel ini? Apa jangan-jangan berita itu benar?" gumamnya. "Kalau benar bisa jadi berita heboh nih! Dan makin mempermudah rencanaku," ucapnya girang. Waktu yang ditunggu Yanti akhirnya tiba. Wanita itu pergi menjauh keluar loby. Gegas dia keluar dengan terburu-buru. Bughh.... "Aww.. " Yanti tak melihat jalan sehingga ia menabrak si wanita yang baru keluar tadi. "Sial! Pengennya sembunyi-semb
Read more
Part 10
Rani heran melihat suaminya terdiam. "Siapa, Mas?" tanyanya dengan mulut yang masih mengubah makanan. "Ibu," jawab Irwan. "Ooh..." Rani hanya ber-oh ria. Klik... "Halo, Bu! Assalamu'alaikum.""................ ""Tumben Ibu mau ke rumah! Ada hal apa?" ".............. ""Bukan begitu, Bu! Biasanya juga kami yang di suruh ke sana nyamperin Ibu!""................. ""Tapi.......!""................... ""Iya, Bu. Wa'alakikumussalam."Tut.. Panggilan itu pun terputus. "Kenapa, Mas?""Ibu mau ke rumah!""Sekarang? Ibu sudah sampai?""Kata Ibu sih, masih di rumah.""Mas sudah kasih tau kalau di rumah nggak ada orang?""Itu dia, Yank. Mas mau ngasih tau, tapi Ibu keburu memotong ucapan Mas."Rani melirik jam. Ternyata sudah pukul dua lewat. "Kalau begitu kita tutup aja sekarang!" Irwan mengangguk. Kemudian mulai menutup pintu rolling agar tak ada lagi orang yang memesan. ****Karena jalanan sempat macet, sekitar pukul 3 sore, Rani beserta suami dan anaknya baru saja sampai di rumah
Read more
DMCA.com Protection Status