Share

3. Tekad

Author: Jasmine
last update Last Updated: 2021-07-30 23:44:27

Kouza mendesak maju menciumi Myan yang masih tercengang. Myan berusaha mendorong dada Kouza yang terus menekannya. Hingga akhirnya Kouza menyudutkannya merapat di pojok dinding. Menahan kepala Myan dan mendekap erat tubuhnya. Myan terkunci dan tak dapat bergerak.

Kouza yang seperti telah terlena, belum terpuaskan memagutnya. Ia memasukkan lidahnya lebih dalam lagi, mencari-cari, menghisap dan menuntut tanpa henti.

Myan sendiri mau tak mau mengikuti permainan Kouza hingga mendesah tak tertahankan, sangat kewalahan dengan serangan Kouza yang bertubi-tubi itu.

"Kou... hh... Kouza... tolong hentikan," bisiknya disela-sela cumbuan Kouza.

Myan mencoba beberapa kali lagi untuk berusaha berpaling menyudahi ciuman Kouza, tetapi masih tidak berhasil. Kouza menguncinya hingga sulit bergerak bebas. 

Baru beberapa saat kemudian, setelah Kouza memutuskan untuk menyudahinya, Myan dapat mengambil kesempatan untuk sedikit menjauhkan wajahnya darinya. Sembari mengatur napasnya yang tak beraturan, jantungnya berdetak sangat kencang.

Napas Kouza sama tak beraturannya seperti napasnya. Setelah melepaskan pagutannya, Kouza memandang Myan yang sedang kehabisan napas. Wajahnya memerah memburu.

 

"A__apa yang kau lakukan!" Myan mendorong Kouza agar menjauh darinya. Dia merasa sangat malu dan gugup.

"Hmm... tak kusangka kau begitu menarik Kisha, kau sangat menggoda." Gumam Kouza penuh kepuasan. 

"Aku seperti tak dapat menahan diriku. Rasanya, aku tidak bisa membiarkanmu begitu saja," ucapnya lagi sambil tersenyum penuh arti.

"Aku tidak keberatan untuk memilikimu seutuhnya, mari kita teruskan diranjangku. Aku akan memberikanmu kenikmatan lebih." Kouza yang tampak gelap mata, langsung membopong tubuh Myan dengan mudah.

"Ap__apa?! Kouza tunggu!" cegahnya panik.

Belum habis keterkejutan Myan tadi, kini Kouza tiba-tiba sudah membaringkannya di atas ranjang. Dia sendiri kemudian ikut bergabung di atasnya dan memerangkap Myan dengan kedua kakinya.

Kouza mulai membungkuk, dan dengan cepat melepas tali-tali simpul ikatan baju atasan Myan hingga terekspos di bagian dada.

"Tunggu... tungguu... Kouza hentikan!!" teriak Myan frustasi.

Kouza tersentak. Mungkin terkejut karena teriakan Myan, ia refleks berhenti. Kouza memegangi kepalanya dan terduduk. Tanpa sadar menindih sebatas pinggang Myan.

Seperti kembali tersadar akan sekeliling, Kouza mengerjapkan matanya. Ia membelalak kaget saat mendapati posisi dirinya tengah menindih Myan. Terlebih dengan pemandangan belahan dada Myan yang setengah timbul dan terbuka di hadapannya.

Kouza tampak shock. Ia refleks mundur dengan cepat hingga terjerembab ke atas lantai dengan suara yang keras.

Myan yang juga terkejut, segera menuju sisi ranjang dan melongokkan kepalanya untuk memeriksa keadaan Kouza.

"Kau tak apa-apa, Kouza?" tanyanya sambil membungkuk di salah satu sisi ranjang. Myan mengulurkan tangan padanya.

Kouza membeku. Ia sedikit tertegun karena mendapati posisi Myan yang membuatnya dapat lebih jelas lagi melihat belahan dadanya. Karena malu, ia memalingkan mukanya dan berdiri sendiri.

"Tidak apa-apa," jawabnya tanpa memandang Myan.

Myan memandangi Kouza dengan keheranan, meneliti perubahan sikapnya yang begitu mendadak. Ia akhirnya berjalan mendekatinya karena begitu penasaran.

"Kau, tadi hendak..."

"Apa yang sudah aku lakukan?" Kouza tersentak dan menatap Myan. Ia berbalik dan mencengkeram kedua bahu Myan setelah memotong ucapan gadis itu.

"Ti__tidak, maksudku kau tadi..... aku pikir kau hendak menyerangku lagi, jadi tanpa sadar aku berteriak padamu. Apa kau kesakitan lagi?" tanyanya.

"Apa aku menyakitimu?" tanya Kouza lagi.

Myan membulatkan matanya dan menelan ludahnya. Membayangkan kembali yang telah Kouza lakukan padanya tadi. Ciuman serangannya  tadi memang terasa begitu intens dan panas.

Kouza memang tidak menyakitinya. Tapi hanya dengan memikirkannya saja sudah membuat Myan kembali tergelitik. Belum pernah ia merasakan ciuman yang sepanas itu sebelumnya. Muka Myan kembali merona hanya dengan mengingatnya saja.

"Maafkan aku," ucap Kouza lembut dengan wajah penuh penyesalan.

"Kau tidak menyakitiku," Myan sedikit terkejut dengan perubahan ekspresi Kouza. 

"Kau hanya... me_mengagetkanku saja dengan c_ciuman mendadakmu tadi, selain itu aku tak apa-apa"

"Apa?!" Kouza terkejut dengan ucapan Myan.

"Aku menciummu?" tanyanya. Tubuhnya seketika menegang.

Myan mengerjap dan mengangguk tanpa ia sadari. 

"Oh, maaf," Kouza mendesah. Kali ini raut wajahnya berubah menjadi kusut.

"Maafkan aku, itu bukan aku," ucapnya. Myan tak mengerti maksud perkataan Kouza.

"Itu aku, tapi bukan aku," lanjutnya. 

"Jika kau melihatku lagi, dan saat itu aku berkelakuan aneh, tolong pergilah. Menghindarlah dariku, sampai aku yang seperti sekarang kembali lagi." 

"Apa maksud perkataanmu sih?" Myan 

"Aku akan menjelaskan semua padamu nanti Myan, sekarang buatlah dirimu lebih nyaman dahulu. Jika kau ingin berganti pakaian, atau mungkin membersihkan dirimu, para pelayan akan mempersiapkannya untukmu."

Myan baru tersadar dengan keadaannya sendiri, setelah Kouza menyebutkannya. Baju atasannya yang sudah berantakan, dan dengan dadanya yang sudah separuh menyembul memperlihatkan kemulusannya kulitnya di depan Kouza, seketika membuatnya sangat malu! Refleks, ia menutupi dengan tangannya. Kouza ikut berpaling dengan canggung.

****

Beberapa pelayan wanita membawa Myan ke tempat pemandian di dalam istana. Mereka menyiapkan bak kayu besar berisi air hangat yang muat untuk dirinya. Di sisi lain ada sebuah kolam yang berisi air yang jernih mirip seperti kolam berenang kecil.

Myan memilih untuk berendam di dalam bak berisi air hangat dengan banyak kelopak mawar merah yang menghiasinya.

Seorang pelayan wanita hendak membantunya menggosok tubuhnya saat ia mulai berendam.

"Biar aku sendiri saja," ucap Myan. Pelayan tersebut mengangguk dan undur diri.

"Aku akan membersihkan diriku sendiri. Kalian bisa menungguku diluar, terima kasih," ucapnya canggung.

"Baik, Nona" jawab mereka kemudian keluar.

Myan menarik napas lega. Ia memejamkan matanya untuk menikmati air hangat yang menyelimuti tubuhnya.

Jelas ia tidak gila, atau sedang berhalusinasi. Entah apa, tapi tempat ini memang lah asli. Semua yang ia lihat, ia alami, dan ia sentuh terasa begitu nyata. 

Di mana ini? Jaman apa ini? Negara apa ini? apa ia sedang berada di dimensi lain dengan hal-hal ajaib dan sihir aneh yang tadi dilihatnya?

Siapa mereka semua dengan pakaian anehnya? Kerajaan apa ini? Semua terasa sangat asing, tapi mengapa bahasa mereka sama? Mengapa ia bisa berada di sini? Ini jelas bukan surga! Ah entahlah! Tak tahulah! Myan merasa sangat frustasi.

Pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di dalam pikirannya membuatnya sangat kesal. Walau begitu, Myan berusaha untuk tetap tenang. Ia mulai merunut kembali kejadian yang telah dialaminya sebelum ini.

Logikanya, jika ia memang telah terjatuh dari tebing, pasti dirinya sekarang sedang berakhir di rumah sakit. Atau yang lebih buruk adalah... Kematian. Ya, ia mungkin sudah mati.

Myan membuka kembali matanya. Membelalak. Sedikit tercekat dengan analisanya. Jika memang ia sudah mati, apa mungkin arwahnya lalu masuk ke dalam tubuh orang lain yang mirip dengan dirinya? Dari jaman, waktu, dan dimensi yang lain mungkin? Seperti yang ada di film-film yang pernah ia tonton?

Ah masa bodoh lah! Myan berpikir, jika memang masih ada kemungkinan ia bisa kembali ke dunianya sendiri, jelas itu yang akan ia upayakan. Ia tidak mau peduli dan tidak mau tahu di mana dan dunia apa yang sebenarnya sedang ia jelajahi sekarang. Ia hanya ingin pulang.

Walau tampak menyedihkan dan tidak ada lagi yang tersisa di kehidupan aslinya, ia tetap ingin kembali jika bisa. Kembali ke rutinitasnya sehari-hari, berangkat bekerja setiap pagi. Ia bahkan mulai sedikit merindukan Rick bodoh yang telah mengkhianatinya.

Tunggu saja Rick, begitu aku bisa kembali, aku akan memberimu pelajaran! Batin Myan geram.

Perasaan amarah dan frustasi bercampur menjadi satu, bagaimana pun ia harus segera mencari cara agar dapat kembali kebdunianya sendiri! Yang paling penting sekarang adalah dirinya. Benar, ia tak ingin tahu sedang di mana. Ia hanya ingin pulang!

"Oh, sungguh menyebalkan!"

Myan mendesah, menyeka air matanya yang sudah berkumpul di pelupuk matanya. Ia begitu sedih hingga tak dapat menahan air matanya.

Tapi ia memiliki misi sekarang. Ia tidak boleh lemah dan menjadi pengecut. Ia akan mencari tahu alasan mengapa dirinya bisa berada di sini, dan bagaimana caranya ia bisa pulang. Itu yang paling penting.

Myan sudah membulatkan tekadnya dan akan mencari cara apapun yang bisa membuatnya pulang lagi ke dunianya sendiri.

*******

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kiss for Prince Kouza   57. Penutup

    Lima bulan kemudian ... "Bagus ... lihatlah sekarang aku tampak begitu aneh saat difoto!" Valerie tampak kesal mengamati foto-foto yang baru saja diambilnya dari ponselnya. "Menurutku tak ada yang aneh, kau tampak menawan, Sayang," Jordan mengusap lembut pucuk kepala istrinya tersebut. Valerie kembali cemberut, ia mengusap perutnya yang sudah tampak membesar. "Aku tampak seperti sedang mengantungi bola" keluhnya lagi. "Bukan bola, tapi anak kita ... anak cantik kita yang akan mempesona sepertimu." jawab Jordan menenangkan. "Tak ada yang buruk dengan itu, setiap wanita yang sedang mengandung pasti akan mengalami perubahan bentuk tubuh," Milia ikut menengahi. "Aku iri denganmu, mengapa hanya perutmu saja yang berubah, tapi tidak dengan badanmu?" Valerie merujuk pada Myan yang sedang duduk berhadapan dengannya di samping Devon. Myan tersenyum menanggapi ucapan Valerie, "Mungkin karena kandunganku masih belum begitu besar dan masih

  • Kiss for Prince Kouza   56. Pelepasan Hasrat

    Devon membopong Myan memasuki kediamannya yang telah rapi dan bersih. Sejak pemulihan kecelakaannya kemarin, ia belum pernah menginjakkan kaki lagi ke tempatnya sendiri. "Pelan-pelan Sayang, kau seperti banteng yang siap menerjang tanpa ampun. Turunkan aku, aku bisa jalan sendiri!" Myan tersenyum geli sambil memukul ringan bahu suaminya. "Jangan menyuruhku untuk bergerak perlahan, kakimu terlalu kecil untuk mengikuti langkahku ... lagipula aku tak ingin membuat kaki mungilmu itu kelelahan sebelum aku melakukan apa-apa." Myan tergelak, ia mendekap leher Devon dengan lebih erat. "Kalau begitu, cepatlah ..." bisiknya menggoda suaminya. Mengirimkan sinyal untuk segera melepaskan hasrat mereka. Seperti dikomando, Devon membuat langkahnya dua kali lebih cepat dari sebelumnya. Ia menerobos pintu masuk setelah membuka kuncinya. Menendang daun pintu begitu saja dengan kakinya dan segera menghujani Myan dengan ciuman lembut begitu mereka masuk ke dalam tempatny

  • Kiss for Prince Kouza   55. Godaan Manis

    "Hentikan Devon, masih ada yang harus aku lakukan," Myan berusaha melepaskan diri dari cumbuan suaminya yang berbadan kekar itu. "Apakah ada yang lebih penting selain menghabiskan waktu dengan suamimu ini, Nyonya Devon?" Devon bergumam sembari mengecup bibir dan leher Myan secara bergantian. Myan sedikit menggeliat kegelian, "Kita akan punya banyak waktu nanti, beri aku waktu beberapa menit saja, oke?" balas Myan lagi. "Ck...! Aku sudah menunggu selama hampir 4 minggu untuk dapat memilikimu dan sekarang kau memintaku untuk menunggu lagi?" erang Devon tersiksa. "Tenang , Sayang ... kau dapat memilikiku semaumu setelah ini, berikan gelangmu." Myan melepaskan gelang dari pergelangan tangan Devon dan melakukan hal yang sama dengan miliknya sendiri. "Apa yang akan kau lakukan, Sayang? Berhentilah menyibukkan dirimu sendiri." Devon memeluk Myan dengan manja. "Aku akan menemui Lilian. Hanya sebentar saja, beri aku waktu sepuluh menit ya,"

  • Kiss for Prince Kouza   54. Pernikahan

    Suasana riuh menghiasi tempat acara pernikahan yang akan berlangsung siang ini. Milia dan Myan tengah sibuk bersiap untuk acara yang akan digelar dengan sederhana dan tertutup. Staf pernikahan yang bertugas mempersiapkan mereka berias dan berganti gaun, telah selesai membantu pengantin dan ibunya. Myan dan Milia tampak menakjubkan dengan gaunnya masing-masing. "Oh ya Tuhan ... kau menakjubkan!" July dan Stevie memasuki ruangan tempat pengantin wanita bersiap. Mereka begitu takjub dengan gaun dan riasan yang Myan pakai. Myan tampak sangat bersinar dalam baju pernikahannya. Sudah semenjak 4 minggu yang lalu Myan mengumumkan acara pernikahannya kepada kedua sahabatnya, dan dengan histeris mereka menerima kabar gembira itu. Mereka turut berbahagia saat mengetahui Myan akan menikah dengan pria yang dicintainya. "Jadi ... akhirnya ia ternyata memang benar-benar suamimu ya," ledek Stevie pada Myan. Myan tertawa, "Sudah kubilang sebelumnya bukan, Devo

  • Kiss for Prince Kouza   53. Perselisihan

    Jordan menyesap kembali minumannya dengan tenang sambil memperhatikan ponselnya yang tergeletak di sebelah hidangan manis yang sudah ia pesan beberapa menit sebelumnya. Malam ini ia akan berkencan. Ia mengenakan jeans kasual dipadukan dengan sweater rajut putih tulang miliknya yang sepasang dengan milik Valerie. Dan ia sedang menanti Valerie di sebuah kafe. Selang beberapa menit kemudian, seorang wanita ramping muncul dengan sweater rajut yang sama dengan miliknya. Ia berhenti sejenak di ambang pintu masuk untuk mencari teman kencannya. Valerie tersenyum cerah saat dilihatnya Jordan telah menunggunya di salah satu meja kafe. Ia melambaikan tangan sejenak dengan ceria, kemudian mulai berjalan menghampiri meja milik Jordan. Rambut keemasan halus Valerie bergerak-gerak ringan seiring dengan langkah kakinya yang mantap menyongsong Jordan. Ia sedikit tersipu saat terpaku menatap Jordan, pria yang sedang menantinya itu. Valerie tersenyum manis disetiap langkahnya saat ia m

  • Kiss for Prince Kouza   52. Makan Malam

    "Apa yang harus aku katakan?" Myan berjalan mondar-mandir dalam kamar Devon dengan raut cemas. "Katakan saja yang sebenarnya ..." Devon menjawab Myan dengan sabar. "Ma ... aku sudah menikah dan sudah menjadi istri Devon sekarang. Hanya dalam waktu satu hari? Hah ... bisakah kau bayangkan betapa terkejutnya mamaku nanti?" "Oh, ini semua salahmu Devon! Tidak hanya di dunia mimpi mau pun kenyataan, kau selalu bertindak semaumu ..." keluh Myan cemas. Devon menarik lengan Myan, mendudukkannya dipangkuannya sendiri. "Bisakah kau berhenti? Kau membuatku pusing ... hentikan kecemasanmu sekarang juga, tak ada yang perlu kau khawatirkan, Sayang." "Aku akan mengantarmu pulang nanti. Aku akan menghadap mamamu, meminta izin agar diperbolehkan memiliki putri satu-satunya. Walau secara teknis aku sudah memilikinya," Devon tersenyum jahil. "Hm ... sekarang, apa kau sudah bisa tenang?" tanya Devon sambil tersenyum dengan ceria. "Bagaimana dengan ayahmu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status