Susu cokelat di meja makan yang semula diseduh panas, kini sudah dingin, tak tersentuh sejak satu jam lalu tersaji. Sang pemilik mengabaikannya begitu saja, dan lebih memilih untuk termenung memandangi kamar belajar yang semalam masih berisi tumpukan buku kedokteran, kini kosong. Hanya menyisakan kasur dan meja belajar. Sekali lagi Indira memastikan, bahwa hubungannya dengan Mahesa memang sudah selesai. Sekeras apapun Indira berusaha, pernikahannya tetap tidak bisa diselamatkan.
Namun, dering ponsel menyelamatkan Indira dari tenggelam lebih dalam oleh lamunannya. Di seberang sambungan, Olive menanyakan kabar Indira.
“Iya, ini gue juga udah mau berangkat kok.”
“Beneran, kan? Soalnya timnya Pramita udah nungguin, nih! Mau gue jemput enggak?”
“Enggak usah. Ok-ok, gue berangkat sekarang.”
Indira menutup rapat pintu kamar itu, kemudian bergegas menuju kantor. Di tengah perjalanan, ponselnya kembali berdering,
“Yah, kita enggak bisa ketemu lagi dong, Sa?” sesal Al, sembari merangkul Mahesa. “Kelar hari terakhir ini, langsung makan-makan yuk! Anak-anak pada ngajakin.”“Gue enggak bisa. Soalnya mesti beres-beres buat—”“Ah, enggak asyik lo!” sembur Al. “Atau jangan-jangan Dira masih posesifin lo ya? Enggak ngebolehin lo deket-deket gengnya Yulia, ya?”Tangan Mahesa yang hendak mengambil snellinya dari loker mendadak terhenti, mendengar nama mantan istrinya disebut Al. Benar, sekarang Indira sudah resmi menjadi mantan istri Mahesa. Seminggu yang lalu, seorang pengacara utusan Indira datang ke kos Raga dengan berkas tuntutan perceraian dan surat kuasa untuk Mahesa.Mahesa masih ingat hari itu, di pagi hari di mana Mahesa baru saja pulang dari tugas malam, seorang dengan kemeja biru berdasi, sepatu pantofel, dan rambut klimis sudah menunggu di depan pintu kos Raga. Begitu pria itu memperkenalkan dirin
Mahesa masih mengedarkan pandangannya sejak lima menit yang lalu. Tatapnya tidak hanya berhenti pada—yang Mahesa yakini—bingkai yang bersandar di tembok dan masih tertutup kain. Tanpa perlu menjadi kurator lukisan, Mahesa tahu bahwa lukisan di balik kain putih itu tidaklah murah, apalagi sekelas Indira yang membelinya. Kemudian tatapnya beralih pada deretan meja dan kursi rotan yang juga tertutup kain, tapi telah diatur rapi memenuhi hampir setengah ruangan. Di belakangnya, sebuah meja bar yang memanjang dari ujung satu ke ujung lainnya, sudah setengah dipoles. Kemudian di sebelahnya sebuah lemari—dengan tinggi mencapai setengah dari jarak lantai ke atap—yang terdiri dari banyak kotak seperti papan catur, menempel di dinding dengan indahnya.Semua ini, semua yang ada di ruangan ini, mau tidak mau membuat Mahesa menerka-nerka dan mencoba menyulam seluruh rentetan kemungkinan yang muncul di benaknya. Dan itu semua berakhir dengan satu jawaban yang ditemu
Tolong berikan saja dua piala penghargaan itu—juara terbodoh dan juara paling berengsek—pada dua orang yang masih asyik saling mencumbu di atas karpet ruang tamu.Indira mendadak menjadi orang paling bodoh di dunia ini. Kewarasannya terkalahkan oleh hasrat yang menginginkan Mahesa menyentuhnya lebih intim. Tanpa berusaha melawan ataupun menghentikan tangan Mahesa yang menarik ujung kemejanya, lalu jemarinya menyentuh kulit perut Indira, mengelusnya di sana, sembari bibirnya sibuk mengecupi wajah dan leher Indira. Elusan pria itu, di bagian perut Indira berhasil membuat sekujur tubuhnya merinding, menggeliat, dan melenguh sebagai respon gairahnya. Perlahan jemarinya bergerak ke belakang, mengelus naik turun, dan berakhir di kancing bra.“Mahesa.”Indira sedikit menjauh untuk menatap mata Mahesa yang juga balas menatapnya.“Maaf,” ujar Mahesa seraya menarik tangannya kembali, tapi Indira menahannya.Kali ini, Indir
Seperti yang sudah aku umumkan di beberapa bab terakhir, bahwa ending versi GN hanya sampai bab 40. Untuk kelanjutannya (bab 41-TAMAT), Ekstra bab, spin off, hanya tersedia di aplikasi KaryaKarsa. Tersedia 3 Paket yang dapat kalian pilih untuk membaca ekstra bab:1. Baca saja 6 (enam) ekstra bab (21+)2. Unduh file pdf Spin Off (21+)3. Baca saja 6 ekstra bab dan unduh file pdf Spin Off, ditambah dengan diskon harga.Silakan instal aplikasi KaryaKarsa, lalu cari akun KOMOREBI dan pilih tab KONTRAK CINTA. Setelah itu pilih metode pembayaran yang menurut kalian paling nyaman untuk digunakan. Selanjutnya, kalian akan dapat mengakses file. (PASSWORD PDF HANYA TERSEDIA, SETELAH KALIAN MELAKUKAN PEMBAYARAN)
BAIKLAH, KARENA BANYAK YANG PROTES DAN KECEWA. AKU AKAN UPLOAD SAMPAI PADA ENDING YANG BENER-BENER ENDING. MUNGKIN AKAN LAMA, KARENA AKU JUGA ENGGAK MAU BIKIN PEMBACA YANG UDAH KE KARYAKARSA MERASA PERCUMA BELI DI SANA. BAGI YANG ENGGAK SABAR, BISA LANGSUNG KE KARYAKARSA.TAPI EXTRA PART DAN SPIN OFF HANYA BISA DIBACA DI KARYAKARSA. TERIMA KASIH. .“Ibu Dira,”Indira menghentikan langkahnya, saat seorang pegawainya memanggil.“Saya perlu tanda tangan Ibu untuk pengiriman stok sore ini.”Indira mengambil map yang ada di tangan pegawainya, membacanya sekilas, kemudian membubuhkan tanda tangan di sana. Setelah itu, Indira melangkah cepat menuju sebuah mobil yang sudah menunggunya sejak 15 menit yang lalu.“Ke mana dulu?”“Jemput Tante Anin, Arya sama Sierra dulu di r
Pak Rusli masih sibuk mencatat jumlah karung teh dan kopi yang pagi ini harus diangkut dan diantar ke konsumen. Sesekali beliau akan berteriak menegur pegawai yang malas-malasan mendorong troli berisi karung-karung teh dan kopi ke truk yang parkir di depan gudang.Setahun lalu, bapak tiba-tiba saja memutuskan untuk melakukan pemekaran kebun. Kebetulan sekali dua hektar lahan di sebelah kebun teh bapak dijual, karena pemiliknya sedang butuh uang. Melihat kesempatan itu, bapak langsung membelinya dan menjadikannya lahan kebun kopi. Keputusan bapak melakukan diversifikasi tanaman produksinya mendapat sambutan baik dari Pak Rusli dan para pegawai lainnya. Bahkan, hal tersebut juga berhasil membuka lapangan kerja baru bagi penduduk sekitar perkebunan.“Jangan galak-galak sama pegawai, Rus,” tegur Bapak. “Kamu ini udah tua, nanti kalau tensimu naik, bisa bahaya, kan. Dibawa santai saja.”“Tapi truk ini jam sepuluh nanti harus sudah berang
“Mau aku pesenin makanan?”“Enggak usah.”“Atau kita makan di luar aja?”“Enggak usah, Lia. Aku udah makan kok tadi.”“Beneran?”Indira mengangguk cepat untuk menyakinkan sepupunya ini.“Tante meskipun keliatannya cuek sama kamu, tiap hari nelponin aku terus lho, Dir. Cuma buat mastiin kamu udah makan atau belum.”“Lia—”“Iya, aku tahu. Aku juga enggak mau tante khawatir soal kamu.” Lia beranjak dari kursi kerjanya, berjalan mendekati Indira yang duduk di sofa dan sibuk bermain dengan dua bocah balita. “Lo sama Adrian masih jalan? Kemarin kata mama, Arya lo ajak pergi ke pesta?”Indira mengangguk. “Maaf banget, ya.”“Kenapa minta maaf? Harusnya aku sama Dimas yang makasih ke kamu, udah mau jagain Arya sama Sierra selama kami sibuk. Kalau enggak ada kamu, mama pasti sekarang ini udah m
Extra Part dan Spin Off hanya tersedia di apps / web KARYAKARSASilakan cari akun: Komorebi.Berkebun mungkin adalah salah satu cara mama untuk tidak terus larut dalam kesedihan setelah ditinggalkan papa. Seperti saat ini, beliau tengah menikmati udara sore yang masih hangat, sembari bersenandung, dan memotong cabang tanamannya yang mati. Secangkir teh hijau juga menjadi temannya menikmati kudapan saat tubuhnya perlu diistirahatkan.“Sore, Ma,” sapa Indira yang baru turun dari mobil dan langsung menghampiri mama untuk mencium kedua pipinya.“Kamu sore banget ke sininya? Nanti pulangnya enggak kemalaman?”“Aku mau nginep di sini malam ini, kan weekend.”“Tumben. Memangnya kamu enggak ada janji makan malam sama Adrian weekend ini? Udah lama banget dia enggak ke sini. Terakhir waktu kalian pergi sama Arya, kan?”Indira menghela napas lelah, lalu duduk di kursi teras