“Kita lihat selama tiga hari ini jika kondisi pasien bisa sadar, maka masih bisa aman,” ujar sang Dokter lalu dia pergi menuju ke ruang rawat lain. Seketika tubuh Nyonya Marina dan tuan Handoko terduduk lemas, mereka terlihat sangat cemas dengan kondisi ibu mereka. “Lalu sekarang putri kita di mana ayah?” Widia berpura-pura cemas di depan kedua besannya. Nyonya Marina semakin merasa bersalah, apa lagi saat ini Laura sedang hamil. “Semua orang kami sedang berusaha mencari Laura, jadi kalian tidak perlu cemas,” Handoko memberikan penjelasan. Bastian yang tidak ingin membuat keributan dengan besannya, pun berusaha membuat Widia agar tidak gegabah dalam bersikap. “Aku percaya Handoko, hanya saja kenapa bisa jadi seperti ini? Memangnya kemana tuan Dave? Padahal kami sangat percaya padanya,” Bastian menyangkan, di depan semuanya. Handoko menghela nafas berat, dia menjelaskan jika pagi tadi Dave sedang mengurus beberapa project penting dan mengatakan juga Dave sudah me
Siang berganti malam, Dave masih berdiri di tempat di mana tempat kecelakaan Laura dan neneknya. Beberapa petugas masih mencari dan menyusuri ke bawah jurang. “Tuan, kita lanjutkan besok pencariannya karena cuaca sangat tidak baik,” Rio berusaha membujuk bosnya. Dave yang terlihat lelah, seolah tidak peduli. Malah dia semakin marah mengingat Laura yang sedang hamil. Tentu saja merasa bersalah karena tidak mendampingi ke Dokter. “Aku tidak mau tahu Rio, kalian harus menemukan Laura,” Bentak Dave yang kembali tersulut emosi. “Baik tuan, kami akan mencari nyonya terus tapi lebih baik anda beristirahat dulu, karena dari tadi kehujanan terus,” Rio mengkhawatirkan sang bos. Dave tidak mengubris, dia terus berteriak di tengah hujan badai seperti tidak peduli apa pun yang akan menimpanya. “Laura! Kamu di mana?” teriak Dave untuk kesekian kalinya. Sampai tubuhnya tidak seimbang bahkan sampai batuk dan mengeluarkan darah. Rio yang melihat itu pun terlihat sangat cemas, de
Larisa menyeringai senang, saat melihat berita tentang Laura yang di kabarkan kecelakaan namun belum ketemu di mana sekarang dirinya berada. “Ck, kabar yang bagus. Aku sangat senang apa lagi jika dia sampai mati,” Larisa tertawa besar. Karena sangat penasaran memutuskan untuk segera pergi ke rumah. Baru saja Larisa berjalan beberapa langkah, Erik spontan meraih dan menahan lengan wanita yang sangat dia cintainya. “Kau mau kemana Larisa?” Larisa mendelik lalu meminta Erik untuk melepaskan tangannya, lelaki itu pun sempat keberatan saat kekasihnya malah akan pergi sana. Dan mengingatkan takutnya Dave malah curiga padanya. Mendengar perkataan Erik, Larisa tersenyum getir karena seolah melihatnya seperti orang bodoh yang tidak paham tentang Dave dan keluarganya. “Erik, aku harus pergi justru jika aku tidak ada di sana yang ada nanti malah Dave yang akan menuduh ku," Bentak Larisa menepis lengan pria seprofesinya itu. Lalu pergi mengendarai mobil menuju ke rumah Dave. Erik yang masi
Beberapa jam kemudian, Dave turun dari mobil dengan sangat terburu-buru. Setelah tiba di lokasi di mana tempat kecelakaan mobil sang nenek. Terlihat para petugas dan beberapa orang tampak mengerumuni. Wajah Dave terlihat pucat, Rio segera menyuruh orang-orang memberi jalan untuk bosnya. Terlihat sang Oma yang sudah di naikkan ke atas ambulance, begitu juga dengan supir keluarga mereka. Namun di sana tidak terlihat Laura. Tentu saja membuat Dave bertanda tanya besar di mana keberadaan sang istri. “Istri ku di mana?”Tatapan tajam lelaki berparas rupawan itu mengarah ke semua penjuru tempat itu. Salah satu petugas ambulance pun saling menatap dengan rekannya. Lalu menjawab dengan sedikit ketakutan mengingat sosok Dave yang terdengar kejam dan arogan. “Ma-maaf tuan, saat kami tiba di sini hanya ada dua orang yang terbaring tak sadarkan diri,” ujar pria itu tergagap. Dave mendengus kesal, saat mendengar petugas itu berkata. “Kau ini kerja yang benar, jelas-jelas di dalam mobil ini ti
Sesampainya di sebuah taman, Merry segera bergegas turun dari mobil dia melirik ke semua arah di sana dengan wajah yang memakai kaca mata hitam dan masker, memastikan tidak ada orang di sana yang mengenalinya. “Davin kemana? Kenapa belum ke sini” Merry berbisik dengan nada lirih nyaris tak terdengar, sembari berjalan mondar-mandir di depan mobil. Belum lama Merry menunggu, tiba-tiba saja seseorang datang dan menepuk pundaknya. Membuat wanita bertubuh gempal itu pun tersontak kaget dan perlahan memutar badan. “Mas Davin! Membuat ku kaget saja,” Merry bernafas lega. Karena akhirnya yang datang Davin bukan orang lain. Davin tanpa sungkan meraih tangan Merry dan membawanya ke tempat yang cukup tersembunyi. “Gimana apa kamu sudah berhasil menjalankan rencananya?” Merry menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya pelan, dan menceritakan tentang rencananya. “Orang suruhan kita sudah memutuskan rem mobil itu,” Jelas Merry meyakinkan sembari memperlihatkan rekaman video di
Laura merasa sedikit lega, saat melihat Dave yang sengaja membawa Erland di depan semua awak media, karena dia tidak ingin lelaki yang bergelar suaminya itu terus menjadi cemoohan para pemburu berita dan saingan bisnisnya yang ikut memprovokasi imagenya. “Katakan pada mereka semua, siapa yang menyuruh mu?!” Rio mendesak Erland agar berbicara di depan semua orang. Dave menatap tajam, memberi peringatan mantan kekasih istrinya agar mau berterus terang, dan mengklarifikasi kebenaran yang ada. “Cepat! Katakan kau suruhan orang, katakan siapa dia?” Dave geram, semua para wartawan dan karyawan di perusahaan saling menatap dan berbisik mereka sangat penasaran apa yang akan di katakan oleh Erland. Mengingat berita kemarin yang begitu menghebohkan. Erland tidak ingin mati konyol di tangan Dave, setelah dia mengajukan satu permintaan dan Dave pun mengabulkannya. Mau tidak ada pilihan lain lagi selain jujur. “Baik aku-aku akan jujur.”Semua orang di sana berbisik riuh, dan ingin tahu apa y